KUPANG/NTT -- mengusung tema Trafficking Is A Sin ratusan elemen masyarakat yang tergabung di dalam jaringan solidaritas untuk kemanusiaan memperingati hari anti trafficking sedunia di halaman Kantor Gubernur NT.
Peringatan hari anti trafficking sedunia ini di lakukan pada hari Senin (30/7/2018) dan diikuti hampir 200 orang yang terdiri dari tokoh agama, pemuda, mahasiswa, dan jaringan solidaritas untuk kemanusiaan.
Tanggal 30 Juli ditetapkan sebagai Hari Anti Perdagangan Manusia Sedunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Penetapan ini dilakukan, karena maraknya kejahatan perdagangan manusia dalam berbagai sektor kehidupan (ekonomi, social, dan politik) dengan menggunakan ancaman dan penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, dan pembunuhan. Tentu saja kejahatan kemanusiaan ini telah mendegradasikan harkat dan martabat manusia dan pada prinsipnya bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
Masyarakat NTT tidak boleh menutup mata terkait masalah perdagangan manusia berwajah TKI/TKW yang sedang terjadi. Mengingat para jenazah korban perdagangan manusia yang dipulangkan secara bertubi-tubi dari Malaysia, Singapura, Hongkong, Brunei Darrusalam, Arab Saudi, Afrika, dan Indonesia (Medan, dan Kalimantan). Data korban meninggal yang berhasil dihimpun JPIT menunjukkan bahwa dari Januari 2013-Juli 2018 TKI/TKW yang meninggal berjumlah 272 orang dengan perincian : 2013:29 jenazah; 2014: 23 jenazah; 2015:28 jenazah; 2015: 60 jenazah; 2017:64 jenazah, dan Juli 2018:69 jenazah.
Kegiatan yang dipimpin oleh Jaringan Perempuan Indonesia Timur Kupang mulai jam 6.30 petang dan menarik perhatian banyak orang. Yang menarik kali ini dilakukan malam hari dan dalam bentuk demonstrasi namun lebih kepada ajakan untuk berefleksi dan berdoa kepada para korban perdagangan orang yang telah meninggal dunia atau mengalami penyiksaan.
Hadir para tokoh agama dan aktivis kemanusiaan memberikan pernyataan sikap yang sama yakni mengajak semua pihak untuk turut serta dalam memerangi perdagangan orang yang marak di NTT, mengecam para perekrut yang dengan sengaja mengorbankan para pencari kerja, serta meminta aparat pemerintah untuk serius dalam menangani tindak pidana perdagangan orang.
Para tokoh agama itu yakni Pdt. DR. Merry Kolimon Ketua Sinode GMIT, Pdt. Emmy Sahertian dari GMIT, Made Dwipa dari Persatuan Hindu Dharma Indonesia, Supriadi Srota perwakilan agama Budha dan Elcid Li aktivis kemanusiaan.
Elcid Li dalam pernyataan sikapnya mengecam para pelaku dan perekrut yang telah menyusahkan para buruh migran dan mengecam pemerintah yang dalam proses penanganan kasus trafficking dinilai lamban.
"saya harap pemerintah harus serius. Ini masalah dari tahun ke tahun makin meningkat. Akankah gubernur yang baru mampu menuntaskan kasus human trafficking yang marak di bumi NTT ini?" tanya Elcid Li.
Dhebby Soru koordinator kegiatan kepada mengatakan bahwa ide untuk memperingati hari anti trafficking berawal saat dirinya sebagai salah satu relawan Jaringan Perempuan Indonesia Timur berkesempatan untuk hadir dalam diskusi bersama komnas perempuan di Jogjakarta 2017 dan dihadiri oleh banyak buruh migran asal Indonesia yang bekerja di luar negeri.