Mohon tunggu...
Fresty Restu Pertiwi
Fresty Restu Pertiwi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pegiat Literasi

Satu kata memiliki makna dan kekuatan tersendiri, teruslah menulis dan menjadi inspirasi untuk orang lain. - Fresty R. Pertiwi -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Garis Finish

20 Februari 2022   11:45 Diperbarui: 20 Februari 2022   11:55 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

GARIS FINISH

Fresty R. Pertiwi

Setelah seharian lelah bekerja, malam itu aku telah melakukan sebuah kesalahan yang kusesali seumur hidupku. Aku adalah seorang istri yang memiliki tiga orang anak, anak pertamaku berusia delapan tahun, anak keduaku berusia empat tahun dan paling kecil berusia delapan bulan.

Di usiaku yang ke-30 tahun ini hampir semua impianku tercapai, yaitu memiliki tiga orang anak, kendaraan, rumah sendiri, karir yang sukses dan suami yang sangat perhatian. Tentu itu membuat orang disekelilingku banyak yang memuji, tetapi tak jarang juga yang iri kepadaku.

Aku pun mensyukuri semua nikmat yang telah diberi, menikmati hari-hari dan terus ingin menggapai impian-impianku. Tanpa memedulikan keinginan suamiku. Disinilah awal cambukan untukku bahwa ada hal yang penting dari semua mimpiku.

Memiliki jabatan dalam berkarir, mendirikan kelas menulis, meraih penghargaan di setiap kejuaraan, semuanya telah kugapai, tetapi masih banyak yang ingin kuwujudkan. Salah satu impianku adalah mengenyam pendidikan S2. Rasa-rasanya tidak ada kepuasan untuk terus berlari sebelum mencapai garis finish.

“Bund, maaf tolong ambilkan air minum!” Suamiku minta tolong dengan nada rendah.

Sebenarnya, kan, ia bisa mengambil sendiri di lemari pendingin, kenapa harus minta tolong ambilkan. Apa ia tidak melihat aku juga lelah bekerja belum lagi harus mengurusi anak-anak. Sembari ngedumel tetap saja aku memberikan minum untuknya.

“Bund, tolong siapin baju ayah ya!” Pinta suamiku sebelum masuk ke kamar mandi.

Hmmm, lagi ia meminta padaku.

‘Kenapa harus aku yang ambilkan?’ keluh batinku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun