Ketika dilakukan penembakan satu tandem pertama (4 TPK) pada tanggal 27 April 2000 pukul 08:50 WIB kondisi sumur masih aman. Selanjutnya dilakukan penembakan tandem kedua (8 TPK) sekitar pukul 09:15 WIB terjadi aliran gas yang sangat kuat ssehingga usaha untuk mencabut alat logging service tidak berhasil.
Tindakan selanjutnya yaitu usaha untuk menutup BOP (Blow Out Preventer) juga tidak berhasil dan aliran gas sudah tidak terkendali lagi.
Begitu menerima laporan bahwa sumur PT-18 yang direparasi sejak 26 April 2000 telah menyemburkan gas liar yang sudah tidak dapat terkendali lagi, maka para pejabat teras di Pertamina EP Pangkalansusu yang dipimpin langsung oleh Manager Asset, Ir.H.Slamet Wibisono segera menuju ke lokasi kejadian untuk mencari jalan keluar menjinakkan blow out tersebut.
Menurut Slamet, berdasarkan penggalamannya yang pernah menangani peristiwa blow-out dan kebakaran di sumur CMB-10 (wilayah DO.EP Karangampel-Jawa Barat) pada 17 Oktober 1992, maka semburan liar gas di sumur PT-18 harus segera diatasi.
“Mengingat semburan liar gas tersebut ada membawa pasir lepas yang satu saat bisa menimbulkan bunga api dan ditambah lagi suplai air di lokasi itu sangat terbatas, kalau dalam waktu 12 jam semburan itu tidak segera diatasi maka dikawatirkan nasibnya akan sama dengan kejadian sumur CMB-10,” kata Slamet pada penulis di lokasi kejadian waktu itu.
Tindakan awal yang dilakukan oleh Slamet Wibisono yaitu melakukan koordinasi dengan bagian terkait untuk membentuk Tim Penanggulangan Blow Out yang terdiri dari bagian KKAF, Produksi, LL/KK dan Log/Ang.
Setelah semua rencana kerja dibahas dengan teliti dan matang, maka diputuskan upaya penanggulangan blow-out dilakukan dengan metoda “capping” yaitu memasang penutup langsung di atas sumur yang sedang menyemburkan gas liar. Sedangkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebakaran, Tim PSLG (Penanggulangan Semburan Liar Gas) segera memompakan air asin ke dalam sumur PT-18 melalui pipa yang berada di bawah BOP group.
Pemompaan air asin dengan rate 1 sampai 3 bpm dan tekanan sekitar 100 psi secara terus menerus ke sumur PT-18 agar gas yang ke luar dari dalam sumur tetap dalam keadaan basah dan tidak mudah terbakar.
Selanjutnya ketika bahaya kebakaran di sumur PT-18 sudah dapat diantisipasi, maka upaya untuk mematikan semburan liar segera dilaksanakan dengan cara memasang rangkaian kerangan (capping assembly) di atas BOP 7 1/16 inci x 3000 psi yang didahulukan dengan membuka aliran ke cerobong pembakaran (flare) melalui annulus valve. Maksudnya adalah untuk mengurangi tekanan balik (back pressure) pada saat pemasangan valve di atas BOP Group.
Secara perlahan tapi pasti, setelah kerangan berhasil dipasang di atas BOP dengan kekar, maka master valve dan aliran pada annulus ditutup. Selamatlah sumur PT-18 dari blow-out yang berkelanjutan dan kekawatiran terhadap kebakaran juga tidak terjadi. Musibah blow out yang terjadi pada 27 April 2000 pukul 09:15 WIB itu berakhir tepat pada pukul 17:30 WIB di hari yang sama.
Menurut pendapat penulis penanganan blow out sumur migas PT-18 itu adalah merupakan upaya penanggulangan blow-out tercepat dalam catatan penulis, yaitu hanya delapan jam.