Mohon tunggu...
Frans Siringoringo
Frans Siringoringo Mohon Tunggu... Perekayasa Jaminan Aliran dan Proses -

Hidup dalam buminya Tuhan, berkutat dalam ilmu rekayasa, bernafas dalam lingkung sosial kemanusiaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memanusiakan Pola Pikir

13 Mei 2018   19:02 Diperbarui: 13 Mei 2018   19:11 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Frase "memanusiakan manusia" kurang lebih berarti menempatkan dan memperlakukan individu atau orang lain sesuai dengan hak-haknya sebagai seorang manusia. Memberi hak kepada manusia lain bukanlah sesuatu yang sulit dan mungkin semua orang bisa melakukannya. Tapi lain ceritanya jika seorang manusia---karena perilaku atau pribadinya---dianggap tidak layak untuk mendapat hak-hak tersebut sehingga tidak mudah untuk menerapkan frase "memanusiakan manusia" kepadanya.

Anggapan negatif---terlepas dari benar atau tidak---terhadap orang lain tidak seharusnya menghapus hak-haknya untuk dimanusiakan selayaknya manusia. Hak-haknya sebagai manusia tetap melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, adalah kewajiban bagi setiap orang untuk memanusiakannya. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana memanusiakan pola pikir yang mengatasi segala anggapan negatif dalam diri setiap orang agar ketercapaian hak-hak orang lain untuk dimanusiakan tetap terjamin.

Seperti yang telah disebut di atas, perilaku atau pribadi seseorang kerap membuatnya dianggap tidak memiliki hak untuk dimanusiakan. Seorang individu yang berperilaku jahat kerap dianggap selayaknya bukan manusia. Perampok bank, pengedar narkoba, atau pembunuh yang membunuh dengan cara mutilasi kerap dianggap sudah tidak memiliki rasa kemanusiaan sehingga tidak layak lagi memiliki hak-hak untuk dimanusiakan.

Perilaku yang tidak manusiawi memang menutupi jati diri seseorang sebagai manusia. Tetapi, dengan memanusiakan pola pikir, seharusnya setiap orang bisa memiliki cara pandang yang lain.

Seorang pelaku teror yang melakukan bom bunuh diri atau tindakan-tindakan teror lain memang terlihat sangat tidak manusiawi. Tetapi, setiap orang yang memanusiakan pola pikir kiranya dapat menempatkan pelaku teror tersebut selayaknya seorang manusia. Mungkin pelaku teror itu tidak hanya menerima doktrin yang membelokkan kepercayaannya, tetapi juga mendapat ancaman yang bisa jadi menyangkut keluarga yang dikasihinya, sehingga pelaku teror tersebut sejatinya adalah seorang korban juga.

Perilaku kejahatan lain seperti mencuri, misalnya. Seorang pencuri melakukan aksinya mungkin dalam keadaan terpaksa. Tidak menutup kemungkinan jika orang tersebut mencuri karena harus mencukupi kebutuhan anak dan istri di tengah-tengah pemutusan hubungan kerja yang dialaminya.

Dengan memanusiakan pola pikir, tidak sulit untuk menempatkan seorang pelaku teror dan seorang pencuri sebagai manusia biasa yang juga memiliki rasa mengasihi kepada keluarganya. Perilaku main hakim sendiri---yang malah jauh dari manusiawi---bisa dihindari dengan memanusiakan pola pikir sehingga kasus seorang pencuri yang dibakar hidup-hidup di Kabupaten Bekasi, Agustus 2017 lalu tidak perlu terulang kembali.(1)

Perilaku lain yang kerap membuat seseorang dicap tidak layak untuk dimanusiakan adalah perilaku nyinyir yang belakangan ini sering dipertontonkan oleh banyak tokoh politik di Indonesia. Pemerintah yang sedang berkuasa kerap menjadi objek nyinyiran mereka. Pandangan mereka yang terkesan melihat pemerintah selalu dalam posisi bersalah membuat banyak orang menilai mereka bukan lagi manusia, melainkan iblis yang haus akan kekuasaan.

Entah itu posisinya di partai atau jabatannya dalam parlemen yang membuat mereka tidak bisa berhenti untuk nyinyir. Tetapi yang pasti, dengan memanusiakan pola pikir, setiap orang kiranya bisa tetap memandang setiap politisi sebagaimana manusia, tidak malah menghina mereka atau lebih parah lagi mengharamkan politik yang mana hal tersebut sudah salah sasaran.

Mungkin nyinyir tersebut adalah metode mereka dalam menghidupkan iklim politik karena sejatinya pemerintahan tidak seharusnya berjalan tanpa kritik. Dan sepertinya itu terbukti dengan banyaknya masyarakat yang berusaha membela pemerintahan dan secara tidak langsung ikut mengikuti perkembangan politik. Sisi positif dari segala sesuatu dapat timbul dengan memanusiakan pola pikir.

Tidak melulu perilaku jahat membuat banyak orang tidak mampu memanusiakan manusia. Pribadi orang lain yang dianggap lebih rendah juga kerap membutakan banyak orang untuk bisa memanusiakan manusia lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun