Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diam Bersama dengan Rukun

19 Mei 2019   23:30 Diperbarui: 19 Mei 2019   23:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diam Bersama Dengan Rukun (Mazmur 133:1)

Saya mengalami bahwa hidup rukun merupakan pola hidup yang membahagiakan. Mengikuti keteladan hidup Paus Yohanes XXIII terutama dengan merenungkan pernyataannya "Ketika kedamaian bertakhta dalam sanubari seseorang, yang lainnya hanyalah merupakan konsekuensinya". 

Bagi saya, hidup rukun merupakan suatu sikap iman yang nyata. Rukun mengandaikan cinta kasih yang terpancar dari lubuk hati terdalam. Kerukunan tanpa kasih yang nyata terhadap saudara merupakan suatu penyangkalan terhadap Kristus sebagai Tuhan dan saudara. Bagaimana mungkin mengatakan beriman kepada Tuhan sementara saudara dibenci saudara. Bagaimana mungkin membenci saudara, sementara Kristus yang diimani adalah Tuhan dan saudara.

Rukun itu indah terutama karena Tuhan sendiri sangat menghendakinya. Kerukunan tidak dapat dibeli. Kerukunan tidak jual di toko. Kerukunan hanya dapat dihayati dalam hati sebagai kekuatan yang mendorong sikap saling menghargai.

Orang yang rukun, tidak suka konflik. Ia tidak dapat menghinari konflik tetapi tidak akan berlama-lama dengan berkonflik. Konflik tidak dapat dihindari tetapi tidak boleh dijadikan sebagai kebiasaan hidup. Orang yang rukun, menyapa sesamanya dengan senyum sapa yang bersahabat. Kerukunan akan semu apabila hanya disemboyankan dalam hidup tetapi tidak pernah dilaksanakan.

     Saya mau hidup rukun terutama karena hidup rukun adalah pintu bagi rahmat. Hidup rukun murah tetapi bukan murahan. Rukun itu tidak mahal tetapi sulit kalau mengkhinatinya dengan sikap egois dan tidak peduli dengan sesama. 

     Diam bersama dengan rukun karena Tuhan telah memerintahkannya bukannya untuk dipahami lalu dilepaskan melainkan untuk dihayati dan dilakukan. Kerukunan adalah spirit yang paling cocok bagi pelayanan mengingat pelayanan selalu berarti melayani orang lain. Pelayanan akan terhambat apabila seseorang tidak memupuk kerukunan dalam hidup. Relasi akan mudah retak apabila kerukunan diabaikan.

     Bila bersama saudara hidup rukun, yang lainnya akan ditambahkan. Tak ada satupun kekayaan dalam relasi manusia selain hidup rukun. Kerukunan yang baik adalah wujud keberimanan terhadap Tuhan. Karena rukun itu sikap iman maka tidak terlepas dari semangat kasih dan solidaritas Bapa, Putera dan Roh Kudus. Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah model kerukunan illahi yang patut dihayati, dihidupi dan dilaksanakan. Semua ini dapat terjadi kalau iman akan Bapa, Putera dan Roh Kudus terus kokoh dari waktu ke waktu. Apapun tantangannya, kerukunan merupakan rekan seperjalanan dalam hidup dan relasi.

     Kerukunan berarti diam. Diam bukan untuk berniat jahat. Diam bukan pasif. Diam bukan bersikap tidak peduli. Diam bukan masa bodoh. Diam adalah kebajikan di mana jiwa merenung untuk menemukan cara tepat dalam pelayanan dan pewartaan. Hidup rukun mensyaratkan diam. Diam adalah wajah ketenangan, yang ingin menyapa dengan senyum, menyikapi dengan bijak, memikirkan dengan utuh, menghendaki yang baik, dan melaksanan perintah Kristus.

     Diam dan tenang. Jangan cemas dengan badai dan angin gemuruh. Diam dan tenang untuk menemukan saudara dalam segala kekurangannya. Diam dan tenang untuk tidak meremehkan sesama apalagi menghina mereka yang berkekurangan. Diam dan tenang, ajaklah sesama dengan hidup rohani dan kesaksian hidup untuk hidup bersama dengan rukun. Diam dan tenang untuk hidup rukun merupakan sikap iman untuk percaya dan bertindak.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun