Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membedah Komitmen Iman

8 Agustus 2019   10:40 Diperbarui: 8 Agustus 2019   10:48 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poin 1 : Iman Diukur Pada Kehadiran

Kisah seorang pegawai istana yang lebih membutuhkan kehadiran fisik Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang hampir mati karena sakit. Tuhan, datanglah sebelum anakku mati (Yoh. 4:46-54).

Pegawai istana ini rupanya belum tahu sebelumnya bahwa Yesus dapat menyembuhkan anaknya tanpa harus Yesus hadir secara fisik. Karena itu Yesus mengatakan  Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak akan percaya. Sebenarnya, Yesus mau mengatakan bahwa Ia dapat menyembuhkan anak itu melalui mukjizatNya bersabda tanpa harus hadir secara fisik.

Pegawai istana itu akhirnya percaya juga akan kuasa Yesus. Pergilah, anakmu hidup. Pegawai istana itupun akhirnya pergi dan di tengah jalan, ia sudah mengetahui bahwa anaknya telah hidup dari hamba-hambanya.

Poin 2 : Iman Diukur Pada Sabda

Kisah seorang perwira yang percaya total pada Sabda Yesus, dan menolak kehadiran Yesus untuk menyembuhkan hambanya yang menderita karena sakit lumpuh. Yesus mengatakan Dirinya akan hadir untuk menyembuhkan namun perwira itu menolak karena alasan tidak layak. Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh (Mat. 8:5-13).

Yesus melihat kebesaran iman perwira itu, terutama karena pernyataan kerendahan hatinya, karena itu Ia mengatakan : Aku berkata kepadamu : sesunguhnnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. 

Si perwira itu sebenarnya adalah orang kafir dan sekaligus sebagai seorang militer, yang tahu persis kuasa kata-kata ketika memerintahkan bawahannya. Sebenarnya, si perwira itu ingin menunjukkan kepada Yesus bahwa kuasa kata-kata manusiawi saja dapat diikuti oleh bawahannya, apalagi kuasa Yesus, pasti akan terjadi. Karena itu ia mengatakan, katakan sepatah kata saja, maka hambaku itu akan sembuh.

Poin 3 : Iman Diukur Pada Penyerahan Persoalan

Poin a :

Kisah Maria (perempuan yang pernah meminyaki kaki Yesus dengan  minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya) dan Marta, meminta kepada Yesus untuk membangkitkan sahabatNya Lazarus yang sedang sakit. Tuhan, dia yang Engkau kasihi sedang sakit. (Yoh. 11: 1-44).  

Yesus mengatakan bahwa penyakit itu tidak akan membawa kematian, penyakit itu akan menampkkan kemuliaan Allah, karena Yesus tahu bahwa kondisi sakit itu dapat disembuhkan olehNya. Bahkan Yesus sengaja tidak cepat-cepat pergi menyembuhkan Lazarus, walaupun Lazarus itu dikasihi oleh Yesus.

Yesus malah tidak pergi dan Lazarus akhirnya mati. Kematian Lazarus justru merupakan jalan untuk percaya akan kuasa Yesus yang melampaui kematian duniawi. Lazarus akhirnya dibangkitkan oleh Yesus dengan kuasa kata-kataNya.

Lazarus, yang sudah berbaring empat hari lamanya di kubur itu akhirnya dibangkitkan oleh Yesus. Lazarus, marilah keluar! Lazarus pun keluar, Lazarus bangkit. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Marta : Tuhan sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya. 

Poin b :

Kisah Maria, Bunda Yesus yang tanggap terhadap tuan pesta yang kehabisan anggur dalam pesta perkawinan di Kana. Mereka kehabisan anggur (Yoh. 2:1-11).

Maria menyerahkan persoalan itu kepada Yesus dan Yesus sendirilah yang berkuasa untuk menentukan. Yesus akhirnya mengubah air menjadi anggur.

Menurut Santo Agustinus, air melambangkan Hukum Perjanjian Lama dan Anggur melambangkan Hukum Perjanjian Baru. Dengan mengubah air menjadi anggur berarti Yesus mengubah tradisi Yahudi dalam Perjanjian Lama, yang selalu menggunakan air untuk pembasukan, kini yang harus digunankan adalah anggur yang hidup, yang melimpah ruah yakni Yesus sendiri. 

