Lama sebelumnya Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan sikap bahwa dirinya akan terjun langsung sebagai Juru Kampanye (Jurkam) untuk memenangkan Paket Prabowo-Sandi, sebulan sebelum hari H, itu berarti pada bulan Maret.
Mendukung sikap SBY ini, Wakil ketua BPN Prabowo-Sandi; Mardani Ali Sera mengatakan dukungannya dan menilai bahwa sikap itu merupakan sebuah strategi jagoan turun belakangan.
      Lantas, seusai Ibu Ani Yudhoyono menderita sakit dan dirawat di Singapura, niat Mantan Presiden RI ke-6; Susilo Bambang Yudhoyono, akhirnya batal. Untuk diketahui, Ibu Ani kini sedang dirawat di Singapura karena dirinya menderita penyakit kanker.
      Sebagai wujud komitmen SBY terhadap Paket Prabowo-Sandi, dirinya melalui sepucuk surat menugaskan puteranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) untuk memenangkan pemilu Partai Demokrat 2019 (baca : pilpres maupun pileg).
      Sikap SBY ini menuai diskusi, lantaran bukan soal alasan mengapa tidak SBY yang turun tangan langsung ke lapangan untuk mengkampanyekan Paket Prabowo-Sandi. Persoalan yang perlu digeluti adalah apakah publik masih bersimpatik terhadap Paket Prabowo-Sandi tanpa kehadiran SBY secara fisik? Mengingat bahwa SBY sebagai Mantan Presiden RI ke-6, pengaruhnya tidak dapat dipungkiri di tengah masyarakat.
Menurut Ruhut Sitompul, salah satu anggota TKN Jokowi-Ma'ruf, dalam dialog terkait dengan Partai Demokrat tanpa kehadiran SBY secara fisik, dirinya mengatakan bahwa ketidakhadiran secara fisik ini, di satu sisi memberi peluang menang bagi Paket Jokowi-Ma'ruf.
Mantan orang dalam Partai Demokrat itu, lantas mengakui bahwa BPN-TKN Jokowi Ma-ruf, ketika mendengar sikap SBY beberapa waktu lalu untuk terjun ke medan sebagai Jurkam memenangkan Paket Prabowo-Sandi, lantas ia mengatakan Tim BPN-TKN Jokowi-Ma'ruf mesti kerja lebih keras lagi.
Terkait dengan ketidakhadiran SBY nanti, Politisi PDIP, Ruhut Si Tompul lantas secara terang-terangan mengatakan bahwa ketidakhadiran SBY merupakan bentuk kekecewaan SBY terhadap Prabowo.
      Dampak lain yang muncul dari sikap SBY menunjuk puteranya AHY sebagai Jenderal Lapangan berpotensial  menimbulkan konflik internal dalam tubuh Partai Demokrat itu sendiri.
Walaupun demikian, Politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean menandaskan bahwa sikap SBY menunjuk Puteranya AHY merupakan hasil konsolidasi bersama ketika mereka diundang oleh SBY ke Singapura untuk membicarakan sikap Partai Demokrat terkait dengan strategi memenangkan Partai Demokrat dalam pilpres dan pileg 2019.
      Suatu analisis lainnya ialah semoga AHY tidak terbawa situasi politik sewaktu ia gugur dalam pertarungan event pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Di sisi lain, waktu yang ada terlalu singkat bagi seorang AHY untuk menjadi Jenderal Lapangan memenangkan Paket Prabowo-Sandi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H