Drama Korea When The Phone Rings ramai dibicarakan sejak awal rilis. Dibintangi oleh aktor dan aktris terkenal seperti Yoo Yeon-seok dan Chae Soobin, drama ini dinantikan tayang setiap minggunya. Mengusung genre thriller/misteri, When The Phone Rings terus meningkatkan antusias penonton karena alur ceritanya yang menarik dan menegangkan. Drama tersebut juga menerima banyak penghargaan selama periode penayangannya. Menutup penantian para penggemarnya, When The Phone Rings sukses menayangkan episode terakhirnya pada 4 Januari 2025. Namun, salah satu adegan dalam episode terakhir cukup kontroversial lantaran menyelipkan bumbu propaganda di dalamnya.
  Dalam episode terakhir, terdapat adegan yang dianggap menyudutkan perjuangan rakyat Palestina dan menggambarkan pihak tertentu sebagai korban yang sebenarnya. Hal ini menimbulkan reaksi keras dari banyak penonton yang merasa bahwa drama tersebut telah menyelipkan propaganda terselubung. Beberapa pengamat bahkan menilai bahwa twist yang disajikan tidak hanya dipaksakan secara naratif, tetapi juga bertujuan untuk membentuk opini publik mengenai isu geopolitik tersebut.
  When The Phone Rings awalnya dikenal sebagai drama yang mengisahkan seorang jurnalis investigasi bernama Baek Saeon yang mencoba mengungkap jaringan rahasia di balik serangkaian panggilan misterius yang menyebabkan kematian tragis. Sepanjang drama, penonton disajikan berbagai teka-teki yang membuat alur semakin menarik. Namun, di episode terakhir, arah cerita tiba-tiba berubah dengan memasukkan elemen politik yang tidak terduga, seolah mengesampingkan inti cerita sebelumnya.
 Menurut Harold D. Lasswell, propaganda adalah "pengendalian opini dengan simbol-simbol yang disengaja, seperti cerita, laporan, dan gambar." Dalam When The Phone Rings, adegan kontroversial menunjukkan karakter Na Yu Ri (Jang Gyu Ri) memberitakan bahwa negara fiktif Paltima menyerang Izmael, dengan warga Korea turut menjadi sandera. Meskipun fiktif, pelesetan nama negara tersebut menyinggung konflik Palestina-Israel. Informasi dalam adegan tersebut dianggap tidak mencerminkan realitas di Gaza, Palestina.
  Sutradara When The Phone Rings, yang sebelumnya dikenal dengan karya-karyanya yang penuh ketegangan dan plot twist menarik, kini menghadapi kritik tajam. Banyak yang menilai bahwa ia sengaja menyelipkan propaganda zionis dalam episode terakhir drama ini. Keputusan untuk memasukkan elemen politik yang kontroversial dianggap sebagai langkah yang tidak bertanggung jawab, mengingat besarnya pengaruh industri hiburan terhadap opini publik.
  Sebagai respons terhadap kontroversi ini, muncul seruan boikot dari berbagai pihak yang merasa bahwa drama tersebut telah menyinggung isu sensitif. Sejumlah komunitas dan aktivis mendesak platform streaming untuk menarik drama ini dari peredaran, sementara para penonton yang kecewa memilih untuk tidak lagi mendukung proyek-proyek mendatang dari tim produksi yang terlibat. Gelombang protes ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya menyaring konten yang mereka konsumsi.
  Kontroversi When The Phone Rings menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih bijak dalam memilih tontonan. Hiburan seharusnya tidak menjadi alat propaganda yang dapat memanipulasi opini publik secara halus. Oleh karena itu, penonton diharapkan lebih kritis terhadap narasi yang disajikan dalam sebuah karya, agar tidak mudah terpengaruh oleh pesan tersembunyi yang mungkin terkandung di dalamnya.
 Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI