Mohon tunggu...
Frey Immanuel
Frey Immanuel Mohon Tunggu... -

menulis dengan sederhana. \r\n var sc_project=11800296; var sc_invisible=0; var sc_security="c1965a9a"; var scJsHost = (("https:" == document.location.protocol) ? "https://secure." : "http://www."); document.write("");

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cewe Kece dan Sepatu Kets! (-Part 3-)

10 Februari 2012   09:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:49 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lagu I'm your man, Michael Buble menggema di telingaku. Tiba-tiba lapangan itu menjadi hitam putih, tidak ada warna lain selain gradasi warna itu. Aku terpaku termenung di salah satu titik terjauh dari lapangan itu. Tiba-tiba angin berhembus sepoi-sepoi, dari arah kiri ku, wuuussshhh!! Mata kiriku seakan tak bisa menahan hembusan angin itu. Slow Motion. Tanpa disadari pandanganku langsung mengarah pada sudut kiri lapangan, aku tertegun. Freeze! Seorang gadis!

Sentak aku terperangah tak bergerak. BEKU. Pandanganku tak teralihkan. Hentakan kakinya ke tanah tampak sangat lambat nan tegas, seakan mampu membelah bumi. Aku masih melihatnya, sama seperti tadi pagi, tidak ada yang berubah, kecuali orang-orang yang tak terlihat dan latar hitam putih disekelilingnya. Entah kenapa, hanya dirinya yang tampak cerah dan berwarna, keindahan lapangan dan taman disekitarnya tampak tak sebanding. Aku terpaku. Wajahnya yang berkeringat tak mengurangi kecantikan parasnya, lima detik sebelum ia melintas tiba-tiba gerakannya semakin lambat. Slow Motion. Lima detik yang sungguh lambat. Rambutnya yang dikucir terlempar pelan ke kiri dan ke kanan, sesekali ada gumpalan air terjatuh dari rambutnya yang sedikit basah karena keringat. Matanya yang indah berkedip pelan. Tidak kusadari ternyata ia sudah berada tepat di depanku. Dia menabrakku?? Tidak! Dia hanya melintas tanpa melihat keberadaanku, apa maksudnya ini? Geraknya masih lamban dan pelan, setidaknya sampai ia mengambil sebuah selang tepat di pinggir lapangan, dan kembali ke arahku.

JrOOOSSSSHHHH!!!!!

Aku masih di kamar mandi, tanpa busana dan air shower yang mengalir deras di wajahku. Ah, itu hanya unconsciousness. Keluar dari kamar mandi aku masih tidak habis pikir kenapa gadis itu terus menghantui, huft.

-to be continued-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun