Afi Nihaya Paradisa, gadis belia yang saat ini duduk di bangku SMA asal Bayuwangi ini akhir-akhir ini menjadi perbincangan karena tulisannya dengan judul “Warisan” menuai pro dan kontra. Gadis manis ini menjadi tamu di istana dalam perayaan Hari Pancasila, sebelumnya menjadi bintang tamu di Kompas Tv dalam acara yang dipandu oleh Rosi bersama Menteri Agama dan Bimbo. Saya sendiri mengagumi buah pemikiran cerdas di tengah isu-isu SARA antara golongan minoritas dan mayoritas, dia muncul mewakili pemikiran sebagian orang untuk menyerukan rasa persatuan.
Tulisan yang dia tuliskan menuai kontra dari orang-orang yang tidak sepaham dengannya yang sama-sama menganut agama yang sama. Bahkan tulisan tandingan balasan datang dari orang-orang yang jauh berpendidikan, mengadu pemikiran mereka terhadap gadis belia yang berpikir kritis terhadap kejadian saat ini. Mendadak Afi menjadi tenar sehingga apa pun yang dia katakan akan menjadi bahan perbincangan di media sosial, apalagi Afi diundang ke Istana akan membuat orang-orang yang tidak menyukainya mencari-cari kesalahan gadis belia ini agar berhenti menuliskan pemikiran-pemikiran kritisnya, tentu ini adalah keinginan sebagian orang yang sangat menentang pemikiran Afi.
Semakin tinggi pohon maka akan semakin kuat angin yang datang, itu hal yang lumrah dan sudah biasa kita mendengar kalimat ini. Ini adalah tantangan yang harus dihadapi si gadis cantik ini. Tulisan berikutnya yang dia tulis “Agama Kasih” kali ini bukan menuai pro dan kontra tetapi kata-kata plagiat. Plagiat adalah pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan/pendapat sendiri tanpa mencamtumkan sumbernya, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri. Orang yang melakukan plagiat disebut plagiator atau penjiplak. (Sumber : KBBI).
Plagiat yang ditujukan kepada Afi kuranglah tepat karena Afi hanya berbagi tulisan di Facebook, bukan menulis skripsi, tesis, atau jurnal ilmiah yang sifatnya harus original dan memuat sumber. Kata plagiat yang dialamatkan kepada Afi ini pasti datang dari golongan orang-orang berpendidikan yang sudah mengerti kata plagiat yang umurnya jauh lebih tua dan tahap berpikirnya lebih dewasa. Kalau kita telusuri akun-akun Facebook orang-orang banyak sekali wall-wall yang mem-publish tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumber karena akun Facebook bukanlah media untuk menuliskan karya jurnalistik tapi media untuk berbagi pemikiran.
Akun Fecebook hanya bertanya., “What do you Think?” tanpa pernah mengatakan harus menuliskan sumbernya. Semua orang yang punya akun facebook terkadang melihat, membaca tulisan lalu menuliskan di dindingnya dan seolah-olah itu pemikirannya. Itu hal yang biasa bahkan orang-orang hebat yang punya kewenangan bebas menuliskan apa pun di kolom “What Do You Think”.
Lalu apakah akun wall Facebook Afi berbeda dengan orang lain? Bukankah akun semua orang sama, sama-sama facebook. Bedanya adalah karena saat ini Afi menjadi buah perbincangan bahkan disebut-sebut sebagai penulis muda berbakat. Saya berselancar di dunia maya, banyak pendapat orang-orang yang mengkritik Afi sebagai plagiat datangnya dari orang-orang dewasa yang jauh berpendidikan, mengatakan bahwa Afi melakukan hal yang sangat fatal. Kita sendiri ketika seumuran Afi tidak mengerti apa arti plagiat yang sesungguhnya. Meskipun kita belajar di Bahasa Indonesia, tingkat pemahaman gadis belia ini tidaklah sama dengan orang-orang dewasa yang telah menempuh pendidikan di jenjang perguruan tinggi atau orang-orang yang mendalami dunia jurnalistik.
Mengenai tulisan Agama Kasih yang telah ditulis oleh orang sebelumnya itu ada empat orang, sumber asli ada satu akun tentu ketiga akun berikutnya adalah copy-paste dan ketiga akun yang copy-paste tidak mencantumkan sumbernya berarti mereka juga adalah sang plagiat, lalu mendadak hanya Afi yang plagiat. Dalam wawancara di media, Afi membantah itu plagiat dan mengklaim itu hasil pemikirannya. Orang-orang dewasa dan intelektual sering melakukannya di akun-akun Facebooknya, sering menuliskan pemikiran orang lain di wall-nya apakah itu plagiat, jika ia semua orang adalah plagiat. Afi hanya berbagi tulisan di akun Facebook-nya bukan menulis di koran, jurnal atau apalah sehingga harus disebut sebagai plagiat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H