Mohon tunggu...
Friska  Veronika Simanjuntak
Friska Veronika Simanjuntak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobbi saya adalah membaca novel dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sumut Beraksi, Menuju Sumatera Utara Bebas Malaria!

21 Juni 2024   08:10 Diperbarui: 21 Juni 2024   08:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Taukah kamu, Indonesia adalah negara asia tenggara ke -2 dengan jumlah kasus malaria tertinggi setelah India pada tahun 2022, dengan peningkatan tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Jumlah kasus tertinggi malaria di Indonesia terjadi pada tahun 2012, dengan 417.819 kasus. Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera utara (BPS) kasus malaria di Sumatera utara paling banyak adalah tahun 2020 sebanyak 20.720 kasus dan tahun 2021 menurun menjadi  15.730 kasus, kemudian terjadi peningkatan kembali pada tahun 2023 yaitu 18.361. Menurut kemenkes RI (2021), Malaria terjadi pada semua umur, dengan kejadian paling rendah pada bayi (0,1%) dan paling tinggi pada kelompok umur produktif 25 -- 34 tahun (0,4%). Maria merupakan penyebab kematian utama ke -- 16 dari 22 penyebab utama, dengan proporsi kematian sekitar 1,3%.

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang menyerang sel darah merah dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penderita malaria dapat terinfeksi dengan satu atau jenis parasit yang berbeda. Penyakit malaria biasanya ditandai dengan gejala seperti demam, sakit kepala, muntah -- muntah, flu. Pada orang yang terinfeksi malaria berat akan mengalami anemia berat akibat hemolisis, kesulitan bernafas, penurunan kesadaran atau kelainan saraf.

Terdapat faktor faktor yang menyebabkan tingginya kasus malaria di Sumatera Utara diantaranya seperti kondisi lingkungan tempat tinggal masyarakat di beberapa wilayah sumatera utara yang ditemukan tinggal di dekat semak -- semak, perkebunan, dan hutan memiliki resiko terkena malaria, dimana semak -- semak atau kebun dan hutan disekitar rumah bisa menjadi tempat peristirahatan bagi nyamuk. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Sumatera Utara memiliki kebiasaan untuk keluar rumah pada malam hari. Adanya hubungan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari dengan kejadian malaria diduga karena aktivitas menggigit nyamuk anopheles pada umunya aktif mencari darah pada waktu malam hari. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pola penyebaran malaria juga menjadi salah satu faktor tingginya kasus penyakit malaria di Sumatera Utara. Pengetahuan yang kurang memadai tentang cara penularan, gejala, serta langkah langkah pencegahan membuat masyarakat rentan terhadap penyakit malaria.

Pola pengendalian malaria yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara mencakup beberapa strategi diantaranya :

  • Melakukan Pencegahan Primer : Pendekatan pencegahan awal seperti penggunaan kelambu berinsektisida, penggunaan obat anti malaria serta praktik hidup sehat lainnya.
  • Peningkatan Peran Serta Masyarakat : Melibatkan aktif masyarakat dalam berpartisipasi pencegahan dan penanggulangan malaria, seperti melalui kampanye, program pemberantasan sarang nyamuk, dan pengoraganisasian komunitas untuk memberantas nyamuk.
  • Penguatan sistem kesehatan : Meningkatkan kapasitas layanan kesehatan untuk mendeteksi, melaporkan dan mengelola kasus malaria serta penggunaan obat -- obatan yang lebih efektif untuk mengobati infeksi malaria.
  • Perbaikan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Kasus Malaria : Untuk memberikan data real -- time yang akurat untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi program.

Selain penanganan terhadap penderita penyakit malaria, upaya untuk eliminasi malaria yaitu pengendalian vektor (Anopheles spp). Berikut merupakan program pengendalian vektor yang rasional dan efektif untuk dilakukan :

  • Penyemprotan dalam Rumah (Spary Indoor Residual Long) : Tujuannya untuk mengendalikan populasi nyamuk Anopheles yang biasanya menggigit orang dalam rumah. Hal ini dapat membantu mempersingkat umut nyamuk dan mengurangi penyebaran dan penularan malaria.
  • Larvasidasi : Menggunakan larvasida untuk mengontrol populasi larva nyamuk Anopheles. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi jumlah larva nyamuk di perairan tempat mereka berkembang biak.
  • Modivikasi/Manipulasi Habitat : Mengurangi populasi nyamuk dengan mengubah tempat mereka berkembang biak. Hal ini dapat dicapai dengan mengeringkan genangan air, membersihkan saluran yang tersumbat, atau menghilangkan lokasi di mana air dapat menggenang.

Untuk perencanaan dan pelaksanaan program pengendalian vektor, pemahaman yang baik tentang bionomik vektor sangat penting karena pengendalian vektor akan bekerja lebih baik dengan informasi yang lebih baik tentang perilaku, distribusi, dan musim penularan vektor. Selain itu, memastikan bahwa perilaku vektor sesuai dengan teknik pengendalian yang digunakan akan memaksimalkan hasil dalam pencegahan dan pengendalian malaria.
Dalam menjadikan Sumatera bebas dari malaria, kerja sama yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait sangatlah penting. Hanya dengan bekerja bersama-sama, kita dapat mengatasi tantangan ini dan mencapai tujuan bersama untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas dari malaria

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun