Seorang Menteri yang waktu kerjanya tidak terbatas dan demikian sibuk tidak akan sempat mengurus real cost pijat refleksi yang dilakukannya ketika penat dan lelah di usianya yang diatas 50 tahun. Suatu tuduhan yang mengada-ada jika seorang Menteri yang memiliki puluhan staf mulai dari Eselon 1 hingga 4 dan ratusan staff dibawahnya harus  mengetahui harga karangan bunga yang dikirim atas nama Menteri.
Jero Wacik adalah manusia biasa, yang mungkin tidak luput dari kesalahan atau khilaf. Bahkan dengan kebersahajaannya, beliau berani menyampaikan itikad baik, dengan menyerahkan sejumlah tanah dan rekening, yang sebenarnya telah diblokir oleh KPK, sebagai jaminan. Menurut Jero Wacik, jika memang telah terjadi kesalahan administrasi, baik dilakukan oleh Jero Wacik, atau seluruh staff karyawan di kementerian BUDPAR atau ESDM maka tanah dan rekeningnya dapat digunakan sebagai uang pengganti kerugian negara.
Suatu itikad baik yang sulit ditemui di jaman sekarang, dimana seorang pimpinan mau menanggung kesalahan staff dan anak buah yang dipimpinnya. Meski Jero Wacik menyatakan tanah yang dijaminkan adalah tanah yang dibelinya sejak tahun 1991, yang ikut diblokir oleh KPK, beliau merelakan untuk dijadikan sebagai jaminan untuk mengganti kerugian negara yang mungkin timbul dari perkara yang disangkakan.
Dari hasil kesaksian dan surat pernyataan SBY yang disampaikan dalam persidangan dapat dibayangkan betapa lelahnya kerja seorang Menteri dan kesibukkannya yang begitu padat. Waktu dan perhatian yang harus dicurahkan untuk mengelola dan bertanggungjawab atas kementeriannya tidak akan sempat untuk mengurusi DOM atau bersiasat untuk mengelabui penggunaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H