Mohon tunggu...
Yudel Neno
Yudel Neno Mohon Tunggu... Penulis - Penenun Huruf

Anggota Komunitas Penulis Kompasiana Kupang NTT (Kampung NTT)

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Antara Cemas dan Solusi

1 November 2018   00:36 Diperbarui: 1 November 2018   01:09 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olahan gambar pribadi

Bukanlah kesulitan yang membuat kita cemas tetapi  kecemasanlah yang membuat kita sulit 

Merupakan suatu kebanggaan tersendiri ketika saya dipercayakan menjadi pemandu wisata terhadap beberapa kompasianer yang hendak melakukan hiking ke hutan konservasi yakni Fred, Anggi, Lukman, Kanaya, Prita, Kevin dan Her.

Saya tahu, ketujuh orang ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Dari segala perbedaan ini, kami bersatu menuju tujuan yang sama yakni hendak melakukan hiking ke sebuah hutan konservasi dengan jarak tempuh 35 km. Kami solid walaupun alat transportasi yang digunakan hanyalah sebuah minibus tua.

Kami pun berkomitmen bersama dengan semboyan together we are one ; bersama kita satu, menuju tujuan yang sama, dari berangkat hingga kembali.

Perjalanan kami tempuh dengan gembira. Si pengemudi (Her) mengemudi dengan begitu tenang karena itu kami merasa nyaman. Lebih menyenangkan lagi sosok si Anggi, yang selalu mengupload foto-foto kami di media instagramnya. Saya perhatikan, Anggi adalah sosok yang menarik karena ia selalu menuliskan kata-kata inspiratifnya ketika terpesona dengan indahnya alam.

Sebagai pemandu, saya juga bergembira karena merasakan situasi persaudaraan dan kekeluargaan khususnya dari Lukman, Prita dan Kevin. Lukman selalu memberi perhatian yang lebih kepada Prita, istrinya dan Kevin anaknya. Hal ini wajar, maklumlah hubungan mereka lebih dekat. Kanaya, walaupun dibayar oleh Anggi, ia kelihatan bergembira karena indahnya pemandangan hutan yang berwarna-warni. Tak kalah juga si Fred, sosok yang biasa bekerja di hutan, yang kelihatan begitu betahnya ketika berada di tengah-tengah hutan.

Dalam perjanalan itu, saya selalu berusaha meyakinkan mereka, kalau hutan adalah sahabat yang harus dilindungi karena dari hutanlah sumber air melimpah dan dari hutan pula kita mendapatkan udara segar dan sejuk. Di tempat ini juga kami menemukan berbagai tumbuhan dan pohon yang langkah adanya. Dari antara mereka, saya perhatikan, ada yang kagum karena melihat situasi yang berbeda.

Tepat pukul 17.00 WITA kami bergegas kembali ke tempat penginapan. Para penumpang tampaknya mulai lelah karena ayunan mobil minibus tua akibat melewati jalan yang berliku-liku. Baru saja berjalan empat kilometer, minibus tua mengalami gangguan mesin yang disinyalir disebabkan oleh boconya air radiator. Waktu menujukkan pukul 17.30 WITA. Perjalanan belum apa-apa, lagipula masih di tengah hutan. Jarak yang harus kami tempuh, masih 31 kilometer lagi.

Sebagai pemandu wisata, berhadapan dengan situasi seperti ini, saya tetap optimis. Hemat saya, berhadapan dengan situasi seperti ini, saya tidak perlu cemas.

Pemikiran yang sama pun saya sampaikan kepada mereka. Menurut filosofi kata-kata bijak ; bukanlah kesulitan yang membuat kita cemas melainkan kecemasanlah yang membuat kita sulit. Mereka kelihatan sangat optimis, maklumlah rusaknya mobil tidak masuk dalam rencana perjalan kami.

Saya berusaha menghubungi rekan-rekan saya di penginapan dan salah satu rekan saya bersedia menyanggupi permintaan saya. Ia datang dengan mobil sedannya dengan daya tampung empat orang. Saya juga meminta dia agar ia dapat membawakan makanan sekucupnya beserta dengan alat penerangan. Saya juga menghubungi penjaga pintu hutan konservasi yang memiliki sebuah motor dan ia bersedia datang ke tempat kami membawa pula dengan alat penerangan berupa senter dan pemantik.  30 menit kemudian, si pengendara motor pun tiba.

Walaupun saya tahu bahwa Her memiliki riwayat sakit jantung tetapi atas suatu pertimbangan yang lebih bijak, saya meminta kesediaan Her segera ke tempatnya agar guna mengambil peralatan untuk memperbaiki mobil yang rusak. Karena minibus ini miliknya Her maka hanya ia yang tahu peralatan apa yang mesti dibawa nanti. Her bersedia dengan jarak tempuh pergi-pulang tepat 2 jam kemudian. Itu berarti selisih antara tibanya Her dan si pengemudi Sedan, 15 menit. Her pun berangkat tepat pukul 18.00 WITA.

Kurang 15 menit pukul 20.00, si pengemudi pun tiba di tempat kami menanti. Tepat pukul 20.00 WITA, Her pun kembali tiba di tempat kami menanti. Kami bersama-sama santap malam.

Seusai santap malam bersama, kami bergegas membantu Her memperbaiki bagian mobil yang mengalami kerusakan. Kebetulan, si pengemudi tadi adalah seorang teknisi mobil, akhirnya ia membantu Her menangani kerusakan ini.

Tepat pukul 20.30 WITA, kondisi mobilnya kembali membaik.  Kami pun beranjak bersama-sama ke tempat penginapan. Sebagai pemandu wisata, saya mengucapkan terima kasih kepada si pengemudi motor. Karena ia adalah penjaga gerbang hutan konservasi maka tentu baginya bukanlah kondisi yang menakutkan kalau ia sendirian pulang sekalipun sudah malam. Kepadanya saya berikan pula makanan lebih yang tadi dibawa oleh si pengemudi.

Kami pun bergegas dengan terlebih dahulu memohon petunjuk dan berkat perjalanan dari Sang Mahakuasa, agar kami diberkati beserta dengan dua kendaraan yang kami pakai, sehingga dapat tiba dengan selamat.

Saya memutuskan; membagi delapan orang ini dalam dua mobil yakni Lukman, Prita, Kevin dan Fred bersama dengan mobil sedan sementara, saya, Anggi, Kanaya bersama dengan Her. Kami baru tiba di tempat penginapan kurang 15 menit pukul 23.00 WITA.

Dalam perjalanan pulang, walaupun dalam kondiri capek, saya berusaha menghidupkan situasi dengan kembali menceritakan pengalaman menarik tadi sore ketika melewati pohon-pohon dengan aneka ragamnya. Tak lama kemudian situasi kembali hidup. Si Anggi, Si Kanaya mulai berapi-api bercerita kalau-kalau pengalaman seperti ini merupakan pengalaman pertama mereka mengunjungi hutan konservasi. Her pun dengan gaya kebapaannya mengatakan, mumpung, mobilnya baru rusak setelah tujuan kita ke hutan konservasi tercapai. Walaupun ada kendala dalam perjalan pulang tetapi masih tetap ada untungnya.

Karena perjalan begitu perlahan, suara cerita dari Lukman, Prita, Kevin dan Fred pun tak kalah saingnya. Beberapa kali dengan kelakar, terhadap kedua rombongan pulang ini, saya mengatakan dengan suara agak keras, kalau seorang petualang hutan mesti memiliki jiwa adrenalin yang kuat. Sekalipun ada kelemahan manusiawi tetapi berhadapan dengan situasi sulit, kita maish berusaha bersama, berpikir bersama, bersepakat bersama untuk mencarikan solusi yang terbaik.

Inilah kekuatan teamwork bahwa kita tidak hanya berjalan bersama tetapi berpikir bersama, bersepakat bersama hingga akhirnya kita kembali bersama dengan selamat. Dengan demikian, genaplah kata-kata bijak bahwa bukanlah kesulitan yang membuat kita cemas melainkan kecemasanlah yang membuat kita sulit. Karena itu, ketika berhadapan dengan kesulitan perjalanan, kita harus tetap optimis. Sebab, kalau kita mulai cemas, itu pertanda kita mengaktifkan kelemahan. Ketika kelemahan mendominasi dalam situasi kesulitan, kecil kemungkinan untuk memikirkan dan menempuh solusi yang tepat.  

Hemat saya, inilah persoalannya bahwa di tengah zaman yang serba instan dan modern, generasi muda lebih seringkali lebih tergoda untuk memikirkan sesuatu yang instan serentak tidak tertarik untuk memikirkan solusi yang tepat dalam menghadapi setiap persoalan. Kedangkalan dalam berpikir untuk menemukan solusi dalam setiap persoalan pada akhirnya menunjuk pada kondisi generasi muda yang tidak bertahan dalam tantangan zaman.

Akhirnya, sebagai pemandu wisata, dengan pengalaman singkat ini, saya ingin mengatakan bahwa untuk memikirkan dan membuahkan solusi yang tepat, kita tidak berpikir dan bertindak sendirian. Kita membutuhkan mitra kerja. Tidak adapun satu manusia di dunia ini, yang hidup sendirian, tinggal sendirian apalagi menyelesaikan masalah secara sendirian.

Mari kita bersama-sama, sebagai generasi muda, dengan semangat nasionalis dan jiwa patriotis, kita menggalakkan semangat mitra kerja serentak memperkuat basis intelektual dan hati nurani sebagai kekuatan untuk memikirkan dan menghasilkan solusi yang tepat sasar dan tepat guna tanpa merugikan siapapun dan apapun.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun