Kehidupan manusia di dunia tidak luput dari masalah, baik masalah berat maupun ringan. Masalah yang dihadapi pun beragam, mulai dari masalah ekonomi, sosial, kesehatan, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut dapat menjadi pemicu stres yang kemudian akan mengganggu kehidupan dan kesejahteraan seseorang. Adapun stres merupakan reaksi seseorang ketika menghadapi stimulus dari luar yang dianggap sebagai ancaman maupun bahaya terhadap kesejahteraan, harga diri, maupun integritasnya (Rahman, 2016).
Stres pada hakikatnya akan dialami oleh seluruh individu, pada seluruh tahapan kehidupannya, tidak terkecuali pada lansia atau lanjut usia. Kelompok lansia (elderly) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Kelompok ini sudah melewati berbagai tahap perkembangan lainnya, sehingga merupakan tahap akhir dari perkembangan kehidupan individu. Meskipun lebih lama menjalani hidup, bukan berarti kelompok lansia tidak memiliki masalah atau tekanan. Sebaliknya, kelompok lansia merupakan kelompok yang paling rentan secara psikologis, sehingga dapat menimbulkan stres dan mengganggu kesejahteraannya.
Ketika memasuki masa lansia, seseorang akan mengalami perubahan fisik dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat berupa penurunan stamina dan penampilan, sedangkan perubahan sosial dapat berupa kematian pasangan dan perubahan peran dalam kehidupan sosial. Selain itu, masalah kesehatan adalah salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh kelompok lansia. Hal ini menuntut lansia untuk memiliki manajemen stres yang baik agar dapat menurunkan tingkat stres atau mengurangi respon stes yang muncul dalam dirinya (Kurniasih & Liza, 2018).
Studi terdahulu menunjukkan bahwa banyak lansia mengalami stres (Azizah & Hartanti, 2016; Maria, 2022). Stres pada lansia tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah tempat tinggal. Lansia yang tinggal di daerah padat penduduk, seperti perkotaan, akan memiliki tingkat stres yang berbeda dengan lansia yang tinggal di pedesaan. Selain tempat tinggal dalam aspek geografis, bersama siapa lansia tinggal juga memiliki pengaruh terhadap tingkat stres. Penelitian yang dilakukan oleh Selo et al. (2017) menunjukkan bahwa lansia yang tinggal di panti jompo memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada lansia yang masih tinggal bersama keluarganya.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
FAKTOR STRES PADA LANSIA
Masih dalam studi yang sama, hal itu disebabkan oleh kualitas perawatan lansia. Kelompok lansia yang masih tinggal bersama keluarga umumnya melakukan lebih banyak aktivitas, mempunyai dukungan emosional, dan tercukupi kebutuhannya. Sebaliknya, pada kelompok lansia yang tinggal di panti jompo, stres rentan terjadi karena kurangnya dukungan keluarga dan rasa kesepian.
Secara umum, stres pada lansia tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti sesuatu yang terjadi tidak sesuai rencana, masalah ekonomi, hubungan dengan keluarga, dan rasa kesepian. Selain itu, kemampuan adaptasi lansia terhadap perubahan yang dihadapinya dapat menjadi pemicu utama stres. Meskipun lansia yang tinggal bersama keluarga cenderung memiliki tingkat stres yang rendah dibandingkan lansia yang tinggal di griya dan sejenisnya, tetapi faktor pengaruh ini tidak dapat diabaikan.Â
MANAJEMEN STRES PADA LANSIA
Hasil survei yang dilakukan kepada lima orang lansia di daerah perkotaan menunjukkan bahwa pendekatan diri kepada Tuhan dan aktivitas spiritual lainnya, menjadi strategi yang cukup sering dilakukan untuk mengelola stres, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurohmah & Nurmagphita (2022). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat religiusitas berbanding terbalik dengan tingkat stres yang dialami oleh lansia.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!