Tepat tanggal 02 Januari, kami pun merayakan misa syukur ulang tahun Mgr. Anton. Seusai misa, waktu itu, saya bersama seorang adik (salah satu siswa SMK Bitauni) namanya Simao, kami mendampingi Mgr. Anton dan diiringi dengan tarian budaya untuk memasuki tenda sukacita.Â
Perayaan berjalan penuh sorak-sorai diiringi tandak sole oha dan lia namang. Â Saya pun ikut menari beberapa kali. Sempat hadir juga pada waktu itu, Bapak Anton Bele dan Rm. Frans Amanue.
Saya masih ingat, dalam sambutan mewakili keluarga oleh Bapak Anton Doni (salah satu ponaan Mgr. Anton) mengatakan bahwa mereka mengharapkan kalau boleh Mgr. Anton kembali ke kampung halaman untuk menghabiskan masa tuanya di kampung halaman sendiri. Tiba gilirannya Mgr. Anton, yang menarik beliau mengatakan bahwa saya memang dilahirkan di sini, tetapi sejak tahun 1958 saya sudah jatuh cinta untuk tanah Timor karena itu saya sudah jadi orang Timor. Perayaan syukur ini berlangsung penuh sorak-sorai. Cukup dulu di sini...
Petikan Berharga dari Hidup dan Pengalaman Mgr. Anton Pain Ratu, SVD
Selama dua tahun menjalankan masa praktek, bersama Fr. Yogar, kami banyak belajar dari Mgr. Anton. Beliau adalah orang yang perhatian akan hal-hal kecil. Beliau adalah orang yang to the point. Beliau adalah orang yang sederhana.Â
Pola hidup beliau sangat teratur mulai dari bangun tidur hingga kembali istrahat malam. Untuk mengetahui keberadaan beliau di ruangannya, cukup dengan melihat cahaya lampu. Di mana cahaya lampu dalam kamar yang menyala pasti beliau ada di situ. Belaui tidak biasa menghidupkan lampu kalau dia tidak ada di tempat itu. Beliau juga masih sangat rajin olahraga; jalan sore.
Setiap kali hendak makan siang, secara bergantian, saya atau Fr. Yogar, selalu memanggil beliau dengan sapaan khas, " Bai Uskup, mari kita makan". Biasanya kalau beliau tidak jawab berarti dia lagi di kamar mandi. Â Â
Beliau memiliki hidup rohani  yang sangat baik. Beliau adalah orang yang sangat disiplin. Suaranya seraknya, kalau saat ibadat malam, jujur membuat hati kami menjadi tenang.
Lalu beliau melanjutkan, saya tidak tahu spiritualitas kamu, anak muda zaman sekarang tetapi saya (Mgr. Anton), sejak dulu saya memakai spiritualitas Simon dari Kirene; cukup memikul beban sesuai dengan kemampuan kita, selebihnya serahkan kepada Yesus; Sang Mahakuat. Lanjutnya lagi, saya omong ini bukan teori tetapi pengalaman nyata. Â Sekurang-sekurang selama menjadi Uskup Atambua, saya menghayati spiritualitas itu. Â
 Beliau juga adalah orang yang sangat tertib menulis agenda hariannya. Agenda hariannya tersusun rapih pertahun. Mulai dari tahun 1958 hingga sekarang (2018), semuanya masih ada dan tersusun rapih. Kotbah-kotbahnya, sambutan-sambutannya, disusun rapih. Ada yang dalam bahasa Dawan (L), bahasa Lamaholot, bahasa Inggris, bahasa Jerman dan bahasa Belanda. Beliau memiliki kemampuan berbahasa asing misalnya bahasa Belanda, Jerman dan Inggris. Beliau juga telah menyiapkan surat wasiatnya.