Beberapa waktu lalu, saya membeli sebungkus rokok di sebuah kios kecil. Pada sudut kanan etalase itu ada tulisan dunia hancur karena bom, usaha hancur karena bon. Seusai itu, saya merasa biasa-biasa saja, nggak masalah kan? Itu urusan orang, nggak perlu ikut campur.
Belakangan, saya terkesima untuk merenungkan apa maksud tulisan itu. Saya berupaya menyisir kebiasaan orang-orang Timor dalam dunia perdagangan.
Ternyata dalam dunia perdagangan, yang walaupun kecil-kecilan, ada kebiasaan orang-orang Timor, seringkali 'mencatut' hubungan kekerabatan ataupun relasi saling kenal untuk melancarkan aksi utang dalam dagang.
Rasa kekeluargaan, rasa persahabatan, rasa saling kenal seringkali menjadi peluang bagi lancarnya aksi dagang. Tak heran, usaha dagang seringkali mandeg karena alasan-alasan ini.
Saya teringat akan ungkapand dalam bahasa Inggris; friendship ends and business begins (persahabatan berakhir dan bisnis dimulai).
Bagi orang-orang Timor, rasanya ungkapan ini cocok untuk diterapkan. Kata Timor sering dipelesetkan dengan frasa Tinggi Moral. Mungkin orang Timor terlalu Tinggi Moral, sampai-sampai usaha dagang pun bisa diutang.
Rupanya persahabatan, kekerabatan harus berakhir supaya bisnis dapat dimulai. Mengingat, sebagian orang biasanya mudah lupa atau sengaja lupa, atau dengan sengaja menghindari utangnya.
Prinsip seperti ini bisa dikritik, terkesan materi lebih penting daripada persahabatan. Kalaupun ada kritik seperti ini, terhadap kritik ini, ada kritik baliknya yakni persahabatan ataupun kekeluargaan, mestinya saling mendukung di antara kedua belah pihak. Â
Dalam dunia bisnis, saling mendukung ini nyata melalui transaksi cash;Â ada uang ada barang. Nggak ada uang, abang pulang.Â
Prinsip seperti di atas tidak dimaksudkan untuk mengingkari persahabatan. Karena itu, dituntut perubahan pola pikir yakni bersahabat dalam berdagang berarti I give You give.Â
Secara filosofis, tindakan I give You give menegaskan suatu tindakan korelasi subyektif. Maksudnya, dengan transaksi jual-beli secara tunai, kedua belah pihak yakni penjual-pembeli saling menegaskan dirinya sebagai sesama subyek yang saling menghargai secara aktif dan kredibel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H