Yesus memberi tahu mereka bahwa perhambaan bukan hanya mengenai yang terlihat secara kasa mata, tetapi juga perhambaan di dalam jiwa yang dikuasai oleh dosa (2).Â
Bagi Yesus, orang-orang yang masih menjadi hamba dosa tersebut bukanlah orang yang merdeka. Jiwa yang masih menjadi hamba dosa akan mendorong tubuh untuk selalu melakukan perbuatan yang dikehendaki oleh dosa. Yang dibutuhkan di sini bukanlah merdeka yang kelihatan, melainkan merdeka yang tidak kelihatan, yaitu dalam jiwa dan kehendak.
Mungkin inilah yang dimaksud Bung Karno sebagai jembatan, yaitu menyeberang dari perhambaan kehendak. Indonesia bukan lagi negara yang menghambakan diri pada otoritas bangsa lain.
Indonesia adalah negara yang sudah memiliki jiwa dan kehendak yang bebas dan bisa menentukan arah ke depan. Jiwa Indonesia sudah merdeka dari pengaruh luar. Indonesia sudah merdeka dan sudah bisa melakukan kehendak bangsa yang tertuang dalam dasar negara, yang dirumuskan dan digali dari jati diri bangsa Indonesia itu sendiri.
Bung Karno sudah mengantarkan Indonesia untuk menyeberangi jembatan yang membebaskan Indonesia dari perhambaan kehendak.Â
Bung Karno ingin para penerus bangsa ini tidak lagi memperdebatkan makna kata "merdeka". Sekarang, waktunya untuk membangun masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Catatan:
- "Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 Tentang Perumusan Dasar Negara Pancasila" dalam situs gelora45.
- Dalam Yohanes 8:33-34 tertulis, "Jawab mereka: 'Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?' Kata Yesus kepada mereka: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.'"