Akhirnya, air menjadi anggur melimpah ruah. Dengan ini, sebenarnya mau dikatakan bahwa Yesus sendiri adalah Tuan Pesta itu, yakni anggur yang hidup untuk banyak orang.

Poin 4 : Iman Diukur Pada Ketahanan  Terhadap  Tantangan

Kisah seorang wanita Kanaan (bukan Yahudi-kafir) yang datang kepada Yesus, memintaNya untuk menyembuhkan anaknya yang sedang sakit penyakit ayan. Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud. Anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita........(wanita itu)..........Tidak pantas, roti yang seharusnya untuk anak-anak, diberikan kepada anjing (Yesus).. Benar Tuhan, tetapi anjing-anjing pun makan dari remah-remah yang jatuh dari meja tuannya (wanita itu). (Mat. 15:21-28). 

Iman wanita itu, walaupun ia kafir tetapi luar biasa. Yesus menyindirnya tetapi ia tidak tersinggung lalu pergi begitu saja. Malah permintaannya menampkakkan keyakinannya, benar tuan, anjing-anjing itu makan dari remah-remah yang jatuh dari meja tuannya. Itu artinya, walaupun ia seorang kafir, yang sebenarnya tak memiliki alasan untuk beriman kepada Yesus, namun dengan jawaban itu, wanita itu mau menunjukkan bahwa ia percaya kepada Yesus, walaupun imannya sesedikit remah-remah. Akhirnya, Yesus tergerak hati dan anak perempuan itu pun disembuhkan.

Poin 5 : Beriman Berarti Rendah Hati

Dari kisah 1-4, nampak jelas bahwa Yesus adalah sosok rendah hati yang mau mendengarkan permohonan (umatNya), mengabulkannya, melaksanakannya dan terjadilah menurut apa yang diharapkan oleh umatNya.

Kisah Poin 1

Sepertinya si pemohon tidak percaya pada Sabda Yesus, karena itu Yesus harus harus hadir langsung. Yesus sepertinya dipaksa-paksa untuk harus hadir, tetapi Yesus tidak tersinggung dan pada akhirnya si anak sakit itu pun tetap sembuh melalui SabdaNya, tanpa hadir secara langsung.

Kisah Poin 2

Si pemohon percaya total pada Sabda Yesus, tetapi ia menolak kehadiran Yesus dengan alasan tidak layak. Yesus bukannya tersinggung, malah Ia memuji si perwira itu, dan akhirnya, hamba si perwira itu pun sembuh melalui Sabda Yesus, tanpa hadir secara langsung.

Kisah Poin 3 a-b 

Si pemohon menyerahkan persoalan kepada Yesus. Yesus mendengarnya, walaupun berbeda dengan permohonan dalam kisah 1 dan 2 yang jelas-jelas meminta solusi, tetapi Yesus tetap peduli. Yesus mengetahui betul apa yang dibutuhkan dalam isi permintaan.

Kisah Poin 4

Si pemohon mendapat kritikan pedas dari Yesus ketika ia sangat mengharapkan bantuan, dan si pemohon pun memberi jawaban kepada Yesus, tetapi Yesus tidak merasa direndahkan dengan jawaban itu. Malah Ia memuji iman wanita itu karena jawabannya itu.

Dari uraian-uraian di atas, kita disadarkan bahwa Yesus adalah sosok rendah hati yang mau mendengarkan permohonan-permohonan kita.

Poin 6 : Catatan Kritis

Seringkali doa-doa kita, terkesan memaksa-maksa Tuhan tetapi Ia tidak merasa dipaksa. Kita tidak cukup memiliki alasan memaksa Yesus mengingat bahwa Ia mengetahui semuanya, apa yang kita butuhkan.

Memang benar, dalam segala keterbatasan manusia, kita sulit untuk memahami kebesaran Allah. Sampai titik ini, beriman sama halnya dengan mengungkapkan kekecilan kita di hadapan Allah untuk dibesarkan oleh kuasa dan kasihNya.

Maka sebenarnya, manusia tidak punya alasan yang cukup kuat, untuk bermegah di hadapan Allah.

Selamat bermenung! Selamat berkomitmen dalam iman!

Sumber Bacaan :

Alkitab Edisi Studi

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

Krisis Iman, Krisis Kasih, karya Thomas Keating

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun