Mohon tunggu...
Frenvinjosta 97
Frenvinjosta 97 Mohon Tunggu... Guru - Guru PAK SD Eka Tjipta Muaradua

Frendawatty Vinalia Joseph,S.Pd berasal dari Ambon maluku, ke kalimantan untuk bekerja sebagai Guru Agama Kristen di SD Eka Tjipta Muardua.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Melangkah

2 Juli 2023   12:00 Diperbarui: 2 Juli 2023   12:02 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***
Saat dimana saya tahu bahwa tiap detik itu berharga,
Ayunan kaki ini mulai melangkah, perlahan tapak demi tapak, awalnya kaki ini melangkah di jalan yang rata dan seolah semua baik - baik saja, sesaat saya terhenti melihat di depan saya ada terowongan panjang, gelap dan hanya ada satu titik terang yang harus saya tuju.
Namun itu bukan menjadi tujuan akhir saya.
Satu demi satu langkah yang saya jalani membawa saya keluar dari terowongan itu.

***

saya pikir bisa berhenti sejenak, ternyata tidak karena saya melihat ada anak tangga, saya pun mencoba menaiki anak tangga satu demi satu, wahh ternyata mulai berasa capeknya. 

***

Menurut saya berhenti sejenak dan menarik napas bisa memulihkan tenaga baru, dan di saat yang sama saya melihat jembatan di bawah air terjun, wah indah sekali, tapi tidak seindah jalan yang harus saya lalui karena jembatan ini hanya dari sebatang pohon jati yang melintang diatas permukaan air terjun, sekilas seperti dongeng kan, namun  ini jalan yang harus di lalui, dengan penuh keberanian dan mental, saya mencoba menyebrangi jembatan itu.
Rasanya seperti di ambang kematian, antara harus terus berjalan atau berhenti karena takut jatuh, tapi tidak membuat saya goyah, karena saya telah sampai di ujung jembatan.

***
Tarikan napas panjang saya menunjukan betapa indah pemandangan di depan saya, bentangan padang rumput yang hijau di temani kupu kupu yang terbang kesana kemari wah begitu indah alam ini, saya mencoba berjalan lurus, dengan jalan sedikit berbabatu dan ada sedikit tanjakan naik dan turun, membawa saya sampai di depan pertigaan. 

***

saya harus memilih untuk bisa terus berjalan, tanpa tahu apa yang ada di depan saya namun saya memilih untuk terus berjalan lurus, menelusuri jalan aspal yang baru saja di perbaiki, kadang melewati polisi tidur, ada lampu merah, ada zebra cross, ada penunjuk arah, pembatas jalan, juga banyak rambu rambu lalu lintas, yah itulah kehidupan.

***

Saya tiba di satu titik dimana saya harus naik pesawat melewati beberapa pulau atau duduk manis di sebuah rumah dengan nuansa penuh cinta dalam keluarga.
Rasanya nyaman yah jika berada dalam keluarga, tapi saya memilih menaiki pesawat untuk sampai di sebuah pulau.

***

Perjalanan terus berlanjut, setiba saya di sebuah pulau tanpa nama, membuat keberanian saya timbul, saya harus berupaya bertahan hidup dan harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dipulau itu, seolah semua baik baik saja ternyata drama air mata dan perasaan salah memilih keputusan mulai saya sesali, tapi semua itu tidak membuat saya kembali kepada keluarga.
***

Beberapa tahun berlalu, saya mulai terbiasa dengan semua hal walau kadang saya menemukan jalan terjal, gunung tinggi, harus menyebrani sungai dan menyusuri hutan.
Mental saya mulai di asah, keberanian saya mulai menyala nyala dan kesabaran saya mulai di uji.

***

Apakah ada jalan baru yang akan saya tuju ???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun