Mohon tunggu...
Setapak Pena
Setapak Pena Mohon Tunggu... Jurnalis - Kumpulan artikel Historis dan Informasi

Setapak Pena merupakan sebuah blog yang berbagi karya tulis artikel historis dan informasi baik di Indonesia maupun mancanegara

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tong Sin Fu, Pencetak Generasi Emas yang Dilupakan dan Dipersulit Menjadi WNI

4 April 2022   12:00 Diperbarui: 4 April 2022   12:22 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badminton atau bulu tangkis merupakan salah satu olahraga yang paling populer di Indonesia, lantaran selalu menjadi cabang andalan yang dapat membawa Indonesia memenangkan berbagai medali di ajang antar benua hingga dunia bahkan seringkali meraih emas di Olimpiade. 

Tak hanya itu, berkat olahraga bulu tangkis nama Indonesia begitu harum di mata Internasional. Sebut saja seperti Susi Susanti, Alan Budikusuma, Taufik Hidayat hingga Rudy Hartono. Mereka merupakan atlet yang sampai saat ini masih menjadi pujaan banyak kalangan, berkat mengharumkan nama bangsa di kejuaran bulutangkis bergengsi. 

Namun taukah Anda jika dibalik kejayaan badminton Indonesia menyimpan kisah yang cukup menyedihkan, yakni pencetak generasi emas bulu tangkis Indonesia yang terlupakan. 

Bagi masyarakat Indonesia yang lahir di tahun 80-an tentu mengenal sosok Tong Sin Fu. Ia merupakan pelatih badminton Indonesia yang sukses melahirkan generasi emas tunggal putra Indonesia yang mendominasi dunia. Lalu seperti apa sih fakta Tong Sin Fu ini? Berikut ulasannya yang sudah dirangkum dari berbagai sumber. 

1. Mendapat Julukan "The Thing"

Tong merupakan pria yang lahir di Teluk Betung, Lampung, pada 13 Maret 1942. Kariernya diawali dari pemain bulu tangkis yang bakatnya mulai terlihat ketika masuk ke kelas junior. Saat memasuki usia senior, ia memutuskan pergi ke Cina untuk belajar. Namun rupanya keinginan untuk turun ke lapangan masih belum padam. 

Akan tetapi, kondisi politik Cina saat itu tak memungkinkan dia untuk tampil di turnamen Internasional, prestasinya pun mentok di Ganefo edisi 1963 dan 1966 sebagai juara tunggal putra. Meskipun demikian namanya mulai meroket sejak pemerintah cina mulai terbuka, ia pun dijuluki "the thing" oleh media Eropa.

2. Pernah Menjadi Pelatih Bulu Tangkis Indonesia 

Setelah pensiun pemilik nama asli Fuad Nurhadi ini sempat menjadi pelatih di Cina pada akhir 1979. Kemudian pada 1986, Tong Sin Fu diminta untuk melatih Pelita Jaya milik Aburizal Bakrie. Saat itu, ia dikontrak 750 USD per bulannya, barulah Tong Sin Fu ditarik ke Pelatnas Cipayung. Melalui tangan dinginnya sejumlah pemarin bintang pun ia lahirkan. 

3. Melahirkan Generasi Emas Tunggal Putra Indonesia 

Ketika menjadi pelatih bulu tangkis Indonesia, Tong berhasil melahirkan generasi emas tunggal putra Indonesia yang mendominasi dunia. Dirinya sukses memoles pemain seperti Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata, dan Hariyanto Arbi. Bintang terkahir yang mengkilat di tangganya adalah Hendrawan. 

4.Pencapaian Terdahsyat Anak Asuhan Tong Terjadi pada Olimpiade Barcelona 1992 

Kali pertama bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade tiga wakil tunggal putra Indonesia mendominasi total dengan menyapu bersih medali. Alan dan Ardy meraih emas serta perak dengan menciptakan All Indonesian Final. Sementara saat itu Hermawan meraih perunggu. 

5. Pergi Dari Indonesia Dengan Hati Terluka 

Herry Iman Pierngadi atau yang dijuluki dengan coach Naga Api ini merupakan pelatih ganda putra Indonesia atau tidak lain adalah teman sekamar Tong Sin Fu. 

Saat Tong masih di Indonesia ia kerap mendapat curhatan dari pelatih tunggal putra Indonesia tersebut. Tong saat itu curhat tentang status kewarganegaraan yang tidak jelas di Indonesia. Saat dia hendak pindah ke Cina, Herry mengatakan bahwa Tong luar biasa bimbang. Kalau mau memilih, Tong ingin tetap berada di Indonesia ujarnya saat itu. 

Tapi akhirnya dengan hati sangat terluka, pada 1998 Tong pergi dari Indonesia. Tak hanya itu, di tengah ketidakpastian dan kegamangan Tong menerima pinangan sebuah klub lokal di Provinsi Fujian, Cina. Perasaan Tong memang perih sebab seorang aparat pemerintah menipunya. 

6. Mengangsur Uang Berjumlah Fantastis Agar Bisa Menjadi WNI 

Sebelum memutuskan untuk pergi, Tong sempat mengangsurkan uang antara Rp 30-50 juta agar permohonannya menjadi WNI (Warga Negara Indonesia) diterima. Jumlah yang sangat besar untuk tahun 1990-a. Tetapi, setiap kali maju imigrasi Tong selalu menghantam tembok. Dia diminta untuk mengulang prosesnya menjadi WNI sejak awal hingga pada akhirnya dirinya menyerah.

7. Diperlakukan Istimewa di Cina 

Saat menjadi pelatih baru di Cina, Tong Sin Fu diperlakukan sebagai pelatih lama, semua jasanya dihitung selain itu dia juga langsung diberi rumah serta fasilitas. Tak hanya itu, pensiunnya dijamin gajinya disesuaikan dengan levelnya yang tinggi. Kepedulian Cina kepada Tong juga jauh lebih tinggi. 

Tong Sin Fu jelas jadi salah satu kunci kejayaan badminton Indonesia dan juga Cina. Namun melihat perjalanan Tong Sin Fu, Indonesia jadi pihak yang merugi karena melepas kesempatan untuk bisa mempertahankan Tong Sin Fu tetap di Indonesia lewat pemberian status WNI yang telah diperjuangkan sejak lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun