Talcott Parsons dan Claude Lévi-Strauss adalah dua tokoh besar dalam bidang strukturalisme. Perbedaan yang paling mendasar dari mereka berdua adalah mereka bergerak dalam bidang yang berbeda, yaitu Talcott Parsons dalam bidang sosiologi dan Lévi-Strauss dalam bidang antropologi.
Talcott Parsons
Talcott Parsons adalah seorang sosiolog yang terkenal dengan teori fungsionalisme strukturalnya, yang memandang masyarakat sebagai suatu sistem dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk menjaga stabilitas. Talcott Parsons berfokus pada fungsi struktur sosial dan bagaimana kontribusinya terhadap ketertiban dan stabilitas sosial. Karyanya menekankan saling ketergantungan berbagai institusi sosial dan cara mereka membentuk perilaku individu.
Talcott Parsons berkonsentrasi pada strukturalisme dalam sosiologi dan teori sistem sosial. Ia tertarik dengan bagaimana masyarakat diatur dan bagaimana komponen-komponennya terikat dan berinteraksi satu sama lain. Talcott Parsons berpendapat bahwa masyarakat disusun secara teratur dan metodis. Pendekatan ini menekankan integrasi sosial, di mana masyarakat diharuskan mengikuti peran dan standar untuk menjaga keseimbangan sosial. Sistem AGIL, yang menjelaskan empat fungsi penting dalam suatu sistem sosial, merupakan salah satu prinsip utama teori Parsons, diantaranya yaitu:
- Adaptation (adaptasi), sistem harus bisa menangani kebutuhan situasional yang berasal dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungannya serta lingkungan dengan kebutuhannya.
- Goal Attainment (pencapaian tujuan), sistem harus menetapkan dan mencapai tujuan utamanya.
- Integration (integrasi), sistem harus mengatur keterhubungan bagian-bagian penyusunnya. Ia juga harus mengatur interaksi tiga imperatif fungsional (A, G, dan L).
- Latency (pemeliharaan pola), sistem harus melengkapi, memelihara, dan menyegarkan motivasi individu serta pola masyarakat yang menghasilkan dan mempertahankan motivasi.
Claude Lévi-Strauss
Di sisi lain, Claude Levi-Strauss adalah seorang antropolog yang terkenal dengan pendekatan strukturalisnya terhadap studi budaya dan masyarakat. Strukturalisme Levi-Strauss berfokus pada struktur dan pola mendasar yang membentuk pemikiran, budaya, dan perilaku manusia. Dia terkenal karena analisisnya terhadap mitos dan sistem kekerabatan, di mana dia mengidentifikasi pola dan struktur universal yang menurutnya mendasar bagi kognisi manusia dan organisasi sosial.
Lévi-Strauss paling dikenal atas kontribusinya terhadap antropologi strukturalis, khususnya karyanya tentang pola budaya dan mitos. Ia tertarik oleh pola mental dan sistem sosial yang tidak disadari. Lévi-Strauss merasa bahwa pemikiran dan pemahaman manusia tentang alam semesta mengikuti pola universal. Dia menyelidiki mitologi dan sistem budaya untuk mengungkap tema mendasar yang serupa. Gagasan tentang "bricolage" atau "seleksi dari apa yang tersedia", yang mengacu pada bagaimana suatu budaya menggunakan bahan-bahan yang dapat diakses untuk mengembangkan struktur dan makna baru, adalah salah satu kontribusi utama Lévi-Strauss.
Ringkasnya, meskipun Parsons dan Levi-Strauss sama-sama terkait dengan teori strukturalis, karya Parsons lebih mementingkan fungsi struktur sosial dalam masyarakat, sedangkan karya Levi-Strauss lebih berkaitan dengan penemuan pola dan pola universal yang mendasari pemikiran manusia dan budaya penalaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H