Mohon tunggu...
Friska Siallagan
Friska Siallagan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sedang Dalam Pengembangan Potensi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang "Morotin"

31 Mei 2012   13:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta itu seperti penyakit, bisa menjangkiti siapa saja. Seorang janda yang rumahnya di ujung jalan sana jatuh cinta kepada tukang pos yang setiap hari lewat di depan rumahnya. Seorang ibu rumah tangga jatuh cinta kepada suami temannya. Seorang karyawan swasta merasa dirinya jatuh cinta kepada pacar teleponnya. Dan aku, aku dulu jatuh cinta kepada pemuda yang bekerja di sebuah perusahaan besar. Dan sekarang aku masih cinta, walau dia saat ini dalam status pengangguran

Kemudian sekarang, teman-temanku mengatakan bahwa aku tidak sedang mencintainya, mencintai Leo. Mereka mengatakan bahwa aku ini sedang dibodohi. Mereka bilang aku bodoh karena mau menghidupi Leo dalam status penganggurannya. Mereka bilang, "Putusin aja dia, Rin! Dia itu lho udah morotin kamu."

"Morotin", Leo tidak pernah melakukan hal itu. Dia tidak pernah meminta sesuatu kepadaku. Akulah dengan segala kesadaranku memberikan apa yang dia butuhkan. Aku bisa memberikan sejuta alasan untuk menolak anggapan jelek mereka tentang Leo.Tapi semua berdasar pada satu kalimat majemuk, "Aku dan Leo saling mencintai, dan kami harus saling memberi"

Lima minggu yang lalu, sehabis makan sate di Pasar jajanan Leo mengatakan dompetnya yang tertinggal di kost-annya. Akibatnya aku harus mengeluarkan uangku. Hal itu kemudian berbuntut sampai kami pulang. Bensin motor tiba-tiba habis dan kami harus mengisinya di SPBU. Lagi-lagi aku membuka dompetku untuk membayar bensin tersebut. Sesampainya di kamar asrama, Leo meminjam uang karena dia ingin membelikan pesanan satu kostnya.

Beberapa hari kemudian Leo mengunjungiku dengan wajah kuyu. Dia mengatakan kalau motornya akan ditarik oleh pihak dealer dimana dia membeli motor itu. Leo memang membeli motor itu dengan sistem kredit. Leo mengatakan kalau dia tidak memiliki uang karena dia baru saja membayar uang sekolah adiknya yang menunggak beberapa bulan. Aku sangat sedih, bukankah kredit motor itu sudah jalan sampai beberapa bulan, sayang sekali kalau dilepas. Aku memiliki cincin emas yang sedari dulu memang sudah ingin kujual. Aku menawarkan untuk meminjamkan uang kepadanya. Leo kelihatannya terkejut dan buru-buru menolak. Aku memaksanya untuk mengiyakan bantuanku. Dan akhirnya Leo menganggukkan kepalanya, namun tetap dengan wajah yang tidak suka.

Leo tidak pernah lagi memunculkan sosoknya di depan kamar asramaku. SMS dan teleponya tidak lagi mampir di telepon genggamku. Leo, apa yang sedang terjadi?  Kudatangi dia ke indekost-annya, tapi Leo tidak kost di sana lagi. Ku telepon dia sampai berulang kali, tapi tidak dijawab. Berbagai prasangka jelek menghampiri pikiranku. Dan akhirnya Leo mengirimkan sms pendek yang mengatakan kalau dia sedang berada di rumah temannya. Dia memintaku datang menemuinya.

"Aku dipecat.." ucapnya sendu. "Ada masalah di pekerjaan, dan mereka salah paham. Mereka pikir akulah pelakunya, padahal aku tidak melakukan apa-apa." Aku mendengar ceritanya yang panjang. Dan  kemudian aku melihat Leo menangis. Dia menggenggam tanganku, "Kamu ga akan mutusin aku, walaupun aku pengangguran 'kan?" Aku mengangguk.

Dan kemudian mulai detik itu aku membiayai apapun keperluan Leo. Semua perhiasan emasku satu persatu terjual. Tabungan yang kuusahakan sejak beberapa tahun yang lalu kini sudah ludes. Perasaan ingin membuat Leo tidak sedih lagi membuatku tidak berpikir panjang lagi. Aku menyerahkan semua yang kumiliki. Dan Leo berkata akan mengganti semuanya saat dia sudah mendapatkan pekerjaan yang baru.

Jadi ucapan teman-temanku itu mungkin ada benarnya, tapi aku tidak mungkin memutuskan hubunganku dengan  Leo. Aku sudah memberikan semua yang kumiliki kepadanya.

Kredit motor leo sudah lunas. Akhirnya satu bebanku sudah berkurang. Hari ini kami pulang kerja cepat. aku ingin pergi ke pantai bersama Leo untuk merayakan lunasnya kredit motor tersebut. Aku menelepon leo, tapi nomornya tidak aktif. Aku berusaha sabar, menunggunya beberapa jam lagi baru menelepon. Tapi tetap saja nomornya tidak aktif. aku mendatangi Leo ke rumah temannya, dan sesampai di sana aku mendapatkan berita yang tidak menyenangkan. Leo tadi pagi berkemas dan meninggalkan rumah itu. Dia pulang ke kampung halamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun