Bahkan ia rela untuk mencintai sampai tersakiti. Dimana karena spirit pro-rakyat yang ia gandeng sangat berpotensi untuk dibenci oleh para tikus-tikus rakyat yang rakus akan uang rakyat. Bahkan ia merasa tersakiti akibat kebaikannya demi rakyat. Seperti yang dikatakan oleh Malcom X (1925-1965), tokoh Muslim Afrika-Amerika dan juga sebagai pendiri MMI (Muslim Mosque Inc) adalah organisasi keagamaan, persatuan Afrika-Amerika, " Saya tahu masyarakat sering kali membunuh orang-orang yang berusaha mengubah mereka ke arah yang lebih baik. Masyarakat yang di sini bukan rakyat kecil tapi mereka yang memiliki nama dan para pencuri harta rakyat yang merasa "diganggu".
Hemat penulis dengan konsep "triadik" Agustinus ini, menjadi sebuah summa mini bagi kerinduaan masyarakat NTT akan nahkoda yang akan membawa rakyat NTT selama lima tahun. Sekiranya rantai persoalan yang melilit-menghimpit NTT seperti kemiskinan, human trafficking, narkoba, korupsi dan lain sebagainya dapat diretas, dimana nahkoda yang telah terpilih pada 27 Juni mampu membonceng semangat triadik: berada, mengetahui dan mencintai.
Sehingga Stereotip untuk  Orang NTT: miskin, bodoh, terkebelakang, kasar, keras, preman, kuat makan, tak terampil, dsb  atau familiarnya singkatan dari NTT: Nasib Tak Tentu, Nasib Tergantung Tetangga, Nusa Tanah Terbelakang, Nama Tidak Terang, Nasib Tinggalkan Tanahnya sendiri, Nasib Tergantung Tuhan, dapat menjadi NTT: Nusa Tanah Tersubur, Nusa Tanah Termakmur, Nusa Tanah Tersejahtera dan Nusa Tanah Terjanji (berlimpah "susu" dan "madu").
Kini masyarakat NTT tersenyum lebar kala gong demokrasi pemilihan Gubernur telah dikumandangkan dimana bertanda bahwa demokrasi telah usai dan NTT telah menemukan pemimpin yang dihasilkan lewat perhelatan pesta demokrasi beberapa waktu silam. Pertanyannya adalah akankah Viktor-Joss menjadi nahkoda NTT yang triadik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H