Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani kuno yang banyak membahas tentang etika. Baginya, etika adalah bagian dari kebijakan, dan etika harus mengacu pada kepentingan umum. Dalam konteks CRM, Aristoteles dapat digunakan untuk mengidentifikasi aspek-etika yang terkait dengan risiko kebijakan, seperti kepentingan umum, kepentingan individu, dan kepentingan organisasi. Namun, seperti Nash dan Descartes, Aristoteles juga tidak memberikan solusi langsung untuk mengurangi risiko kebijakan.
Kritik: CRM (Customer Relationship Management) dapat membantu dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kebijakan, tetapi tidak dapat secara langsung menentukan strategi yang optimal untuk mengurangi risiko tersebut. Hal ini disebabkan oleh fokus utama CRM yang lebih pada manajemen hubungan dengan pelanggan, sehingga tidak selalu memiliki fitur atau kemampuan yang cukup untuk mengatasi kompleksitas dalam menentukan strategi kebijakan.
Selain itu, CRM juga rentan terhadap hasil yang tidak akurat jika data yang digunakan tidak tepat atau kurang akurat. Hal ini dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah atau strategi yang tidak efektif dalam mengurangi risiko kebijakan.
Evaluasi: Meskipun demikian, CRM masih dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam mengidentifikasi dan menilai risiko kebijakan. CRM dapat membantu organisasi untuk memahami lebih baik perilaku dan preferensi pelanggan, yang pada gilirannya dapat membantu dalam mengidentifikasi potensi risiko kebijakan terkait dengan hubungan pelanggan.
Selain itu, CRM juga dapat membantu dalam mengelola risiko kebijakan yang mencakup aspek etika, perilaku, dan kebijakan internal perusahaan. Dengan memanfaatkan data yang tepat dan analisis yang cermat, CRM dapat menjadi alat yang efektif dalam membantu organisasi untuk mengelola risiko kebijakan dengan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H