Mohon tunggu...
Fristian Setiawan
Fristian Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sapere aude

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bedanya Slang Generasi X dengan Slang Generasi Z (Slang KAB 2021)

1 November 2021   18:40 Diperbarui: 1 November 2021   18:56 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
'TTM', slang yang sangat terkenal namun memiliki makna yang sangat beragam (Gambar diambil dari: idntimes.com)

Esoknya ketika sedang siap-siap akan mengunjungi beberapa saudara lain yang ada di Tasik, saya sempat berbasa-basi terlebih dahulu juga dengan salah satu adik dari ibu yang juga sering menggunakan slang dalam bicaranya.

Saya menyebutnya 'i i'. "I, tadi peuting bisa sare?" Yang artinya, i, semalam bisa tidur? Lalu I i saya menjawab, "aduh meni tibra pisan tian, jigana mah gara-gara saencan sare makan heula baso, jadi maknyus baso na nepi ka ngieun tibra sare". Yang artinya, aduh tidurnya nyenyak sekali tian, kayanya gara-gara makan bakso sebelum tidur, jadi maknyus baksonya sampai membuat tidur nyenyak. Kata maknyus sudah sering saya dengar dari acara-acara kuliner yang ada di televisi, maka dari itu saya tidak se-bingung saat mendengar kata 'amsyong'.

Itu pengalaman saya mendengar slang dari generasi x. Lalu pengalaman saya mendengar slang dari generasi z terjadi saat saya nongkrong di salah satu warung kopi sepulang kebaktian dari gereja. 

Waktu itu saya masih SMA. Seperti biasanya, sepulang kebaktian, saya dan beberapa teman yang lain nongkrong dulu di warung kopi langganan sebelum pulang ke rumah masing-masing.

Di tongkrongan itulah saya sering mendengar slang diucapkan dari mulut teman-teman saya. Yang lama kelamaan membuat saya pun terbiasa untuk mengucapkannya sendiri. 

Salah satu percakapan yang membuat saya nyaman berbicara menggunakan slang adalah ketika bercakap-cakap mengenai salah satu teman saya yang sedih ketika wanita yang dia damba-dambakan tiba-tiba pergi tanpa memberi kabar sedikitpun. 

Disitu salah satu teman saya berkata, "makanya, jadi orang jangan terlalu baperan, udah dighosting baru kerasa kan". Ketika mendengar kata baper dan ghosting pun saya tidak terlalu bingung, karena kedua kata tersebut sudah sering saya dengar di sekolah. 

Ilustrasi tentang saya dan teman-teman yang sedang nongkrong di warung kopi langganan (Gambar diambil dari: suaralawangkuari.com)
Ilustrasi tentang saya dan teman-teman yang sedang nongkrong di warung kopi langganan (Gambar diambil dari: suaralawangkuari.com)

Dari kedua pengalaman saya diatas, bisa disimpulkan bahwa pengetahuan akan slang itu berhubungan erat dengan umur seseorang. Semakin tua umur seseorang, semakin tinggi kemungkinan slang-slang yang dia ketahui tidak diketahui oleh orang lain (yang jarak umurnya cenderung jauh). 

Begitu juga sebaliknya, semakin muda umur seseorang, semakin tinggi kemungkinan slang-slang yang dia ketahui diketahui oleh orang lain (yang jarak umurnya tidak terlalu jauh). 

Dari momen nongkrong di warung kopi langganan itulah akhirnya saya mulai terbiasa berbicara menggunakan slang. Karena, saya pikir jika memang ada kosakata yang lebih singkat untuk menggambarkan sesuatu yang kita pikirkan bukankah komunikasi tersebut dapat menjadi lebih efektif dan efisien? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun