Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Narasi dan Makna di Balik Perahu dan Pukat Tarik

7 September 2021   08:01 Diperbarui: 7 September 2021   09:30 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narasinya selesai. Sekarang ingin saya ambil maknanya. Beberapa makna di bawah ini, dapat Saya refleksikan.

Semangat  Bekerja Sama dan Bekerja Bersama
Sejak awal tulisan, narasi menunjuk jelas pada ada dan pentingnya kerja sama. Kerja sama secara teologis menunjuk pada pemahaman dan penghayatan, bahwa untuk mencapai kesuksesan dan keselamatan, kerja sama dengan ciri khas persekutuan merupakan syarat mutlak. Ibarat sapulidi, nilai fillsofisnya nampak jelas bahwa, syarat supaya bersih lingkungan, mustahil kalau hanya sebatang lidi. Bersih memang tuntutannya ialah ada bersama dan kerja bersama.

Semangat Solidaritas
Solidaritas dalam kerangka teologi, mengambil makna dalam ajaran dan tindakan Yesus, tentang bagaimana seharusnya manusia saling memperlakukan. Karena itu, solidaritas tidak sekedar berbagi. Solidaritas merupakan ekspresi iman yang berbuah pada tindakan nyata, di mana kasih diwujudnyatakan dalam bentuk pemberian yang dilandasi oleh cinta kasih kepada sesama.

Paus Fransiskus, dalam Ensiklik Evangelii Gaudium, ketika berbicara tentang kegembiraan hidup orang-orang beriman, Ia mengatakan bahwa hidup orang beriman, tumbuh subur dalam semangat saling berbagi dan mengalami pengasingan secara serius, dalam tindak-tanduk egois.

Tanggung Jawab sampai Selesai
Tanggung jawab berarti kehendak untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan dari siapa dan apapun, dan dilakukannya dengan komitmen hingga sebuah kepercayaan ataupun pekerjaan selesai.

Mereka yang terlibat sejak awal dalam urusan perahu dan pukat, bertahan sampai menyelesaikannya. Tabu bagi mereka, untuk meninggalkan perahu dan pukat, pasca panen hasil ikan.

Ada Kerendahan Hati
Tidak ada seorang pun menonjolkan diri dalam urusan ini. Semuanya terlibat. Si pemilik perahu dan pukat pun ikut tarik menarik pukat serta transaksi ikan. Komunikasi berjalan lancar. Kenyataan mendapat banyak ikan,  tidak menjadi ukuran untuk angkuh. Semuanya biasa-biasa saja.

Ada Semangat Saling Memahami
Ikan yang sudah diambil, tidak lagi diklaim, sekalipun oleh pemilik perahu dan pukat. Yang menjadi bagian mereka, tetap menjadi bagian mereka. Ini terjadi karena adanya sikap saling memahami. Semangat saling memahami ini, jelas menunjukkan bahwa pekerjaan akan baik dan maksimal kalau ada sikap saling memahami.  

Ada Transaksi Penuh Persaudaraan
Persaudaraan dalam transaksi, nampak jelas saat tawar menawar ikan dan harga ikan. Tawar menawar berlangsung sambil senyum dan tertawa. Umumnya mereka saling tahu harga. Tetapi persaudaraan masih memungkin mereka untuk tawar menawar. Sepertinya harga tak bermasalah karena yang penting adalah saling menyapa sebagai saudara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun