Mohon tunggu...
Frida Santika
Frida Santika Mohon Tunggu... Author -

Learning By Doing Waktu menjadi Jawaban untuk sebuah pertanyaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tips Mengungkapkan Kemarahan Kepada Pasangan dan Menjelaskan pada Anak

18 Desember 2018   14:12 Diperbarui: 18 Desember 2018   14:49 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konflik dalam berumah tangga tidak perlu dihindari tetapi yang perlu adalah diselesaikan secara baik. 

Menurut Roslina Verauli, M.Psi seorang psikologi keluarga dan anak mengatakan adanya konflik dalam rumah tangga itu menandakan anda berada dalam rumah tangga yang sehat. Keluarga yang sering mengalami konflik adalah keluarga yang kokoh. 

Vera menambahkan yang utama adalah bagaimana cara menyampaikan menyelesaikan konflik itu dengan pasangan serta menjelaskan terhadap buah hati apabila konflik kita disaksikan oleh buah hati kita.  Jika kita ibaratkan masakan, masakan yang enak adalah masakan yang memiliki garam dan bumbu-bumbunya.

Pertengkaran dalam rumah tangga cenderung menimbulkan trauma bagi anak, baik trauma psikis maupun Trauma psikologi. T

rauma itu bisa terjadi apabila anak secara terus-menerus menyaksikan kedua orangtuanya bertengkar baik secara verbal maupun non verbal. Tak jarang pasangan yang bertengkar melampiaskan amarahnya dengan melempar barang, berteriak dan memaki.

Beberapa tips yang perlu anda lakukan saat mengungkapkan kemarahan terhadap pasangan dan menjelaskan konflik kepada anak:

1. Mengubah kata Kamu menjadi  Saya
Saat marah terhadap  pasangan usahakan mengungkapakn kalimat yang tidak  menuduh karena apabila kita menuduh, pasangan kita akan membalas dengan kalimat membela diri atau defending self. Contoh kemarahan yang sering diungkapkan

"Kamu selalu pulang malam",

"kamu selalu bersikap begitu" atau

"Kamu tidak pernah menghargaiku".

Itu perkataan menuduh terhadap pasangan. Kata "selalu" dalam kalimat kita itu cenderung memojokkan pasangan. Ubahlah kalimat  anda menjadi Saya sehingga pasangan mengerti kenapa anda marah dan kesal. Anda tetap menggunakan kata panggilan, misalnya saying, mama, papa atau apalah yang biasa anda ucapkan

"Saya marah kalau sayang pulang terlalu malam", atau ganti dengan kata "Saya tidak suka

"Saya marah karena dibiarkan mengurus anak sendirian"

"Saya tidak suka kalau Sayang terlalu sibuk dengan gadget"

"Saya tidak setuju kalau Sayang berteriak, pelan juga terdengar"

Itu beberapa kalimat kemarahan terhadap pasangan, Jadi kita mengungkapkan langsung pada point kenapa kita marah. Ingat yang membuat kita marah adalah sikapnya bukan pribadinya.

2. Tunda kemarahan
Menunda kemarahan bisa dilakukan ketika waktunya kurang tepat untuk menyampaikan terhadap pasangan, misalnya saat suasana lagi ramai atau saat anak-anak lagi bersama. 

Tundalah kemarahan anda dan sampaikan saat situasi sudah memungkinkan untuk menyampaikannya. Anda jangan sesekali marah terhadap pasangan didepan banyak orang atau didepan keluarga karena itu akan menghilangkan harga diri pasangan anda didepan keluarga dan anak-anak anda.

3. Menghadirkan orang ketiga sebagai media
Menghadirkan orang ketiga bukan berarti anda memanggil orang untuk menyaksikan pertengkaran anda atau menjadikan orang tersebut terlibat. Maksudnya disini adalah. 

Anda bercerita kepada orang lain, pastikan orang tersebut dapat anda percaya, bukan kepada orang yang dulunya benci kepada pasangan anda atau orang tua yang tidak setuju dengan pernikahan anda. Tetapi hadirkan orang ketiga sebagai mediator yang bersikap netral. 

Terkadang dengan menceritakan masalah kita kepada orang lain kita menemukan solusi sendiri, kita hanya perlu bercerita. Hal ini bisa anda lakukan saat anda sudah tidak menemukan titik temu dipermasalahan anda.

4. Menjelaskan alasan konflik pada anak tetapi bukan menceritakan konflik dan keburukan pasangan
Anak yang mendengar pertengkaran kita mungkin akan bingung kenapa ayah-ibunya bertengkar. Maka tanyalah kepada anak contohnya seperti ini,

"Oh ya nak, tadi kamu lihat apa?". Anak akan menjawab, kemudian lanjutkan

"Dengar kalimat apa?"

Anak akan menjelaskan apa yang didengar, apa yang dilihat. Maka jadilah teman bagi si anak. Jelaskan kepada anak mengapa ada konflik, tetapi tidak menceritakan kemarahan kepada anak. Yang utama adalah jelaskan kepada anak bahwa itu bisa terjadi karena perbedaan pendapat.

5. Biarkan anak bertanya
kita dengan pasangan akan menimbulkan tanda tanya bagi anak, maka biarkan anak bertanya.

"Papa dan mama kenapa bertengkar"

Maka saat anak bertanya inilah kesempatan anda dan pasangan menjelaskan bahwa anda tidak sedang bertengkar tetapi hanya berbeda pendapat. Dan jelaskan kepada si anak bahwa berbeda pendapat itu biasa dalam rumah tangga. Sehingga anak mengerti bagaimana sebuah konflik itu terjadi dan penyelesaikan konflik itu.

6. Berdamai dengan diri sendiri dan pasangan

Tidak ada batasan waktu untuk mesra kembali dengan pasangan, ada yang satu jam, 30 menit dan 2 jam atau sehari atau berapapun waktu yang anda perlukan berdamailah dengan diri sendiri dan pasangan. 

Belajarlah meminta maaf dan memaafkan. usahakan anda menyelesaikan konflik anda sebelum anda tidur terlelap. sehingga tidak membawa marah dalam tidur. selesaikan perbedaan pendapat sebelum matahari terbit esok hari. karena pasangan anda alah teman hidup anda.

Pertengkaran apapun yang kita lakukan usahakan tidak merusak psikologis anak, yang dapat menimbulkan trauma di alam bawah sadarnya, apabila anak tersebut menyaksikan pertengkaran demi pertengkaran orangtuanya sejak dari kecil maka ditakutkan anak tersebut akan bermasalah  di masa remaja dan dewasanya. 

Karena pendidikan anak sesungguhnya dimulai dari keluarga maka sebaiknya anda dan pasangan cerdaslah dalam mengelola emosi sehingga memberikan dampak baik bagi buah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun