Mohon tunggu...
Frisma Dyah Marsinta
Frisma Dyah Marsinta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

NIM : 152111913030

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Body Shaming Melonjak di Masa Pandemi, Apa Penyebabnya?

5 Juni 2022   11:38 Diperbarui: 7 Juni 2022   19:36 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh :

Frisma Dyah Marsinta mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

Pandemi Covid-19 yang mewabah menyebabkan dampak yang signifikan bagi seluruh masyarakat. Adanya pandemi yang menjalar di kalangan masyarakat Indonesia menjadikan penyebaran teknologi semakin canggih dan cepat. Mengapa demikian?. 

Di masa pandemi, semua orang beraktivitas dengan menggunakan teknologi serta media sosial. Aktivitas tersebut termasuk berjualan, kegiatan belajar mengajar, dan lain sebagainya. Hal tersebut menyebabkan teknologi juga melakukan pembaharuan secara terus-menerus. Sehingga, cara dalam mendapatkan informasi juga sangat mudah dan efisien. Dalam mengakses informasi dapat dilakukan mulai dari televisi, radio, handphone, leptop, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga mengakibatkan penggunaan media sosial yang meningkat selama masa pandemi.

Berdasarkan survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet Indonesia, sampai dengan kuartal keduatahun 2020 pengguna internet Indonesia mencapai 196 juta pengguna, naik 8,9% dibandingkan dengan tahun 2018 yang hanya 171 juta pengguna. Rata-rata masyarakat di Indonesia menggunakan waktu tiga jam sehari untuk berselancar di dunia maya, dengan aktivitas yang dilakukan seperti mengakses jejaring sosial (90%), mencari informasi (75%), hiburan (58%), surat elektronik (47,3%), permainan(44%), dan belanja (48,5%) (Duarte, 2019).

Media sosial merupakan tempat dimana para masyarakat dapat melihat, mengomentari postingan ataupun hal lain, yang mungkin memiliki dampak negatif maupun positif. Tidak jarang komentar yang dilontakan dalam media sosial memiliki kritik yang sangat tajam, terutama mengenai kecantikan seperti berkulit putih dan bersih, rambut hitam, panjang dan lurus jika pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki standarisasinya berupa tubuh yang   atletis, berotot,  maskulin  dianggap  sebagai salah satu cara untuk menampilkan kekuatan   dan   kelaki-lakian seseorang. Komentar tersebut bisa termasuk ke dalam kasus body shaming.

Pasti kalian pernah mendengar mengenai istilah body shaming. Apa itu body shaming?. Mengapa kasus body shaming melonjak di masa pandemi?. Agar kamu memahaminya, mari simak terus artikel di bawah ini!.

Body shaming merupakan penilaian seseorang mengenai tubuhnya sehingga menimbulkan perasaan dimanam, perasaan tersebut berfikir bahwa tubuhnya memalukan yang diakibatkan penilaian dari dirinya sendiri maupun orang lain karena bentuk tubuhnya yang tidak sesuai dengan bentuk tubuh ideal. Kasus body shaming tidak mengenal usia, ras, atau bentuk tubuh tertentu. Siapapun itu dapat mengalami atau melakukan body shaming kepada orang lain. penyebab dari body shaming mungkin berasal dari emosi, basa-basi, atau bahkan bercanda yang terlalu berlebihan.

Di masa pandemi, walaupun jarang bertemu dengan teman di tempat-tempat seperti sekolah, kampus, ataupun kantor, kasus body shaming bisa dilakukan di media sosial. Tindakan body shaming yang terjadi dimasyarakat maupun di media sosial seperti di Instagram, banyak diantaranya mengalami depresi dan melakukan hal ekstrem untuk memperbaiki fisiknya sendiri. Hal-hal seperti komunikasi yang banyak dilakukan hanya pada layar monitor, dengan tidak melihat ekspresi wajah, tidak mengetahui intonasi bicara menjadikan beberapa faktor yang mengikis kepekaan-kepekaan dalam memahami emosional dari lawan bicara.

Penyebaran informasi melalui media sosial yang membuat segala sesuatu menjadi lebih   mudah, membuat orang-orang akan lebih mudah pula untuk mendapatkan data-data negatif. Hanya dengan membaca dari kolom-kolom komentar, yang kemudian disimpulkan sehingga memunculkan persepsi baru dari pengguna media sosial lainnya. Apalagi, di masa pandemi sebagian besar kegiatan dilakukan menggunakan teknologi yang juga menjadikan pemakaian media sosial juga meningkat beriringan dengan kasus body shaming di masa pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun