Limbah Kulit Kacang Tanah untuk Kosmeseutikal: TIM PKM-RE UAD Ciptakan Inovasi dalam Pemanfaatan Limbah Kulit Kacang Tanah sebagai Serum Antiaging
Dalam sebuah perwujudan nyata dari semangat keberlanjutan dan inovasi, Tim Penelitian Karya Mahasiswa (PKM) dari Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah berhasil mengubah limbah kulit kacang tanah menjadi serum antiaging yang menarik perhatian. Inovasi ini merupakan salah satu contoh bagaimana generasi muda yang berdedikasi dapat menciptakan solusi yang bermanfaat sambil mempromosikan penggunaan limbah tanaman yang umumnya diabaikan.
Kelompok mahasiswi UAD dari Fakultas Farmasi beranggotakan Yopita Eka Widiana, Leoni Nanda Wulandari, Frezqa Azizah Seputri, Saffita Firyal Nadaa dan dengan dosen pembimbing apt. Deasy Vanda Pratiwi, M.Sc yang telah berhasil menciptakan serum dengan ekstrak dari kulit kacang tanah sebagai antiaging.
Tim PKM-RE FARMASI UAD mengambil langkah yang kreatif dengan memanfaatkan limbah kulit kacang tanah sebagai serum antiaging. Serum antiaging yang dihasilkan dari limbah ini mengandung potensi luar biasa untuk meremajakan kulit dan mengurangi tanda-tanda penuaan. Kulit kacang tanah bisa dimanfaatkan karena kulit kacang tanah mengandung senyawa flavonoid, tannin, fenol, dan resveratrol yang dapat berguna sebagai antioksidan.
Kulit kacang tanah(Arachis hypogaea L.), yang sering kali dianggap sebagai limbah, kini telah menjadi bahan berharga untuk produksi kosmetik berkelas. Serum antiaging yang dihasilkan dari kulit kacang tanah ini memiliki potensi besar untuk memperbaiki tekstur kulit, mengurangi keriput, dan menjaga elastisitas kulit. Melalui transformasi limbah menjadi produk berharga ini, tim PKM-RE UAD tidak hanya telah menciptakan peluang baru dalam industri kecantikan, tetapi juga telah memberikan kontribusi positif terhadap pengurangan limbah yang mencemari lingkungan, dimana kulit kacang tanah belum dimanfaatkan secara maksimal dan menjadi limbah yang merugikan lingkungan. Sekitar 20%-30% bagian dari kacang tanah berupa kulit (Miskah et al, 2014).
Tahap awal dalam proses ekstraksi yaitu sampel kulit kacang tanah dibersihkan, dikeringkan di oven dengan suhu 50º C selama 2 hari kemudian sampel yang sudah dikeringkan sampel dihaluskan menjadi serbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan 80 mesh sampai didapatkan serbuk halus.
Kemudian sampel yang sudah menjadi serbuk di ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% kemudian didiamkan selama 48 jam. Setelah 48 jam dilakukan penyaringan dengan corong buchner yang telah ditaruh kertas saring. Dan dipekatkan dengan alat rotary vacuum evaporator pada suhu 40º C hingga didapatkan ekstrak kacang tanah yang kental. Lalu ekstrak dipekatkan kembali dengan waterbath dengan suhu 40°C hingga didapatkan ekstrak yang kental
Hasil ekstrak kental yang didapat diuji dengan metode DPPH dan didapatkan bahwa ekstrak kulit kacang tanah memiliki aktivitas antioksidan yang termasuk kategori sedang. Kemudian formulasi serum dilakukan evaluasi basis serum dan didapatkan hasil bahawa formulasi yang telah dibuat memenuhi persyaratan (uji organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, dan uji pH).
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan serum dengan maksud untuk mengetahui bahwa serum yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. (Ditjen POM, 1985). Formulasi yang dibuat dilakukan uji iritasi pada hewan uji kelinci dan diamati selama 3 hari, selama pengamatan didapatkan hasil bahwa formulasi yang dibuat tidak mengiritasi kulit. Â Sehingga dapat disimpulkan bahwa formulasi serum yang dibuat aman untuk kulit dan tidak mengiritasi.
Inovasi yang diusung oleh Tim PKM-RE UAD ini merupakan serum yang diharapkan bisa memberikan efek antiaging bagi kulit. Limbah kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) ini nyatanya memberikan presentase antioksidan yang cukup tinggi sehingga dijadikan sebagai serum antiaging. Dengan inovasi mengubah limbah kulit kacang tanah menjadi serum antiaging yang bernilai tinggi, tim PKM-RE UAD berharap tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan, tetapi juga menggugah kesadaran mahasiswa maupun masyarakat akan potensi yang belum tergali di dalam limbah sehari-hari kita. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H