Ibarat setitik air di pinggir timba, kutepikan langkahku di ujung jemari kuatMu.
Setitik debu di timbang neraca, kugadaikan tatapku demi visi yang mulia.
Awalnya kuragu, tak mungkin ini terjadi tatkala terombang-ambing di tengah amukan badai hidup.
Apapun itu, siapapun dia, sekali kupilih tetaplah kupilih
Lebih baik memilih daripada tidak. Bukan untuk menghindari risiko.Â
Aku ingat nasehat Ibunda, genggaman resiko jauh lebih berat tatkala tatkala memilih menghindari resiko hidup.
Aku ingin, pilihanku ini mengharumi aroma suciMu
Lalian Tolu, 18/07/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H