"Buuuk!" Putri jatuh di rerumputan, dia merasa menabrak sebuah dinding kaca yang tebal sehingga tak bisa menyusul Hendi yang terus berjalan menuju gedung putih di seberang gapura.
Saat itu Putri merasa sedih dan menangislah dia
"Aku tidak mau sendirian di sini, aku mau pergi dari sini!" seru Putri histeris.
Sambil menangis sesenggukan, Putri berdiri meraba dinding transparan yang menghadangnya lalu menggedornya. Ternyata benar, ada dinding transparan yang menghalanginya masuk  gapura.
"Ah, pasti ada jalan lain, paling dinding kaca ini hanya ada di sini saja," gumam Putri.
Dia bergeser berpindah tempat mencari jalan lain di antara pepohonan dan semak bunga di sekitarnya. Anehnya dia tetap menabrak dinding kaca, tak mampu menyusul Hendy menuju istana putih di seberang gapura.
Mungkin sebaiknya dinding kaca ini kuhancurkan saja, pikir Putri.
Putri segera mencari batu di sekitarnya, akhirnya dia menemukan beberapa bebatuan sebesar kepalan tangan di tempat itu. Diambilnya satu batu lalu dilemparkan ke arah dinding transparan di depannya. Anehnya batu itu bisa melewati gapura dengan mudah, seolah tidak ada dinding pembatas. Putri tertegun, kembali dia berjalan menghampiri gapura mencoba melewatinya, tapi lagi-lagi tubuhnya terhalang dinding transparan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H