Mohon tunggu...
Frisch Young Monoarfa
Frisch Young Monoarfa Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Suami, ayah dua anak, pemerhati masalah sosial

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Membuat Rancang Bangun Pemimpin DKI Masa Depan Bersama PAN

18 April 2016   10:33 Diperbarui: 18 April 2016   13:14 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sebuah Partai Politik PAN memiliki kepentingan menemukan Pemimpin Daerah yang dapat menyejahterakan rakyat, demikian salah satu pernyataan yang diberikan Eddy Soeparno dalam bincang-bincang Ekspresi Warga Terhadap Kemepimpinan Ahok yang diselenggarakan Forum Berbagi Ilmu dan PAN di Omah Sendok Jakrta Selatan beberapa waktu lalu.

Bincang-bincang yang menghadirkan Erlangga Pribadi, M. Ridwan Saidi dan Eddy Soeparno dihadiri lebih dari 25 pewarta dan blogger lebih banyak membicarakan perlunya kriteria pemimpin yang lebih mampu merangkul masyarakat dengan kebijakan dan tindakan yang terukur.

Salah satu yang diperhatikan oleh M. Ridwan Saidi adalah kebijakan reklamasi Pantai Utara Jakarta yang disebutnya sebagai kebijakan yang tidak memperhatikan keamanan bangsa. “Pantai Utara Jakarta yang direklamasi dikhawatirkan akan menjadi kota mati yang akhirnya membahayakan situasi keamanan Jakarta” kata Ridwan Saidi. “Sulit membayangkan pantai-pantai dan pembangunan 17 pulau baru akan menjadi komplek hunian dan bisnis, karena biaya yang sangat besar untuk reklamasi akan membuat harga aparteman dan kompleks hunian di sana sangat mahal. Kalau sangat mahal, siapa yang akan sanggu membeli? Kalau akhirnya jadi kota mati, akan berbahaya bagi kota Jakarta” Ridwan Saidi memberikan alasannya.

Dalam kesempatan lain Eddy Soeparno mengatakan kepemimpinan Ahok adalah salah satu evaluasi system cara kerja pemimpin yang diperhatikan PAN. Banyak hal dalam system birokrasi yang merupakan terobosan, meski ada nilai positif dan negatifnya, setiap kebijakan akan menjadi bahan evaluasi apakah PAN akan mendukung AHOK atau mencari alternative calon Gubernur lain.

[caption caption="Penggagas diskusi Ekspresi Warga terhadap kepemimpinan Ahok di Omah Sendok. Dokumentasi frisch y monoarfa"][/caption]“Jakarta memiliki berbagai masalah yang kompleks, terutama masalah kemacetan, banjir dan lain-lain. Belum lagi birokrasi yang perlu ditingkatkan kinerjanya terus dan masalah penggusuran yang menjadi controversial saat ini” kata Eddy Soeparno

Pengamat Politik dari Akar Rumput Strategic Consultant (ARSC) Airlangga Pribadi, memandang memang setiap kebijakan pasti ada yang pro dan kontra. Kebijakan yang dibuat seorang pemimpin akan lebih pada mengakomodasikan kepentingan siapa dan siapa yang akan menjadi masyarakat marjinal atau termarjinalisasi.

Diskusi menyoroti kepemimpinan Ahok memang menggambarkan nilai-nilai positif yang telah dirintis meski banyak pula kritik yang menyertainya. “Kepemimpinan yang tegas memang diperlukan, tetapi PAN sangat menyayangkan langkah-langkah penggusuran di Jakarta yang cenderung “keras”. Padahal pada era Jokowi menjabat sebagai Gubernur, prosesnya lebih lembut dan manusiawi. “Seharusnya Ahok meniru Jokowi dan tidak melulu mengedepankan Polisi atau tentara. Dialog bisa menekan kontroversi dan kesan kekerasan oleh aparat” tambah Eddy Soeparno.

Pada akhir diskusi, masing-masing pembicara memberikan closing statement dengan menekankan perlu dicari figure Pemimpin DKI yang memiliki visi masa depan yang jelas, mampu merangkul semua masyarakat dan jelas bisa menyelesaikan masalah-masalah Jakarta yang bertahun-tahun tidak pernah selesai. “kemacetan, banjir, kependudukan, birokrasi dan setumpuk masalah masih menati untuk dibereskan pemimpin DKI masa mendatang” kata Eddy Soeparno.

“Reklamasi perlu ditinjau ulang, karena ini menyangkut masyarakat pesisir, Tidak bisa dibayangkan hilangnya kebudayaan masyarakat pesisir Jakarta jika reklamasi tetap dilanjutkan” Ridwan Saidi, budayawan betawi menutup diskusi. Sementara Erlangga Pribadi mengatakan” Jakarta masih tetap menjadi primadona dalam konstelasi politik PIlkada di Indonesia. Perlu sebuah cara lain dalam memandang pemilihan calon gubernur. Konvensi bisa menjadi salah satu cara PAN untuk mencari dan menetapkan Calon Gubernur DKI masa depan, jika tidak ingin mendukung Ahok seperti Nadem atau Hanura”.

[caption caption="Diskusi di Omah Sendok dalam Ekspresi warga Terhadap Kepemimpinan Ahok. Dokumentasi frisch Y Monoarfa"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun