Dari NTT, Untukmu Bapak!
I/Aku dari NTT bapak,,
Sempat aku ragu merangkai kata-kata di tiap kalimat yang mungkin tidak akan bapak baca. Memang kalimat ini bisu tak bisa diajak bicara tapi ia mampu berkata; ia punya jiwa. Aku bukan pemuda angkatan 45 yang pandai merangkai syair-syair indah seperti "si binatang jalang"; Chairil Anwar. Aku pun tidak pandai menulis puisi atau surat cinta, karena aku terbiasa dengan pesan singkat. Tidak butuh tinta juga aturan penulisan yang mengikat. Terima salam pekat dari aku; bapak. Â Pemuda NTT.
II/Aku dari NTT bapak,,
Sesosok mewakili  banyak pemujamu dari kampung terpencil yang tidak ingin dikucil. Walau bapak tidak mengenali siapa aku, tapi aku yakin tidak demikian dengan provinsiku. Apalagi saudara-saudariku akhir-akhir ini banyak bermunculan di layar televisi dan dengan bangganya memperkanalkan NTT, tempat mereka berasal.Â
Mereka saudaraku bapak, kami punya bakat yang tidak kalah dengan anak-anak Jakarta. Kami terpencil bukan berarti menggigil bakat,mati minat dan tak tahu apa-apa, kami enggan  bersua bukan bararti ingin tersingkir dan jadi tuju prasangka, kami punya cita-cita seharum cendana, giat mengukir masa depan,  tidak sekedar menganga.
III/Aku dari NTT bapak,,
Sejak awal bapak memimpin negara ini, aku bahkan semua masyarakat NTT jadi pengagummu. Kami terhipnotis oleh sosokmu , sampai berlomba-lomba menjual hasil pertanian hanya ingin memiliki kemeja merah bermotif kotak-kotak. Sepintas bapak terlihat tak sekeren sosok  pemeran utama dalam sinetron Dilan 1990 yang viral akhir-akhir ini.Â
Tapi bapak punya banyak hal yang patut untuk kami puji, sosok malaikat yang mungkin jawab atas harap kami masyarakat NTT  yang tertindas opini. Keringgatmu emas bagi kami, jeli dan teliti, walau masih ada yang mencaci dan tentu  hanya dari orang berhati dengki penuh iri. Engkau tidak banyak berkata, mengumbar visi dan misi hampa berhias ilusi. Engkau bekerja, kerja dan kerja memberi bukti bukan janji  yang berbelit bagai teka-teki. Menumpas aksi tiranis jadi super hero pembarani.
IV/Aku dari NTT bapak,,
Aku tidak punya syair indah untuk mengungkap kebanggaan dan terima kasih pada peluh dan keringatmu. Hak kami kau penuhi, mata air yang mengalir, terang listrik, infrastruktur layak dan sejahtera terjamin, jadi bukti akan suksesmu memimpin bangsa ini. Kesejahteraan kami nyata bukan lagi sebatas utopia berbis semu belaka.Â
Cinta yang engkau beri, selalu kami junjung. Maaf di hari valentine ini tak ada kado untukmu, Â aku hanya punya lirih doa yang selalu kubumbungkan kepada Sang Khalik, agar Ia sudih membagi berkat dan rahmat Ilahi.Â
Terima kasih untuk pengabdian dan abdi yang engkau beri, hadirmu buat kami semua lebih berarti, tak sekadar sebongkak daging bertulang yang diberi nama. Jasamu bak semerbak kayu cendana, Â akan ku lukis di bawah kolong langit NTT nan menawan, agar dunia tahu bahwa engkaulah sosok presiden yang pantas disapa bapak.
#SuratCintaUntukJokowi.
Â
                                                                                                                      Kupang; 10 Februari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H