Tak seindah pelangi untuk dinikmati. Memandang, pipil ini tak sanggup. Dari pinggiran kota, elegi anak-anak darah. Bersimbah di persimpangan, pekiknya bangsa ini tengah chaos.
Janji diumbar, kata mereka butuh bukti. Jangan beri janji, beri bukti. Hanya selak tipis cara memandang. Itu juga janji.
Elegi anak-anak pinggiran kota. Seketika ribuan bola membisu terbawa. Mereka bukan tak sanggup, bukan tak mau. Mereka tak didengarkan ataupun tak mau didengarkan.
Negri ini ibarat bisu. Negri ini bak milik para nyinyir. Mereka tak peduli. Entah kelak apa jadinya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!