Kota Malang adalah sebuah kota kecil berhawa sejuk dikelilingi lanskap pegunungan yang berlokasi di timur pulau Jawa. Baik Kota maupun Kabupaten Malang sudah cukup dikenal melalui wisata kuliner dan tujuan tamasya keluarga. Tidak hanya itu, daerah Malang dan sekitarnya merupakan bekas wilayah kekuasaan kerajaan Singosari pada jaman kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Bahkan pusat pemerintahannya berlokasi di kecamatan yang bernama sama, Singosari, di Kabupaten Malang. Objek peninggalan sejarah pada zaman itu masih terawat dengan baik hingga kini. Berikut adalah 5 candi peninggalan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha yang sayang untuk dilewatkan ketika kita berkunjung ke Malang.
Candi ini merupakan tempat pendharmaan yang diperuntukkan untuk Raja Kertanegara, raja terakhir dari Kerajaan Singosari. Berlokasi di desa Candirenggo, candi ini merupakan candi umat agama Hindu karena bentuknya yang memuncak ke atas. Salah satu fakta menarik dari candi Singosari ini ia tidak pernah selesai dibangun.
2. Candi Sumberawan
Tidak jauh dari Candi Singosari, berdiri Candi Sumberawan di desa Toyomarto. Satu-satunya candi berbentuk stupa di Jawa Timur ini didirikan pada masa Majapahit dan disebut-sebut pernah dikunjungi oleh Hayam Wuruk. Sesuai dengan bentuk bangunannya, candi ini merupakan candi untuk umat agama Budha. Candi ini berdiri di dekat sebuah telaga berair bening yang hingga kini masih mengalirkan air jernihnya dan memberi penghidupan kepada penduduk di sekitarnya.
3. Candi Kidal
Candi Kidal yang berlokasi di desa Rejokidal, Tumpang ini didirikan sebagai tempat peristirahatan terakhir Raja Anusapati, raja kedua dari kerajaan Singosari. Candi ini memiliki pahatan Kala di atas pintunya yang dipercaya sebagai penjaga bangunan suci ini. Tidak seperti candi-candi sebelumnya, Candi Kidal memiliki relief yang terukir pada bagian kaki candi. Relief-relief tersebut bercerita tentang Garudeya, sebuah cerita legenda masyarakat Hindu Jawa kala itu. Cerita ini sangat menggambarkan masa hidup Raja Anusapati yang berhasil membunuh Ken Arok dan membebaskan Ken Dedes, ibunya, dari penderitaannya sebagai istri raja pertama Kerajaan Singosari tersebut.
4. Candi Badut
Candi ini berlokasi hanya 15 menit jalan kaki dari Universitas Ma Chung Malang, tepatnya di Dusun Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Candi Badut merupakan candi yang bercorak Hindu. Nama Badut diduga berasal dari bahasa Sanskerta Bha-dyut yang berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya. Candi ini adalah peninggalan Prabu Gajayana pada masa Kerajaan Kanjuruhan di abad ke-8 masehi. Jadi, perkiraan usia candi ini adalah sekitar 13 abad lebih.
5. Candi Jago
Menurut kitab Negarakertagama, nama candi Jago berasal dari Jajaghu yang berarti Keagungan. Candi ini berlokasi di Dusun Jago, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi yang didirikan pada masa kerajaan Singosari di bawah pemerintahan Raja Kertanegara ini bercorak Budha. Diceritakan candi ini adalah bentuk penghormatan Raja Kertanegara teruntuk ayahandanya, Raja Sri Jaya Wisnuwardhana. Fakta unik mengenai candi ini ialah bagian atasnya telah tersambar petir hingga menyisakan sebagian dan tidak lengkap lagi.
Sehabis menelusuri dan belajar tentang jejak sejarah kerajaan-kerajaan di Kabupaten Malang ini, tidak lengkap rasanya jika tidak meviralkan hasil foto dan video kerenmu di sosial media. Jangan khawatir kehabisan kuota saat lagi browsing maupun mengunggah hasil jepretanmu. Karena smartfren GOKIL MAX hadir dengan 12GB kuota nasional dan 24GB kuota lokal. Gak cuma itu, ada EXTRA kuota 70GB yang bisa dipakai nasional dari jam 1 sampai 5 pagi. Kuota lokalnya pas banget untuk mencari inspirasi dan menjelajah berbagai destinasi wisata di berbagai daerah melalui ponsel pintarmu di jaringan 4G selama 24 jam dan di semua aplikasi! Butuh info lagi? Cukup follow smartfren di Instagramnya @smartfrenworld. Hari gini gak perlu susah buat berbagi dan jadi viral di sosial media!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI