Mohon tunggu...
Frestin Thalia
Frestin Thalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bijak Transaksi Online, Tingkatkan Kewaspadaan Akan Penipuan

12 Januari 2023   15:06 Diperbarui: 12 Januari 2023   15:20 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi belanja digital saat ini memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini bahkan menciptakan kebiasaan masyarakat untuk bertransaksi dan berbelanja secara online. 

Tak hanya menawarkan layanan yang mudah, barang yang ditawarkan pun variatif, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan untuk hobi. Meski memberikan kemudahan dalam bertransaksi, rawannya tindak penipuan masih menjadi perhatian yang harus diwaspadai.

Modus penipuan yang beragam membuat para pembeli harus lebih berhati-hati. Tak jarang, penipu meyakinkan korban dengan membuat akun official yang sangat mirip dengan akun layanan terkait. Modus penipuan lain seperti resi palsu, struk pembayaran palsu, dan bukti transfer palsu semakin menambah "momok" bagi pengguna situs belanja online. Modus penipuan semakin berkembang mengikuti zaman.

Terdapat beberapa jenis penipuan yang sering terjadi, salah satunya phising. Phising merupakan jenis penipuan yang rawan terjadi bagi pengguna internet. Cara kerjanya adalah dengan mengelabui pengguna dengan membuat laman layaknya situs terpercaya dari segi tampilan. Pengguna yang kurang hati-hati akan menekan link yang dikirimkan. Bahayanya, tanpa disadari ia memasukkan informasi login hingga kartu kredit ke dalam tampilan palsu tersebut. Data yang masuk akan dimanfaatkan oleh para scammer untuk melakukan aksi kejahatannya.

Salah satu rekan saya, Vano, contohnya. Ia menjadi korban penipuan jenis phising ini. Melalui sambungan telepon ia bercerita tentang kejadian yang dialaminya pada bulan Oktober lalu. Lebih lengkapnya ia menceritakan kronologi

"Pas scrolling TikTok, aku nggak sengaja klik iklan pinjaman online. Nah aku kira nggak akan kenapa-kenapa karena langsung di-back. Ternyata link itu bikin data pribadiku bocor." Ungkap Vano mengawali ceritanya menjadi korban phising.

Bocornya data pribadi membuat beberapa data seperti nomor telepon, alamat rumah, hingga rekening bank diketahui pelaku. Hal itu membuat si penipu melakukan aksinya dengan berpura-pura menjadi agen pinjaman online dan menagih pinjaman dengan jumlah yang tak sedikit. Cara menagihnya pun seperti meneror, menelepon berulang kali hingga mengirimkan pesan dengan kata yang tidak sopan.

"Aku sampe diteror lewat chat, sampe ngomong kasar. Ditelepon juga berkali-kali tapi nggak aku angkat. Akhirnya nomor itu aku blokir." pungkasnya.

Kejadian tersebut menjadi pengalaman bagi Vano agar lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, khususnya saat mengakses link yang tidak diketahui asalnya. Namun itu bukan pengalaman pertamanya menjadi korban penipuan online. Ia bercerita lebih lanjut, sebelumnya ia pernah menjadi korban penipuan di salah satu marketplace yang familiar. Secara singkat kronologinya, ia memesan barang di sebuah toko non official pada marketplace tersebut. Namun nyatanya, barang yang sampai hanyalah kardus kosong.

"Jadi aku beli barang, handphone second gitu di S****. Aku mikir, oh harganya lebih murah nih bisa hemat budget. Pesen lah dan langsung aku bayar via transfer. Estimasi barang sampai 5-7 hari, tapi saat itu barangku udah sampai di hari ke-4. Aku excited banget lah karena sampai lebih awal. Dan ternyata pas aku buka, serasa di-prank haha. Kardusnya kosong, cuma ada serpihan kertas sama bubblewrap" ia bercerita sambil tertawa mencairkan suasana.

Pengalamannya ini sempat membuatnya trauma untuk berbelanja online. Kerugian yang dialaminya pun terhitung cukup besar baginya. Meski sempat menghubungi pihak marketplace terkait, kasusnya tak terselesaikan. Belajar dari pengalaman, ia lebih berhati-hati memilih toko dan lebih memilih berbelanja di official store. Ia juga memberikan tips aman berbelanja online.

"Dari pengalaman itu aku jadi lebih hati-hati milih toko, usahakan pilih official store aja yang jelas review-nya bisa kita lihat. Oh ya, kalau emang cari barang second ya better ke aplikasi yang ada fitur COD (cash on delivery) atau bisa ketemu dengan penjualnya langsung. Pokoknya hati-hati banget deh, jangan sampe kayak aku." ungkapnya sebelum menutup percakapan.

Penipuan yang dialami Vano ini merupakan jenis penipuan yang bisa diantisipasi sendiri oleh pengguna. Lebih cermat terhadap url dan tautan yang mencurigakan menjadi antisipasi paling awal untuk mencegah terjadinya penipuan ini. Meski beberapa penyedia layanan telah mengedukasi penggunanya untuk berhati-hati dalam melakukakan pengisian informasi penting, sebagai pengguna layanan kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan akan penipuan.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi tindakan penipuan bagi pengguna dan penyedia layanan. Bagi pengguna, lebih teliti sebelum membeli dan memilih platform yang terpercaya. Sedangkan bagi para penyedia layanan, penggunaan teknologi bisa jadi solusi yang menguntungkan. Teknologi yang dinilai mampu menjadi solusi untuk mengurangi tindak penipuan dalam transaksi online adalah Artificial Intelligence (AI). Cara yang harus dilakukan oleh setiap orang tak lain adalah meningkatkan kewaspadaannya dalam bertransaksi online.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun