Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Narasi dan Catatan Kritis di Balik Tim Sukses dan Pemimpin

21 November 2021   15:28 Diperbarui: 21 November 2021   15:30 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini untuk mengenang Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, Hari Orang Muda Sedunia ke-36 dan sekaligus mengenang Hari Ulang HUT Imamat ke-2, Tahbisan Imam ; 21 November 2019 sampai 21 Novmber 2021 : Rm. Yudel Neno, Pr, Rm. Derry Saba, Pr, Rm. Dalsi Saunoah, Pr, Rm. Yogar Fallo, Pr, Rm. Robby Kiik, Pr, Rm. Jefri Ndun, Pr, Rm. Yustus Nipu, Pr dan Rm. Sonny Akoit, Pr

Perjuangan Bersama

Politik ditinjau dari aspek aktivitas merupakan  perjuangan bersama. Perjuangan bersama meliputi giat diskusi, mekanisme dan aktivitas. Diskusi melahirkan ide. Ide melahirkan mekanisme, dan mekanisme dijadikan kerangka bagi aktivitas.

Banyak ide pasti muncul. Banyak mekanisme pasti disusun, dan banyak orang pasti terlibat dalam aktivitas, mulai dari promosi, kampanye dan bahkan black campaign pun bisa dilakukan.

Semuanya itu, terakomodir dalam perjuangan bersama, mulai dari lapisan masyarakat biasa, politisi, pejabat serta tokoh masyarakat lainnya. Masing-masing berupaya, berkonstribusi menurut kedudukan.

Perjuangan bersama ini melahirkan pengorbanan bersama. Demi menggapai kemenangan politik, berbagai strategi dipakai. Apapun bisa dikorbankan entah layak maupun tidak layak.

Pengorbanan Bersama

Pengorbanan bersama umumnya terjadi karena banyak faktor. Faktor-faktor itu sebagai berikut ; pertama; ketertarikan pada figur dan visi-misi, kedua; faktor hubungan kekeluargaan dan kekerabatan, ketiga; faktor kekecewaan pada pemimpin sebelumnya, ataupun terhadap figur tertentu, keempat; faktor kesamaan wilayah, kelima ; faktor relasi, keenam ; faktor ekonomi.

Faktor-faktor di atas, berpengaruh menurut isinya. Visi-misi yang realistis, figur yang baik, familiar dan populer, besar peluang untuk diperjuangkan.

Hubungan kekeluargaan dan kekerabatan menempatkan figur terkait diperjuangkan otomatis, walaupun tidak semua.

Faktor kekecewaan pun sangat berpengaruh. Kekecewaan terhadap figur, kebijakan dan perilaku membuat seseorang mudah banting stir dari yang lama dan menuju yang baru. Dalam situasi kekecewaan seperti ini, semua kebaikan bisa cepat sirnah, dan pada tingkat ekstrim, konflik dan politik adu domba bisa menjadi solusi bagi rasa kecewa.

Kesamaan wilayah masyarakat dengan calon pemimpin dan atau pemimpin, mempunyai peluang besar untuk diperjuangkan. Umumnya terjadi karena perasaan ingin diperhatikan kelak, dan hal itu pasti terjadi karena prinsip sewilayah. Paling nampak dalam faktor ini adalah keinginan akan perbaikan infrastruktur.

Faktor relasi sangat penting. Relasi yang baik dengan masyarakat memiliki kredit poin yang tinggi. Pola pergaulan yang sederhana dan merangkul masyarakat, umumnya selalu dijadikan contoh oleh masyarakat, di saat diskusi bersama. Dan karena selalu dijadikan contoh, maka berpeluang sebagai anjuran bagi banyak orang.

Dan, yang terakhir, faktor ekonomi. Faktor ekonomi meliputi dua pihak; ekonomi masyarakat dan ekonomi sosok yang diperjuangkan. Ekonomi masyarakat berbeda-beda; ada kelas rendah, menengah dan kelas atas. Masing-masing berjuang, terlibat dan berkontribusi menurut tuntutan dan kemampuan ekonomi. Intinya menunjukkan aspek perjuangan.

Tentu dengan harapan, kalau menang, semoga ekonomi makin baik. Harapan baiknya ekonomi ini, biasa berpola kapital. Siapa berkorban lebih besar dan banyak,  terpola keinginan untuk diperhatikan lebih serius dan lebih banyak mendapat porsi ekonomi.

Ekonomi sosok yang diperjuangkan meliputi dua aspek; aspek positif dan aspek negatif. Aspek positifnya berupa harapan, bahwa ekonomi yang baik sebelumnya bakal menghindarkan niat dan praktek korupsi, kalau menang. Aspek negatifnya ialah, kalau ekonomi pas-pasan, besar kemungkinan bagi sosok terkait untuk menerima sokongan dana demi perjuangan, dengan resiko, kelak wajib hukumnya mengakomodir permintaan dan kebutuhan pejuang dan penyokong.

Dari faktor-faktor itu, lantas apa konsekuensinya? Beberapa hal di bawah ini, dapat saya uraikan.

Pertama; Ketika Meraih Kemenangan

Perjuangan kalau membuahkan hasil, sorak-sorainya bukan main. Di samping sorak-sorai, ejek-ejekan pun tak kalah, dan bahkan berujung konflik. Tersebab konflik, relasi antar keluarga dan bahkan keluarga kandung berpotensial renggang.

Mereka yang menang, merasa di atas angin. Karena di atas angin, masing-masing mulai menyusun ini dan itu, dengan keyakinan, pasti terakomodir, karena antara perjuangan dan kemenangan masih terlalu hangat dan masih sangat dekat.

Kedua ; Pasca Kemenangan

Pasca kemenangan, dukungan tentu masih seratus persen. Para tim sukses dan pejuang masih aktif melakukan diskusi dan pertemuan guna membahas bagaimana ke depan. Banyak hal terjadi demi kepemimpinan ke depan. Sosok yang dimenangkan pasti mendengar berbapai input ide.

Tidak ada keberatan dan persoalan. Masing-masing berupaya menurut caranya berpikir. Berkisah mengenang bobotnya perjuangan sebelumnya, juga menjadi kenangan tersendiri. Pasca kemenangan ini, semuanya masih baik-baik saja.

Ketiga ; Saat Tata Kelola Perangkat Daerah

Konflik mulai muncul, ketika setiap orang memperhitungkan jasa dan perjuangannya, dan karena itu, merasa sangat berandil dalam keturutan menentukan posisi dalam dunia pemerintahan. Masing-masing menyebut orangnya untuk dipakai dan terkadang memaksakan kehendak.

Beberapa di antara lainnya terkesan memperlakukan dirinya lebih penting, dan karena itu memposisikan diri sebagai jembatan penghubung, demi tersampaikan dan tereksekusinya keinginan dan usulan.

Mulai ada yang menarik diri secara perlahan karena apa yang diusulkan dan diinginkan tidak diakomodir. Ungkapan kesal mulai terjadi di sini, namun karena rasa perjuangan masih melekat, maka masih biasa-biasa saja.

 Keempat ; Saat Situasi Proyek

Pemimpin mulai pusing saat urusan proyek. Secara de facto, sebetulnya tidak perlu pusing karena sudah ada mekanismenya beserta pagu anggaran dan peruntukkannya. Namun, tetap saja ada gesekan.

Kalau pemimpin tidak peduli dengan mereka, nanti dibilangin tidak peduli sesudah menang, dan tidak menghargai jasa perjuangan. Tetapi kalau pemimpin mau peduli, besar resiko untuk menyimpang dari mekanisme yang sebenarnya.

Umumnya golongan kelas menengah ke atas menginginkan proyek untuk dikerjakan, dan hanya dalam kalangan mereka. Mereka umumnya tidak mau peduli dengan pihak lain, apalagi yang bukan pendukung. Proyek, karena jasa dan perjuangan, seolah-oleh segera harus menjadi miliknya, dan karena itu, pemimpinnya kalau tidak kritis, bakal pusing tujuh keliling.

 Kelima ; Mulai Muncul Konflik Internal

Konflik internal terjadi ketika ada perbedaan pendapat antar tim tidak terjembatani. Perbedaan yang tidak terjembatani, melahirkan konsolidasi. Konsolidasi berarti masing-masing melakukan penguatan ke dalam entah ide maupun persona. Ketika masing-masing tim dalam perspektif konsolidasi saling menguat, yang dulunya sama-sama berjuang, sekarang bakal pecah. Masing-masing berdiri di atas ide sendiri. Bahkan saling ejek antar tim terjadi. Antar tim, bahkan ada yang merasa lebih. Inilah persoalannya. Show???

Keenam; Munculnya Rasa Kesal

Konflik muncul, muncul pula rasa kesal.  Rasa kesal ini tidak sekedar bahwa pemimpin terkait lupa jasa, tetapi juga berujung pula pada diskusi beda pilihan pada periode berikutnya. Hal ini, normal saja, karena memang itu hak masing-masing orang untuk menentukan pilihan. Yang penting ialah janganlah rasa sesal dijadikan sebagai eksen untuk menyebarkan isu hoaks, isu diskredit serta melakukan black campaign sejak awal. Kalau ini terjadi, ini sudah merupakan pelanggaran moral. Dan kalau sudah pelanggaran moral, ini sudah sampai tingkat menyalahi prinsip umum politik, di mana kesejahteraan rohani, moral dan ekonomi adalah taruhan.

Ketujuh ; Adanya Politik Adu Domba

Politik adu domba, sederhananya antar tim saling mengadu kepentingan, menghasilkan sikap tidak puas antar tim dalam kaitan dengan akomodir kepentingan oleh pemimpin. Tim mana yang kepentingannya terakomodir, situasi itu bisa menjadi peluang untuk saling adu domba. Pihak ketiga ini menduduki posisi penting dalam sistem adu domba. Dan kondisi ini diperparah dengan tidak ada atau lemahnya sikap kritis dari masing-masing pihak. Akibatnya, isu akan dimainkan ibarat bergulirnya bola di tengah lapangan.  

 

Penutup 

Tulisan ini memang tidak berakhir dengan solusi terhadap berbagai persolan di atas. Karena memang hanya merupakan narasi dan catatan kritis, dan sekali lagi mohon maaf karena tidak ada solusi..he he he he...

 

Penulis : RD. Yudel Neno, Pr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun