Mohon tunggu...
Fresha Fitriana Karuna
Fresha Fitriana Karuna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanggulangi Limbah Tempurung Kelapa di Desa Punggur Kapuas Menjadi Briket

12 Desember 2022   17:56 Diperbarui: 12 Desember 2022   18:43 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Punggur Kapuas merupakan desa hasil dari pemekaran Desa Punggur Besar pada tahun 2012 silam yang memiliki potensi alam yang besar. Salah satu potensi alamnya adalah tanaman kelapa, yang dikembangkan menjadi gula kelapa oleh warganya. Gula kelapa terbuat dari nira kelapa sehingga buah kelapa tidak dimanfaatkan dengan maksimal dan menyebabkan penumpukan limbah yaitu salah satunya ialah tempurung kelapa.

Dokpri
Dokpri

Di Desa Punggur Kapuas, terdapat beberapa masyarakat yang masih menggunakan tungku untuk mengurangi penggunaan gas Elpiji dan menjadikan tempurung kelapa sebagai bahan bakarnya. Namun penggunaan tempurung kelapa sebagai bahan bakar tidaklah efektif karena diperlukan dalam jumlah besar, mudah habis dan menyebabkan polisi udara. 

Briket lebih unggul dibandingkan arang karena harganya lebih murah, mudah terbakar, lama habis, minim asap, dan minim abu. Oleh karena itu, pengolahan tempurung kelapa menjadi briket merupakan inovasi baru dalam menanggulangi penumpukan limbah.

Briket merupakan bahan bakar alternatif dari pemanfaatan biomassa. Tempurung kelapa adalah biomassa yang dapat dijadikan sumber energi alternatif. Tempurung kelapa yang tidak digunakan dimanfaatkan sebagai bahan bakar  pembuatan briket, dimana tempurung kelapa diolah menjadi arang melalui proses karbonisasi (Amin, dkk., 2017). 

Dokpri
Dokpri

Pembuatan briket tempurung kelapa terdapat beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Pengarangan yang dilakukan dengan membakar tempurung kelapa hingga menjadi arang.

2. Penggilingan yang dilakukan dengan menumbuk tempurung hingga halus atau menjadi serbuk.

3. Pengayakan yang dilakukan dengan mengayak serbuk hasil penggilingan.

4. Penyiapan Perekat yang dilakukan dengan memasak tepung kanji dan air hingga bertekstur seperti lem.

5. Pencampuran yang dilakukan dengan mencampur hasil pengayakan dengan perekat hingga merata.

6. Pencetakan yang dilakukan dengan memadatkan hasil pencampuran pada pipa kemudian didorong hingga keluar hasil pencetakan

7. Pengeringan yang dilakukan dengan menjemur hasil pencetakan di bawah sinar matahari selama 4-7 hari.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tempurung kelapa dapat diolah menjadi briket. Briket lebih unggul dibandingkan arang karena  harganya lebih murah, mudah terbakar, lama habis, minim asap, dan minim abu. Dengan membuat briket sendiri masyarakat dapat mengurangi penggunaan gas Elpiji dan mengurangi penumpukan limbah. Sehingga briket menjadi solusi terbaik dari permasalahan penumpukan limbah tempurung kelapa yang ada di Desa Punggur Kapuas 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun