Mohon tunggu...
Frishe Maulidiannisa Pangestu
Frishe Maulidiannisa Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate student of Family and Consumer Sciences at IPB University

A Family and Consumer Sciences student at IPB University who is interested in family science, child development, and family and consumer economics.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tingkat Stres pada Lansia: Faktor, Manajemen, dan Kaitannya dengan Kesejahteraan Keluarga

28 April 2023   15:10 Diperbarui: 28 April 2023   15:22 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.dukehealth.org/blog/5-steps-keeping-aging-voice-healthy

Kehidupan manusia di dunia tidak luput dari masalah, baik masalah berat maupun ringan. Masalah yang dihadapi pun beragam, mulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut dapat menjadi pemicu stres yang kemudian akan mengganggu kehidupan dan kesejahteraan seseorang. Adapun stres merupakan reaksi seseorang ketika menghadapi stimulus dari luar yang dianggap sebagai ancaman maupun bahaya terhadap kesejahteraan, harga diri, maupun integritasnya (Rahman, 2016).

Stres pada hakikatnya akan dialami oleh seluruh individu, pada seluruh tahapan kehidupannya, tidak terkecuali pada lansia atau lanjut usia. Kelompok lansia (elderly) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Kelompok ini sudah melewati berbagai tahap perkembangan lainnya, sehingga merupakan tahap akhir dari perkembangan kehidupan individu. Meskipun lebih lama menjalani hidup, bukan berarti kelompok lansia tidak memiliki masalah atau tekanan. Sebaliknya, kelompok lansia merupakan kelompok yang paling rentan secara psikologis, sehingga dapat menimbulkan stres dan mengganggu kesejahteraannya.

Ketika memasuki masa lansia, seseorang akan mengalami perubahan fisik dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat berupa penurunan stamina dan penampilan, sedangkan perubahan sosial dapat berupa kematian pasangan dan perubahan peran dalam kehidupan sosial. Selain itu, masalah kesehatan adalah salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh kelompok lansia. Hal ini menuntut lansia untuk memiliki manajemen stres yang baik agar dapat menurunkan tingkat stres atau mengurangi respon stes yang muncul dalam dirinya (Kurniasih & Liza, 2018).

Studi terdahulu menunjukkan bahwa banyak lansia mengalami stres (Azizah & Hartanti, 2016; Maria, 2022). Stres pada lansia tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah tempat tinggal. Lansia yang tinggal di daerah padat penduduk, seperti perkotaan, akan memiliki tingkat stres yang berbeda dengan lansia yang tinggal di pedesaan. Selain tempat tinggal dalam aspek geografis, bersama siapa lansia tinggal juga memiliki pengaruh terhadap tingkat stres. Penelitian yang dilakukan oleh Selo et al. (2017) menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di panti jompo memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada lansia yang masih tinggal bersama keluarganya.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

FAKTOR STRES PADA LANSIA

Sumber: https://www.homecareassistanceoakville.ca/how-can-social-isolation-impact-a-seniors-health/
Sumber: https://www.homecareassistanceoakville.ca/how-can-social-isolation-impact-a-seniors-health/

Masih dalam studi yang sama, hal itu disebabkan oleh kualitas perawatan lansia. Kelompok lansia yang masih tinggal bersama keluarga umumnya melakukan lebih banyak aktivitas, mempunyai dukungan emosional, dan tercukupi kebutuhannya. Sebaliknya, pada kelompok lansia yang tinggal di panti jompo, stres rentan terjadi karena kurangnya dukungan keluarga dan rasa kesepian.

Secara umum, stres pada lansia tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti sesuatu yang terjadi tidak sesuai rencana, masalah ekonomi, hubungan dengan keluarga, dan rasa kesepian. Selain itu, kemampuan adaptasi lansia terhadap perubahan yang dihadapinya dapat menjadi pemicu utama stres. Meskipun lansia yang tinggal bersama keluarga cenderung memiliki tingkat stres yang rendah dibandingkan lansia yang tinggal di griya dan sejenisnya, tetapi faktor pengaruh ini tidak dapat diabaikan. 

MANAJEMEN STRES PADA LANSIA

Sumber: https://newsroom.unsw.edu.au/news/general/treating-our-elderly-people-ethically-and-transparency
Sumber: https://newsroom.unsw.edu.au/news/general/treating-our-elderly-people-ethically-and-transparency

Hasil survei yang dilakukan kepada lima orang lansia di daerah perkotaan menunjukkan bahwa pendekatan diri kepada Tuhan dan aktivitas spiritual lainnya, menjadi strategi yang cukup sering dilakukan untuk mengelola stres, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurohmah & Nurmagphita (2022). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat religiusitas berbanding terbalik dengan tingkat stres yang dialami oleh lansia. 

Artinya, semakin tinggi tingkat religiusitas lansia maka akan semakin rendah pula tingkat stresnya.

Selain pada aspek spiritual, lansia juga dapat mengelola stresnya dengan cara berolahraga secara teratur, menghabiskan waktu yang berkualitas bersama keluarga, dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Sikap adaptasi dalam menerima fase penuaan tersebut juga dapat didorong oleh dukungan dari keluarga dan orang-orang sekitar. Lansia perlu diarahkan untuk berpikir bahwa penuaan adalah bagian dari fase perkembangan mereka sebagai individu. Dengan demikian, lansia diharapkan dapat lebih tenang dalam menjalani hidup.

Adapun strategi lain yang dapat dilakukan lansia untuk manajemen stres adalah dengan melakukan terapi Reminiscence, yang telah terbukti mampu menurunkan tingkat stres pada lansia karena memiliki fungsi escapist (Rahayuni et al., 2015).

Lantas, bagaimana stres yang terjadi pada lansia dapat memengaruhi kesejahteraan keluarga?

MANAJEMEN STRES PADA LANSIA DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

Sumber: https://www.dukehealth.org/blog/5-steps-keeping-aging-voice-healthy
Sumber: https://www.dukehealth.org/blog/5-steps-keeping-aging-voice-healthy

Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 Bab 1 Pasal 1 Ayat 11 menyatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antaranggota dan antara keluarga dengan masyarakat. Berbeda dengan kesejahteraan lansia, yang didefinisikan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998, sebagai tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan lansia untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosialnya dengan sebaik mungkin. 

Kesejahteraan keluarga merupakan hasil dinamika interaksi keluarga yang terdiri atas kerja sama, penerimaan, kepercayaan, ritual bersama, kesamaan visi-misi keluarga, rasa saling mengasihi, dan dianggap penting sebagai pondasi dari mental individu (Dewi & Ginanjar, 2019). Kesejahteraan keluarga, terutama dalam aspek subjektif, dapat diukur salah satunya melalui pengelolaan stres yang dilakukan oleh lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di dalamnya. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Kim et al. (2014), yang menemukan bahwa manajemen stres yang efektif pada lansia berbanding lurus dengan tingkat kepuasan hidup keluarga mereka. 

Artinya, semakin efektif manajemen stres yang dilakukan lansia maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan hidup keluarga.

Selain itu, penelitian oleh Gana et al. (2013) menunjukkan bahwa manajemen stres pada lansia juga berhubungan dengan kesejahteraan keluarga mereka secara fisik. Penelitian ini menemukan bahwa lansia yang mampu mengelola stres mereka dengan baik cenderung memiliki keluarga yang lebih sehat, dengan tingkat kesehatan yang lebih baik, dan kurangnya masalah kesehatan yang serius. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen stres yang baik pada lansia dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan, karena stres yang terkelola dengan baik mampu menjadikan lansia lebih bahagia dan tenang, sehat secara fisik, serta bersifat mandiri dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Selain itu, manajemen stres yang optimal pada lansia juga dapat membantu mengurangi beban tugas yang harus ditanggung oleh anggota keluarga yang lain, sehingga kesejahteraan keluarga dengan anggota lansia di dalamnya dapat lebih mudah tercapai. 

Disusun oleh: Salsabila Azka Pelitaputri, Nurul Izzah, Afifa Ahmi Nisa, Mutia Ainil Qalbi, Frishe Maulidiannisa Pangestu

Dosen pengampu: Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, MSi. dan Irni Rahmayani Johan, SP., MM., PhD

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB University

Daftar Pustaka

Azizah, R., & Hartanti, R. D. (2016). Hubungan antara tingkat stres dengan kualitas hidup lansia hipertensi di wilayah kerja puskesmas Wonopringgo Pekalongan. In The 4th University Research Coloquium 2016.

Dewi, K. S., & Ginanjar, A. S. (2019). Peranan faktor-faktor interaksional dalam perspektif teori sistem keluarga terhadap kesejahteraan keluarga. Jurnal Psikologi, 18(2), 245-263. https://doi.org/10.14710/jp.18.2.245-263

Gana, K., Bailly, N., Saada, Y., Joulain, M., Trouillet, R., Herve, C., & Alaphilippe, D. (2013). Relationship between family functioning and the quality of life of elders with dementia: A longitudinal study. Aging & Mental Health, 17(5), 601-609.

Kim, E. S., Park, N., Sun, J. K., Smith, J., & Peterson, C. (2014). Life satisfaction and frequency of doctor visits. In Psychosomatic Medicine (Vol. 76, Issue 1, pp. 86-93). https://doi.org/10.1097/PSY.0000000000000024

Kurniasih, I., & Liza, I. D. M. (2018). Efektifitas manajemen stres cognitive-behavioral dalam menurunkan tingkat stres mahasiswa tahun pertama tahap sarjana PSPDG UMY. Insisiva Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi Insisiva, 7(2), 48-52. https://doi.org/10.18196/di.7296

Maria, D. Y. (2022). Manajemen stres menuju lansia sehat dan bahagia. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 26-32.

Nurohmah, I., & Nurmaguphita, D. (2022). Tingkat religiusitas berhubungan dengan tingkat stres pada lansia: Literatur review. Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, 1-51.

Rahayuni, N. P. N., Utami, P. A. S., & Swedarma, K. E. (2015). Pengaruh terapi reminiscence terhadap stres lansia di Banjar Luwus Baturitu Tabanan Bali. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(2), 130-138.

Rahman, S. (2016). Faktor-faktor yang mendasari stres pada lansia. Jurnal Penelitian Pendidikan, 16(1), 1-7. https://doi.org/10.17509/jpp.v16i1.2480

Selo, J., Candrawati, E., & Putri, R. M. (2017). Perbedaan tingkat stres pada lansia di dalam dan di luar panti werdha pangesti lawang. Nursing News, 2(3), 522-533. https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/688

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun