Mohon tunggu...
Frisca Nabila Rivai
Frisca Nabila Rivai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya

-

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kenapa Anak Sering Menghindari Orangtua? Berikut Penjelasan Menurut Teori John Bowlby!

8 Juni 2023   09:02 Diperbarui: 8 Juni 2023   09:13 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/free-photo/parents-scolding-teenager-son-focus-boy-only_1474654.htm#&position=0&from_view=search&track=ais

Hubungan antara anak dan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kesejahteraan anak. Namun, terkadang kita melihat bahwa beberapa anak cenderung menghindari interaksi dengan orang tua mereka. Mengapa hal ini terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita mempelajari teori attachment yang dikemukakan oleh seorang psikolog dan psikiater terkenal bernama John Bowlby.

Teori attachment oleh John Bowlby menyatakan bahwa hubungan yang aman dan stabil antara anak dan pengasuhnya memiliki dampak signifikan pada perkembangan emosional dan sosial anak. Menurut teori John Bowlby tentang kelekatan atau attachment, terdapat tiga jenis pola kelekatan antara anak dan orang tua, yaitu aman (secure), menghindar (avoidant), dan cemas (anxious). Dalam artikel ini, kita akan fokus pada pola menghindar atau avoidant attachment, anak dengan pola ini cenderung menghindari interaksi yang intim dan dekat dengan orang tua mereka.

Anak-anak dengan pola kelekatan menghindar cenderung menunjukkan perilaku yang menghindari interaksi yang intim dan dekat dengan orang tua mereka. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang memengaruhi ikatan emosional anak dengan orang tua, seperti ketidakresponsifan orang tua, pengalaman penolakan, ketidakstabilan emosional orang tua, dan lingkungan yang tidak mendukung.

Pertama, Ketidakresponsifan Orang Tua. Ketidakresponsifan orang tua terhadap kebutuhan dan sinyal emosional anak dapat menghasilkan rasa tidak aman dan menghindarkan anak dari mencari interaksi lebih lanjut. Ketika anak tidak merasa didengar, diterima, atau direspons dengan baik oleh orang tua, mereka mungkin mengembangkan pola menghindar untuk melindungi diri mereka dari pengalaman yang tidak menyenangkan.

Kedua, Pengalaman Penolakan. Pengalaman penolakan atau penolakan emosional yang berulang dari orang tua dapat menyebabkan anak merasa tidak layak atau tidak diinginkan. Hal ini dapat mengakibatkan anak menghindari interaksi dekat dengan orang tua, karena mereka merasa bahwa mereka tidak akan diterima atau dicintai dengan tulus.

Ketiga, Ketidakstabilan Emosional Orang Tua. Ketidakstabilan emosional orang tua, seperti perubahan suasana hati yang sering atau ekspresi emosi yang tidak terkendali, dapat membuat anak merasa tidak aman dan cenderung menghindari interaksi yang intim. Anak mungkin mengembangkan pola menghindar untuk melindungi diri mereka dari ketidakpastian dan konflik emosional yang mungkin timbul. 

Keempat, Lingkungan yang Tidak Mendukung. Lingkungan yang tidak mendukung, seperti adanya kekerasan atau ketidakstabilan rumah tangga, dapat menghasilkan pola menghindar pada anak. Mereka mungkin menghindari interaksi dekat dengan orang tua untuk menghindari konflik atau situasi yang menakutkan.

Pola kelekatan menghindar pada anak tidaklah permanen, dan ada langkah-langkah yang dapat diambil oleh orang tua untuk memperbaiki ikatan dengan anak mereka. Berikut adalah beberapa saran yang dapat membantu orang tua dalam mengatasi pola menghindar attachment:

1. Meningkatkan Responsivitas

Orang tua perlu belajar meresponsi kebutuhan emosional dan sinyal anak dengan cepat dan secara konsisten. Mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan dukungan emosional, dan memberikan perhatian yang memadai dapat membantu anak merasa lebih aman dan terikat dengan orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun