Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Kita Pergi ke Galilea, Renungan Malam Paskah

11 April 2020   19:22 Diperbarui: 11 April 2020   21:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pribadi; Rm. Yudel Neno, Pr, Pastor Pembantu Paroki Santa Maria Fatima Betun; mengucapkan selamat pesta Paskah untuk Umat Kristiani yang merayakannya

Kejadian, 1:1.26-31a, Keluaran, 14: 15-15:1, Yesaya, 54: 5-14, Epistola; Roma, 6:3-11, Injil ; Matius, 28:1-10

Langit menceritakan kemuliaan Allah, cakrawala memberitakan pekerjaan TanganNya. Hari yang satu menyampaikan berita kepada hari yang lain. Sungguh, keselamatan yang datang dari Allah, telah membangkitkan keraguan dan kejatuhan menjadi kemenangan tak terkalahkan. Dalam nada dan syair gembira, anak-anak bumi  melontarkan ungkapan hati :  Alleluya, Kristus bangkit, Alleluya, kemenangan telah terjadi, dan sampai kini dan di sini.

Dari terbitnya matahari, karena kemuliaan Tangan Tuhan, Dia sendiri telah menciptakan umat manusia menurut gambar dan rupaNya. Nafas hidupNya dihembuskan, dan untuk alasan itulah kita terus hidup dalam gegap gempita dunia ini.

Semua yang telah diciptakan, amat baik dan sungguh amat baik. Karena inisiatifNya, sejak daripada kekal, Dia telah jatuh cinta tanpa syarat pada dunia dan pada umat manusia.

Perayaan malam paskah; malam vigili, mengingatkan kita akan filosofi Kartini; habis gelap terbitlah terang.

Seruan Cahaya Kristus ditengah kegelapan dan tantangan zaman ini, menuntun kita untuk berpasrah dalam-dalam, bahwa hanya dalam terang, kita pun dapat menemukan jalan yang benar.

Kisah menciptakan menanamkan ke dalam diri, Rahmat yang terlahirkan dari buah hati Allah bahwa Ia mencipta karena Ia sendiri telah menghendakinya. Karena kehendakNya sendiri pula, dan demi keselamatan dan kesejahteraan dunia ini, Ia sendiri telah mengaruniakan akal, budi, kehendak bebas, kuasa untuk memelihara dan melestarikan, rahmat untuk turut mencipta (co-creator) dan nafas untuk membuktikan kehidupan Allah yang paling hidup dari antara segala yang hidup.

Karya keselamatan itupun terlaksana dan dialami secara langsung oleh umat Israel dalam peristiwa eksodus dari tanah Mesir. Orang-orang Firaun berupaya mengejar orang-orang Israel, orang-orang Israel karena ketakutan mereka yang berharga di hadapan Sang Yahweh, Sang Yahweh pun angkat bicara, mengarahkan tindakan penyelamatanNya melalui Musa, dengan berbaliknya air laut membinasakan tentara-tentara Firaun. Karena itulah, pantas dan layak, Musa dan orang-orang Israel bersama-sama menyanyikan madah bagi Tuhan karena karya keselamatan yang telah datang daripadaNya.

Dari karya keselamatan yang telah terjadi itu, Nabi Yesaya dengan spirit kedekatannya dengan Tuhan, melukiskan tentang Allah sebagai sumber hidup, dan dengan demikian dari kenyataan karya keselamatan itu, tertanam dalam-dalam perjanjian suci antara Yahweh dan umatNya bahwa datanglah kepadaKu maka kamu akan hidup dan Aku akan menyertai kamu sampai selama-lamanya.

Karya keselamatan itu akhirnya berpuncak pada Yesus Kristus, Putera Allah; puncak kasih Allah Bapa, yang rela mengorbankan NyawaNya demi keselamatan umat manusia.

Santo Paulus melukiskan tentang karya keselamatan itu dengan mengemukakan kemuliaan Allah yang tampak dalam diri Yesus Kristus PuteraNya, yang karena kematianNya Allah rela menunjukan kerendahan hatiNya dan karena kebangkitanNya, Allah menunjukkan kemuliaanNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun