Ingin kupanggil namamu dengan suara kecil manja.
Ingin cepat pulang buat kutelpon dengar nasihat tuamu.
Ingin kupulang libur biar ku tatap lagi kedua belahan bahumu yang penuh keringat itu.Â
Kalau nanti aku libur, kirimkan uang buat kubelikan tiket ya, Ba!!!! Dan jangan katakan pada mama, kalau aku pulang, biar mama rasakan kejutan itu.Â
Untukmu Ba, telah kugoreskan secarik kertas dengan tinta mas, berisi syair-syair doa, dan telah kutitipkan lewat Cherubim dan Serafim semoga suratku lebih awal dibuka dan Bapa orang pertama dirangkul.Â
Untukmu Ma, kita tetap di rumah karena kepergian Bapa untuk selamanya. Bapa akan dikebumikan, tetapi kita tetap kuat terutama karena Bapa adalah sosok penyayang.Â
Kalaupun ada satu dua kata yang salah, ada sikap dan perilaku yang menyakiti hati Bapa, maafkanlah kami. Kami tahu, Bapa sosok yang mudah memaafkan. Bapa, sosok yang tebar damai.Â
Nanti akan kami sampaikan untuk hewan piaraanmu, kalau Bapa telah pergi tetapi telah dititipkan secarik kertas, berisi cara bagaimana kami harus menjaga dan merawat.
Akan juga kami memperhalus telapak tangan, bagaimana kami harus membelai, mengasah telapak kaki, ke mana kami harus berjalan. Â
Visimu kami letakkan dalam-dalam di nubari ini. Misimu kami genggam erat dalam darah turunanmu ini.Â
Semoga Bapa mendoakan kami. Kami akan mendoakan Bapa. Bapa, pasti baik-baik di sana.Â