Di balik keindahan pesona Candi Borobudur, Magelang, tersembunyi permasalahan yang mengintai, yaitu penyakit malaria. Pada tahun 2014, Kabupaten Magelang menjadi salah satu kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang mendapat sertifikat eliminasi malaria. Namun, tidak lama kemudian tercatat pada tahun 2015 hingga 2017, tercatat 161 kasus malaria local dan 5 kasus impor. Â Lalu apa yang menjadi masalahnya?
Malaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk ini banyak ditemukan dan berkembang biak di daerah tropis  dan sub-tropis seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tercatat jumlah kasus malaria di kawasan Borobudur cenderung tidak stabil, seperti pada tahun 2015 sampai 2017, terjadi peningkatan jumlah secara drastis sebanyak 161 kasus, tahun 2018, kasus turun menjadi satu kasus. Pada tahun 1019, meningkat lagi menjadi 5 kasus, hingga pada tahun 2021 kembali terjadi lonjakan kasus malaria sebanyak 38 kasus terbesar di Desa Giripurno, Giritengah, dan Majaksangi. Tingkat risiko penyakit ini juga bervariasi, peremupuan memiliki risiko 1,2 kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Sementara, kelompok usia yang memiliki risiko paling tinggi terkena penyakit ini, yaitu usia 41-60 tahun.Â
Faktor Penentu Penularan Malaria
Faktor penentu penularan malaria bisa ditentukan berdasarkan variable apidemiologi seperti orang, tempat, dan waktu. Variabel orang yang berpengaruh disini adalah usia, jenis kelamin, dan pekerjaannya. Faktor lingkungan seperti perubahan iklim, pembangunan yang tidak teratur, dan kepadatan penduduk menjadi kombinasi yang dapat memperparah situasi. Lingkungan yang tidak terkelola dengan baik berpotensi menyebabkan genangan air yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Anopheles  untuk berkembang biak.  Perubahan iklim karena pemanasan global juga berkontribusi pada perluasan habitat nyamuk Anopheles, meningkatkan risiko penyebaran malaria ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak terdampak. Curah hujan yang tidak menentu juga dapat menciptakan genangan air baru.
Usaha Pengendalian Vektor
Berbagai macam usaha sudah dilakukan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, seperti membagikan kelambu anti nyamuk dan melakukan monitoring pada masyarakat yang bepergian dari wilayah endemik malaria. Â Namun, faktor keterbatasan sumber daya seperti dana, tenaga ahli, dan infrastruktur kesehatan juga menjadi penghambat usaha pengendalian penyakit DBD di Magelang. Program-program seperti pembagian kelambu anti nyamuk untuk masyarakat, saat ini belum mencapai jumlah target. Selain itu, kelalaian surveilans yang tidak rutin memantau pasien menyebabkan kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Borobudur tidak stabil. Namun, tanpa adanya usaha pengendalian yang dilakukan oleh kita sendiri, usaha yang sudah dilakukan oleh pemerintah juga akan sia-sia. Pengendalian vektor sederhana yang dapat kita lakukan contohnya adalah menjaga lingkungan sekitar rumah agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik-jentik, atau menggunakan lotion anti nyamuk sebelum tidur. Jika program-program yang sudah dilakukan oleh pemerintah dapat berjalan dengan usaha pengendalian di lingkungan rumah kita sendiri, maka kasus malaria di wilayah kerja puskesmas Borobudur akan terkendali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H