Kisah menarik tapi menjengkelkan terjadi ketika saat melaksanakan pengecoran "Klarifier" (tempat penjernihan air) yang tidak boleh berhenti, jadi terganggu karena tiba-tiba air untuk campuran cor berhenti mengalir. Ketika dicek di bawah bak air (segi 4 memanjang) yang tidak jauh dari proyek, ternyata kran airnya ditutup oleh OTK yang belakangan diketahui pelakukan adalah salah seorang tenaga kerja kontrak di Utilitis. Kran (krangan) itu saya buka, air mengalir dengan deras dan pengecoranpun berlanjut.
Keesokan harinya, air kran mengalir kecil, padahal kran sudah penulis buka secara maksimal tapi alirannya masih tetap kecil. Penulis jadi curiga, pasti kran itu sudah "ditukangi" oleh tenaga kerja kontrak atas suruhan atasannya (tidak entis menyebut kedua nama mereka). Langsung penulis perintahkan kepada salah seorang anggota tenaga kerja untuk membongkar kran tersebut.
Setelah dibongkar ternyata kran itu telah disumbat dengan kayu sehingga posisi lubang pipa jadi sempit. Kemudian penulis pemerintahkan kepada anggota penulis untuk mengambil dua ember semen cor, dan setelah kayu penymbat dibuang, kerangan itu penulis cor.
Merasa tidak senang atas kelakuan penulis, pengawas/petugas Utilitis itu melaporkan hasil pengecoran kran air ke atasannya di Pangkalan Brandan (karena kantor Pertamina Sumbagut ketika itu di sana). Lalu penulis dipanggil menghadap ke kantor atasannya yang kebetulan dari suku Manado.
Di kantor atasannya itu, penulis ceritakan duduk persoalannya secara mendetail, hanya gara-gara uang bulanan terlambat (untuk biaya arus listrik dan air) lantas "dipermainkan" seperti itu. Padahal sebelumnya pembayaran tidak pernah terkendala, karena lagi ada pengecoran, penulis jadi tidak sempat ke Medan untuk mengambil uang operasional.
Setelah mengetahui duduk persoalnya langsung orang Manado itu menelpon ke Pangkalan Susu, dan penulis dengar dia memarahi bawahannya itu. Lalu dia mengatakan kepada penulis agar pengecoran terus dilanjutkan.
Sebelum penulis keluar dari ruang kerjanya, Surat Kunjungan Tamu penulis sodorkan ke dia untuk ditandatangani/diparap sebagai prosedur yang berlaku. Ketika dia melihat nama (Freddy Wowiling, sesuai KTP) yang tertulis di surat kunjungan tamu itu dia langsung bilang, orang Manado ya? Kenapa tidak bilang dari tadi, kata dia lagi. Penulis jawab, saya kawatir nanti dibilang nepotisme jawab penulis.
"Ya sudah, diteruskan kerjaannya dengan baik, dan kalau ada gangguan lagi langsung lapor ke saya," kata dia menutup obralan kami ketika itu. Â Â
Akhirnya pengecoran Klalifier yang cukup ribet itu dapat berjalan lancar selama 3 hari 3 malam non stop dengan memakai sistem 3 shif (masing-masing shif 100 orang). Klalifier itu bentuknya seperti piring makan telungkup di atas mangkok, mirip UFO (Unidentificated Flying Object/Pesawat Terbang Machluk Angkasa Luar).
"Gangguan" oknum Utilitis dan air sudah teratasi, selanjutnya muncul pula gangguan machluk dari dunia astral (alam gaib). Cerita begini : Ketika dilakukan pengusuran/pengerukan bukit kencil dan saat melaksanakan pembangunan gedung kantor dan ruang mesin (peralatan instrumen), gangguan machluk astral (gaib) belum dirasakan. Tetapi ketika melakukan penggalian lobang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sudah mulai terasa ada yang "tidak beres." Galian itu selalu runtuh, pada hal lokasinya merupakan tanah keras walaupun sudah dibuat cerocok dari batang pohan bakau seukuran betis yang dilapis dengan tepas bambu.
Beberapa hari kemudian badan penulis (saya) terasa sangat sakit melebihi rasa pegal selama 2 hari, pada hal badan penulis telah dibalur dengan obat gosok (Afitson). Kemudian penulis minta tolong penjaga malam di proyek untuk mencarikan tukang kusuk/urut. Kesesokan harinya datanglah seorang pria setengah baya, penduduk Almer (Alur Merbau) yang rupanya adalah tukang kusut pesanan tukang jaga malam.