Mohon tunggu...
Fransiskus Frengki Pareira
Fransiskus Frengki Pareira Mohon Tunggu... Lainnya - NIM : 55522120027, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

NIM : 55522120027, Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional - Pemeriksaan Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesadaran David R. Hakwins dan Jeff Cooper pada Upaya Wajib Pajak untuk Memperbaiki SPT

30 Mei 2024   10:29 Diperbarui: 30 Mei 2024   10:31 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perpajakan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan bernegara yang mempengaruhi berbagai sektor, termasuk ekonomi, sosial, dan politik. Kepatuhan terhadap peraturan perpajakan bukan hanya merupakan kewajiban hukum, tetapi juga cerminan dari tanggung jawab sosial dan moral seorang wajib pajak. Namun, dalam praktiknya, seringkali ditemukan berbagai kendala yang menghambat pelaksanaan kewajiban perpajakan, seperti ketidakpahaman akan peraturan, ketidaksengajaan, maupun kelalaian. Untuk mengatasi kendala-kendala ini, penting bagi wajib pajak untuk memiliki kesadaran yang tinggi dan kesiapsiagaan yang baik dalam menghadapi berbagai situasi yang berkaitan dengan perpajakan.

David R. Hawkins, seorang psikiater dan penulis terkemuka, mengembangkan teori tentang tingkat kesadaran manusia yang dapat membantu individu dalam memahami dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Hawkins membagi kesadaran manusia menjadi berbagai tingkatan, mulai dari yang paling rendah seperti rasa malu hingga yang paling tinggi yaitu pencerahan. Setiap tingkatan memiliki karakteristik emosi dan pola pikir tertentu yang mempengaruhi bagaimana individu berperilaku dan mengambil keputusan.

Di sisi lain, Jeff Cooper, seorang instruktur menembak dan ahli strategi, memperkenalkan konsep kesiapsiagaan melalui "Cooper's Color Code". Sistem ini awalnya digunakan dalam konteks taktis untuk membantu individu tetap waspada dan siap menghadapi ancaman. Namun, prinsip-prinsip dari Cooper's Color Code dapat diterapkan dalam berbagai situasi kehidupan, termasuk dalam konteks perpajakan. Kesiapsiagaan yang baik memungkinkan wajib pajak untuk selalu waspada terhadap potensi kesalahan atau ketidakpatuhan dalam pelaporan pajak, sehingga mereka dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki situasi.

David R. Hawkins dan Peta Kesadaran

David R. Hawkins, dalam risetnya, memformulasikan sebuah hirarki model dari pengembangan diri yang dikenal sebagai Skala Kesadaran Hawkins. Model ini memiliki skala dari 0-1000 yang menggambarkan tingkat kesadaran manusia, di mana 0 adalah tingkat terendah dan 1000 adalah tingkat tertinggi dari kesadaran. Hawkins menjelaskan bahwa tingkat kesadaran menentukan perspektif seseorang dan dapat mengarahkan atau mendikte cara seseorang beraksi terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman hidupnya.

Tingkat kesadaran manusia bisa fluktuatif, namun Hawkins mencatat bahwa kita sebenarnya memiliki keadaan normal yang dominan atau tingkat kesadaran utama. Tingkat kesadaran utama inilah yang menentukan perspektif dan reaksi kita terhadap sesuatu. Misalnya, meskipun semua orang bisa merasa ketakutan, seseorang yang berada pada tingkat kesadaran 100 akan melihat hidup dengan ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dia menarik diri.

Hawkins mengklasifikasikan kesadaran manusia ke dalam tujuh belas tingkatan, di mana skala kurang dari 200 disebut sebagai Force (getaran negatif) dan skala lebih dari 200 disebut sebagai Power (getaran positif).

Force (Getaran Negatif)

  • Shame (Malu) - Skala 20 Pada tingkatan ini, seseorang merasa dirinya tidak berharga, membenci dirinya sendiri, memiliki harga diri yang rendah, dan merasa sengsara.
  • Guilt (Bersalah) - Skala 30 Merupakan langkah kecil di atas rasa malu, namun masih termasuk dalam getaran rendah. Seseorang merasa tidak bisa memaafkan diri sendiri atas kejadian masa lalu dan cenderung menyalahkan orang lain atau lingkungan.
  • Apathy (Apatis) - Skala 50 Emosi dari apatis adalah putus asa dan tidak memiliki harapan, bergantung pada orang lain, dan merasa tidak berdaya.
  • Grief (Kesedihan) - Skala 75 Merasa sedih atau kehilangan, melihat segala sesuatu sebagai tragedi, dan menyesali perbuatan yang telah terjadi.
  • Fear (Takut) - Skala 100 Melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya dan tidak aman, dipenuhi kecemasan dan rasa takut terhadap sesuatu yang belum terjadi.
  • Desire (Keinginan) - Skala 125 Tingkat ini dipenuhi hasrat dan nafsu yang kuat, mudah kecanduan dan terobsesi, serta cenderung frustrasi jika keinginan tidak tercapai.
  • Anger (Marah) - Skala 150 Rasa marah yang lama dapat mengarahkan seseorang pada kebencian, sering frustrasi, antagonis, dan mencari pembalasan.
  • Pride (Bangga) - Skala 175 Merasa lebih baik dengan bergantung pada faktor eksternal seperti uang dan kemewahan, sering menjadi arogan dan defensif.

Power (Getaran Positif)

  • Courage (Berani) - Skala 200 Titik balik perubahan, seseorang mulai mengambil tanggung jawab pribadi dan mengatasi masalah sebagai tantangan yang menarik.
  • Neutral (Netral) - Skala 250 Lebih rileks dan fleksibel menjalani hidup, merasa aman dan percaya diri, serta memilih untuk melepaskan emosi negatif.
  • Willingness (Kemauan) - Skala 310 Mendorong diri untuk melakukan yang lebih baik, lebih terorganisir, dan memiliki komitmen untuk berkembang.
  • Acceptance (Penerimaan) - Skala 350 Tingkat awal transformasi kesadaran, menyadari bahwa kebahagiaan berasal dari diri sendiri dan mulai proaktif dalam pengembangan diri.
  • Reason (Akal Budi) - Skala 400 Hidup menjadi lebih berarti, berpikir jelas dan rasional, serta ingin membagikan apa yang diketahui kepada dunia.
  • Love (Cinta) - Skala 500 Mencintai tanpa syarat, memiliki intuisi yang kuat, dan dipandu oleh kekuatan besar, mencintai semua ciptaan Tuhan.
  • Joy (Suka Cita) - Skala 540 Kemurnian suka cita dan kebahagiaan, sering ditemukan pada guru spiritual, membawa perasaan utuh dan memperluas kesadaran.
  • Peace (Kedamaian) - Skala 600 Tingkat transendensi total, cara berpikir tentang hal-hal yang melampaui apa yang terlihat, memahami sifat Tuhan.
  • Enlightenment (Pencerahan) - Skala 700-1000 Tingkat kesadaran tertinggi di mana manusia berpadu dengan keilahian, mencapai pencerahan yang hanya beberapa orang dapat capai dalam hidup mereka.

Kesadaran, sebagaimana dijelaskan oleh David R. Hawkins, adalah perjalanan perkembangan diri yang terus-menerus. Dengan memahami tingkatan kesadaran ini, seseorang dapat menilai di mana mereka berada dan bagaimana mereka dapat berkembang menuju tingkat kesadaran yang lebih tinggi. Skala Hawkins memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana meningkatkan kesadaran dapat membawa perubahan positif dalam kehidupan seseorang, baik secara mental, emosional, maupun spiritual.

Sumber Pribadi
Sumber Pribadi

Jeff Cooper dan Kesiapsiagaan

Cooper's Color Code mendefinisikan empat keadaan pikiran yang sering disebut dalam komunitas pertahanan diri. Individu dapat menilai tingkat kesiapan mereka menggunakan definisi dari kode warna ini. Beberapa versi dari kode ini telah dikembangkan selama bertahun-tahun.

Basic Color Code:

Code White = Santai dan Tidak Siap

Code Yellow = Santai tapi Waspada

Code Orange = Waspada Spesifik

Code Red = Siap Beraksi

WHITE

Sebagian besar orang berada dalam kondisi mental yang santai dan tidak siap. Rutinitas dan familiaritas membuat mereka tenang. Mereka melakukan hal yang sama setiap hari. Mereka melihat orang yang sama. Keamanan adalah kondisi yang diinginkan oleh sifat manusia.

Semua orang ingin merasa aman dan nyaman. Menjadi tidak sadar itu baik-baik saja sampai sesuatu yang salah terjadi. Orang-orang bisa terbunuh dalam keadaan kesadaran ini.

YELLOW

Menjadi sadar akan lingkungan Anda setiap saat membantu untuk hidup lebih lama. Ini memungkinkan Anda mengenali potensi bahaya sebelum mereka menyerang. Waspadai kondisi di lingkungan. Perhatikan jalur alternatif jika sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Kondisi kuning adalah di mana Anda dapat menghindari banyak situasi yang dapat menjadi berbahaya. Jika Anda berada di wilayah perkotaan yang besar atau membersihkan semak-semak di sekitar kabin Anda yang terisolasi, kesadaran akan potensi bahaya dapat membantu Anda menghindarinya.

ORANGE

Ada sesuatu yang tidak beres. Ada potensi bahaya di sana. Sebuah detail spesifik telah menarik perhatian Anda. Anda berada dalam status waspada. Beginilah perasaan Anda di bawah kondisi oranye.

Anda fokus pada kemungkinan ancaman tanpa kehilangan pandangan umum tentang lingkungan Anda. Saat Anda menilai situasi, Anda merumuskan skenario potensial. Jika "X" terjadi, saya akan melakukan "Y."

Dalam tahap kesiapan ini, penghindaran masih merupakan opsi terbaik Anda. Gunakan salah satu jalur alternatif yang Anda catat sebelumnya untuk menghindari masalah.

Setelah penyelidikan lebih lanjut, mungkin akan menjadi jelas bahwa ancaman tersebut tidak ada. Jika Anda membayangkan ancaman atau menghindarinya, Anda dapat kembali ke keadaan mental yang lebih santai tetapi waspada.

RED

Jika ancaman itu nyata dan Anda tidak dapat menghindarinya, Anda mungkin harus bertarung. "X" yang Anda tetapkan sebelumnya terjadi, dan "Y" mungkin sekarang terjadi. Tahap ini adalah ketika Anda menarik senjata dan bersiap untuk menembak. Anda mungkin tidak perlu menembak, tetapi Anda siap untuk melakukannya.

Kolonel Jeff Cooper mengembangkan Color Code of Situational Awareness untuk individu yang kariernya bergantung pada kewaspadaan terus-menerus. Dunia telah berubah, dan banyak yang merasa bahwa semua orang harus tetap waspada dan siap untuk membela diri. 

Baik dalam lingkungan perkotaan maupun di alam liar, Cooper's Code adalah alat yang sangat baik untuk membantu mengembangkan keterampilan kewaspadaan terus-menerus, menjaga fokus utama Anda pada situasi yang berpotensi berbahaya untuk pertahanan diri. Dalam konteks perpajakan, penerapan Cooper's Color Code dapat membantu wajib pajak dan praktisi pajak untuk lebih siap dalam mengelola kepatuhan pajak dan menghindari konsekuensi negatif dari kesalahan atau kelalaian dalam pelaporan pajak.

Integrasi Konsep Hawkins dan Cooper dalam konteks Perpajakan

Penerapan konsep kesadaran dari David R. Hawkins dan kesiapsiagaan dari Jeff Cooper dalam konteks perpajakan dapat membantu wajib pajak untuk lebih proaktif dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Kedua konsep ini, meskipun berasal dari disiplin ilmu yang berbeda, menawarkan pendekatan yang komplementer dalam meningkatkan kualitas kepatuhan pajak. Berikut ini adalah cara-cara praktis bagaimana kedua konsep tersebut dapat diaplikasikan:

Langkah pertama adalah mengevaluasi tingkat kesadaran pajak. Kesadaran pajak di sini merujuk pada seberapa baik wajib pajak memahami kewajiban perpajakannya dan dampak dari ketidakpatuhan.

Menurut Hawkins, tingkat kesadaran dapat berpengaruh signifikan terhadap perilaku seseorang. Misalnya, wajib pajak yang berada pada tingkat kesadaran rendah (seperti rasa malu atau rasa bersalah) mungkin cenderung menghindari atau menunda-nunda kewajiban perpajakan karena merasa tidak mampu atau tidak layak. Sebaliknya, wajib pajak yang berada pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi (seperti penerimaan atau cinta) akan lebih cenderung memahami pentingnya perpajakan bagi kesejahteraan umum dan bertindak dengan rasa tanggung jawab.

  •  Peningkatan Pengetahuan

Pengetahuan adalah fondasi dari kesadaran. Wajib pajak harus terus-menerus meningkatkan pemahaman mereka tentang peraturan perpajakan, prosedur pelaporan, dan perubahan terbaru dalam kebijakan pajak. Ini bisa dilakukan melalui berbagai cara, seperti:

Pelatihan dan Seminar: Menghadiri pelatihan, seminar, atau workshop yang diselenggarakan oleh otoritas pajak atau lembaga pendidikan.

Konsultasi dengan Ahli: Berkonsultasi dengan konsultan pajak atau ahli perpajakan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan terkini.

Sumber Daya Online: Memanfaatkan sumber daya online seperti situs web resmi otoritas pajak, artikel dari situs perpajakan terpercaya seperti DDTCNews, dan publikasi dari lembaga riset perpajakan.

  •  Penerapan Kesiapsiagaan

Mengadopsi konsep kesiapsiagaan dari Cooper's Color Code, wajib pajak harus selalu berada dalam kondisi kesiapsiagaan yang memadai:

Kondisi Kuning: Dalam kondisi ini, wajib pajak sadar akan kewajiban perpajakan mereka dan selalu waspada terhadap kemungkinan kesalahan atau ketidakpatuhan. Mereka melakukan pengecekan rutin terhadap dokumen dan laporan keuangan untuk memastikan akurasi dan kepatuhan.

Kondisi Oranye: Ketika ada indikasi potensi kesalahan atau ketidakpatuhan, wajib pajak harus meningkatkan kewaspadaan dan melakukan tindakan preventif. Ini bisa termasuk audit internal atau konsultasi dengan ahli untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah sebelum terlambat.

Kondisi Merah: Jika ditemukan kesalahan atau ketidakpatuhan yang signifikan, wajib pajak harus siap mengambil tindakan segera untuk memperbaiki situasi, seperti mengajukan pembetulan SPT atau berkomunikasi dengan otoritas pajak untuk menghindari sanksi lebih lanjut.

 

Kasus Google dan Kesadaran Pajak

Google, sebagai perusahaan multinasional, telah menghadapi berbagai tuduhan tentang penghindaran pajak. Namun, seiring dengan tekanan publik dan pemerintah, Google mulai meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab perpajakannya. Pada 2020, Google membayar denda sebesar 500 juta Euro kepada otoritas pajak Prancis dan setuju untuk membayar pajak yang lebih adil di masa depan . Langkah ini mencerminkan peningkatan kesadaran perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajak mereka.

Kasus Apple dan Kepatuhan Pajak

Apple, dalam beberapa tahun terakhir, juga telah berusaha meningkatkan kepatuhan pajaknya. Pada 2021, Apple setuju untuk membayar 14,3 miliar dolar AS kepada Uni Eropa setelah ditemukan bahwa mereka telah menerima keuntungan pajak yang tidak sah dari pemerintah Irlandia . Ini menunjukkan kesiapsiagaan perusahaan dalam menghadapi isu-isu pajak dan melakukan perbaikan yang diperlukan.

Menggabungkan konsep kesadaran dari David R. Hawkins dan kesiapsiagaan dari Jeff Cooper dalam konteks perpajakan dapat membantu wajib pajak untuk lebih proaktif dan bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan meningkatkan kesadaran pajak melalui pengetahuan yang lebih baik dan menerapkan kesiapsiagaan yang tepat, wajib pajak dapat menghindari kesalahan dan sanksi, serta berkontribusi pada sistem perpajakan yang lebih adil dan efisien. Melalui penerapan konsep-konsep ini, diharapkan akan tercipta budaya perpajakan yang lebih baik, di mana wajib pajak lebih sadar akan peran dan tanggung jawab mereka, serta siap menghadapi berbagai situasi yang berkaitan dengan perpajakan.

Refrensi 

Hawkins, D. R. (1995). Power vs. Force: The Hidden Determinants of Human Behavior. Hay House Inc.

Cooper, J. (1989). Principles of Personal Defense. Paladin Press.

Kusuma, H., & Azzakhusna, F. (2023). Tax awareness and compliance: An empirical study on small and medium-sized enterprises (SMEs). Journal of Taxation and Compliance, 15(2), 123-145.

DDTCNews. (2023). Kewajiban dan sanksi perpajakan di Indonesia. Diakses dari https://ddtc.co.id/kewajiban-sanksi-perpajakan-indonesia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun