"Sebaik-baiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi oranglain." Pernahkah mendengar kalimat ini? Ya, ini adalah kutipan hadist dari saudara kita yang memeluk agama Muslim. Saya sebagai umat Nasrani, sangat tertegun mendengar kalimat ini, karena hidup akan berarti jika menjadi berkat bagi sesama. Berbicara tentang manusia yang bermanfaat bagi sesama, hal ini sangat cocok dengan tema HKN ke-60 tahun yaitu "Pengabdian Tenaga Kesehatan."
Perkenalkan, saya adalah seorang Karyawan (Bidan) yang bekerja disalah satu Rumah Sakit di kota Bandung, yaitu RS Santo Yusup. RS Santo Yusup Bandung berdiri sejak tahun 1937, dan lokasinya di tengah Pasar Cicadas, Jl. Cikutra No 7. Saat ini RS Santo Yusup Bandung berusia 87 tahun. Data SDM RS Santo Yusup Bandung mengatakan bahwa Karyawan pada bulan Oktober 2024 berjumlah 534 Karyawan. Saya membagi dua kategori usia kerja. Yang pertama ; usia kerja 0-10 tahun berjumlah 185 Karyawan. Yang kedua ; usia kerja  > 10 tahun berjumlah 349 Karyawan. Bisa kita perhatikan, bahwa dari data tersebut sebagian besar Karyawan di RS Santo Yusup Bandung merupakan Karyawan yang "setia." Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, mereka menaruh hidupnya di RS Santo Yusup Bandung.
"Neng Fris, Ibu mah enam tahun lagi pensiun. Bayangin, dari Mas Eno kecil sampai sekarang lagi kuliah S2, sama Nonik adeknya juga sekarang lagi kuliah. Nanti Ibu pensiun berarti Ibu mengabdi disini selama 26 tahun." ungkap Bidan Riris.
Banyak juga Karyawan di RS Santo Yusup Bandung yang mengabdi bekerja hingga 30 tahun. Seni bertahan hidup adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi Karyawan di RS Santo Yusup. Karena bagaimanapun mereka telah berhasil melewati segala hal yang terjadi di tempat mereka bekerja. Namun disatu sisi yang paling saya kagumi adalah proses pembentukan karakter Karyawan RS Santo Yusup Bandung. Mereka menyerahkan segala bentuk pekerjaan kepada Sang Maha Pencipta. Maka diawal mulai bekerja, akan ada bunyi dari sudut-sudut pengeras suara. Ada peringatan yang berpusat dari sistem informasi, bahwa sejenak meninggalkan seluruh pekerjaan. Lalu menundukkan kepala, memohon perlindunganNya dalam setiap pelayananan terhadap pasien. Bentuk pekerjaan yang menggabungkan spiritual didalamnya, dapat menghidupkan suasana bekerja yang baik. Karena tenaga kesehatan adalah suatu pekerjaan yang menyangkut dengan hidup-mati seseorang.
"Ketulusan Pelayanan, Kunci Utama Penyembuhan." merupakan kalimat yang akan sering dijumpai dalam dinding kawasan RS Santo Yusup Bandung. Ketika melayani pasien dengan tulus, maka akan banyak juga pasien yang merasa puas hingga berbuah kesembuhan. Pengabdian tenaga kesehatan di RS Santo Yusup bukanlah pengabdian yang biasa. Akan banyak sekali rintangan dan tantangan. Ditengah era modernisasi segala sesuatu serba bersifat digital. Seperti pencatatan dokumentasi, pelaporan, dan lain sebagainya saat ini sedang proses peralihan dalam bentuk komputerisasi. Saya melihat daya juang Karyawan yang tinggi untuk mengikuti perkembangan jaman. Bayangkan saja banyak Karyawan yang berusia 50 tahun keatas untuk melek digital. Ini adalah salah satu bentuk kekaguman saya terhadap tenaga kesehatan yang bekerja di RS Santo Yusup Bandung. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, semua bisa belajar, dan tidak ada proses yang mengkhianati hasil. Meskipun banyak sekali perjuangan serta pengorbanan yang dilakukan seperti pulang larut malam, karena kesulitan proses adaptasi. Namun ketika semua dikerjakan, maka akan terbiasa. Sehingga kalau dulu Karyawan baru dibimbing oleh Karyawan lama, sekarang saatnya Karyawan baru yang membimbing Karyawan lama dalam mengajarkan segala sesuatu mengenai digital. Sungguh indah sekali bekerja untuk saling tolong menolong.
Meskipun RS Santo Yusup Bandung merupakan RS yang berada ditengah pasar, ternyata cukup berprestasi dalam berbagai kompetisi, diantaranya :
1. Pada PERSI Award - IHMA th 2010, Tim Patient Safety RS Santo Yusup Bandung mendapatkan :
Juara Runner Up patient safety project "Penggunaan Formulir Tranfusi Darah."
Juara 1 poster sesi
2. Pada PERSI Award - IHMA Tahun 2011, Tim Patient Safety Rumah Sakit Santo Yusup Bandung mendapatkan :
Juara 1 patient safety project "Humpty Dumpty"
Runner up patient safety project "Komunikasi Efektif"
Juara 3 poster sesi
3. Pada PERSI Award - IHMA Tahun 2012, Rumah Sakit Santo Yusup mendapatkan Juara runner up customer service project "Meningkatkan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Santo Yusup melalui Caring Brand"
4. Pada PERSI Award - IHMA Tahun 2013, Rumah Sakit Santo Yusup mendapatkan :
Juara 2 Poster Session
Runner Up Patient Safety Project
Social Responbility Project
5. Dan masih banyak lagi penghargaan yang diraih dari tahun ke tahunnya.
Pikiranku kembali dalam kondisi  lima tahun yang lalu. Ya, Covid-19 merupakan suatu kejadian yang tidak pernah terlupakan. Seluruh umat manusia bertahan hidup. Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan untuk menyembuhkan pasien-pasien. Dalam satu situasi, terkadang dalam benakku merasa berat untuk melangkah ke Rumah Sakit. Setiap hari banyak pemandangan peti mati yang bertumpuk.
"Ya Tuhan, akankah giliranku berbaring didalam sana?" gumamku dalam hati.
Dalam kondisi seperti ini, begitu besar rasa ketakutan yang dialami tenaga kesehatan. Semua sibuk menata pikiran dan hati, agar mental tetap terjaga. Bayangkan disaat semua menghindari keramaian, tenaga kesehatan justru mendekatkan diri pada pasien yang terpapar covid. Alat pelindung diri lengkap sekali digunakan saat menghadapi situasi seperti ini. Tubuh ini lengkap dengan baju pelindung, mata ditutup kacamata, hidung ditutup masker N-95, wajah ditutup faceshield, tangan dan kaki dengan sarung pelindung. Begitu sulit kami untuk bernapas, bahkan untuk bergerak pun kesulitan, apalagi mengisi dahaga serta mengisi kekosongan perut. Ya Tuhan, semoga lekas berakhir. Itulah harapan saat situasi mencekam tersebut.
Tidak mudah bukan menjadi tenaga kesehatan? bekerja melawan penyakit yang tidak terlihat bentuk dan keberadaannya. Namun ada satu ayat pegangan saya dalam bekerja menjadi  tenaga kesehatan, yaitu 1 Petrus 5:7 yang berbunyi "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu." Dalam hal apapun, ada baiknya kita serahkan kepada Sang Pencipta. Lakukanlah pekerjaanmu dengan baik, dan sisanya biarkan Tuhan yang bekerja. Seorang tenaga kesehatan sudah diangkat sumpah juga janji dihadapan Tuhan agar selalu mengabdi dengan sepenuh hati, maka lakukanlah. Perihal kesejahteraan, akan ada jalan  rejekinya masing-masing.
Banyak pengorbanan tenaga kesehatan yang menaruh nasib dalam pekerjaanNya. Saat ini kondisi jauh lebih baik, satu-persatu Tuhan pulihkan. Rasanya tidak ada habisnya membicarakan tentang pengabdian tenaga kesehatan. Harapan kami, semoga tenaga kesehatan yang sudah mengabdi tanpa lelah dapat terlindungi dari berbagai cobaan saat pelayanan. Selamat memperingati HKN Ke-60. Semoga tenaga kesehatan di seluruh Indonesia dapat lebih sejahtera kehidupannya, serta pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan semakin prima.
Â
Tetaplah berbuat baik, memiliki hati serta niat yang baik
Bukan karena kita orang paling baik
Tapi kebaikan yang kita lakukan
Akan kembali kepada kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H