Mohon tunggu...
Fricilia Nur Syahada
Fricilia Nur Syahada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berdamai dengan Diri Sendiri dan Ambil Nilai Positifnya

22 November 2021   17:07 Diperbarui: 22 November 2021   17:26 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Penelusuran itu di mulai dari sebuah kompleks perumahan yang tak berpenghuni di kawasan Jakarta Timur. Saat tiba di lokasi kompleks perumahan yang dikelilingi pepohonan dan semak-semak, Sara melihat banyak makhluk tak kasat mata yang membuat Sara terkejut.

 

Tidak jauh dari lokasi bangunan kompleks perumahan itu, Sara merasakan kehadiran sosok yang ingin berkomunikasi dengannya. Sosok tersebut berwujud seorang anak kecil laki-laki. Sosok anak kecil itu diberi nama Adik oleh Sara. Adik memiliki kebiasaan yang unik yaitu mengangkat kaki sebelah kanannya dan menggesekan tulang kering kakinya ke betis kaki kiri seperti merasa gatal. Ternyata Adik tidak sendiri. Adik di ditemani oleh seorang kuntilanak yang ia panggil dengan sebutan Tante. Adik juga menunjukkan di mana tempat Tante berada. Dari sinilah awal penelusuran kisah Adik, Tante Kun beserta hantu-hantu lainnya dimulai.

 

Cerita yang paling mengesankan terletak pada bab V yang menceritakan sosok Wanita bernama Gadis. Gadis adalah seorang wanita yang semasa hidupnya dipenuhi dengan kebahagiaan. Namun karena sifatnya yang terlalu perfeksionis dia terjebak didalam situasi dimana dia harus selalu sempurna sebagai seorang wanita dan istri.

 

Ada nasihat penting yang bisa diambil dari sosok Gadis, yaitu bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Dengan mensyukuri apa yang ada dan tidak bersikap rakus, hidup akan jauh lebih bahagia. Seberat apapun ujian yang ada dalam hidup jangan pernah sekali-kali menyerah dan terbawa dengan energi yang negatif, baik yang muncul dari dalam diri sendiri atau terpengaruh dari luar. Mengambil keputusan untuk mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri bukanlah pilihan yang baik. Mengontrol rasa dan perasaan itu sangat penting dilakukan dalam hidup. Belajar untuk lebih ikhlas, sabar, dan menjadi orang yang pemaaf agar hidup lebih tentram dan damai dari pada menyimpan rasa kecewa, amarah, bahkan dendam apalagi jika hingga dibawa sampai akhir hidup.

 

Bahasa yang digunakan dalam novel ini mudah dipahami, tidak terasa berat, pembawaan cerita yang baik, membawa banyak sekali pelajaran, dan memberikan nilai-nilai kehidupan yang tercerminkan dari pengalaman-pengalaman para makhluk tak kasat mata yang ada di dalam novel ini. Hal itu diceritakan secara detail dan rinci di dalam novel. Sayangnya, novel ini kurang cocok untuk pembaca yang dibawah umur. Kisah kisah yang ada di dalamnya lebih cocok untuk orang dewasa. Cover nya juga terlalu sederhana dan alangkah baiknya jika cover pada novel ini ditambahkan gambar salah satu ilustrasi dari sosok tak kasat mata yang ada di dalam novel agar menambah nuansa horror.

 

Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil dari novel ini, karena didalamnya terdapat kisah-kisah nyata dari sosok-sosok yang ditulis Sara Wijayanto. Dari kisah kisah tersebut bisa diambil pelajaran bahwa berpegang teguh kepada agama, selalu mengingat dan patuh kepada Tuhan adalah kebutuhan utama dalam hidup. Kisah-kisah yang ada dalam novel ini juga mengajarkan untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun