Mohon tunggu...
Freyja571
Freyja571 Mohon Tunggu... Arsitek, Dosen, Peneliti, Urbanist -

Mahasiswa Phd dalam bidang Architecture & Urbanism, praktisi arsitektur / Urban

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sengketa Vietnam – China dan Kebijakan Pertahanan Keamanan Indonesia

22 Mei 2014   01:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Sabtu yang lalu, tanggal 17 Mei 2014, saya mengikuti demonstrasi mahasiswa dan komunitas Vietnam di Kedutaan RRC Brussels. Warga non Vietnam yang ikut ambil bagian dalam aksi protes tersebut selain saya dari Indonesia, juga ada peserta dari Russia dan warga Belgia yang bersimpati pada Vietnam. Aksi ini merupakan aksi damai dan tidak berlangsung anarkis. Peserta aksi protes selama 3 jam ini mendengarkan pernyataan sikap dan dukungan dari teman – teman internasional, meneriakkan yel – yel, orasi serta menyanyikan lagu – lagu nasional Vietnam. Adapun tujuan utama dari aksi ini adalah memastikan dunia tahu apa yang sebenarnya terjadi di wilayah yang disengketakan.




1400670375251388985
1400670375251388985

Berdasarkan klaim pihak Vietnam, pihak RRC membangun “oil rig” di wilayah yang masuk zona ekonomi eksklusif Vietnam (berjarak sekitar 180 Km dari pantai Vietnam), sedangkan menurut pihak China, wilayah tersebut sah di eksplorasi karena masih masuk wilayah kepulauan Spartly dan Paracell, kedua kepulauan ini juga disengketakan oleh pihak China dan Filipina. Dalam sengketa ini juga telah timbul korban di pihak Vietnam.

Menarik untuk dilihat adalah peningkatan ambisi China untuk mendominasi wilayah Asia Tenggara serta peran ASEAN di sini. China telah mengultimatum ASEAN untuk tidak ikut – ikut dalam hal ini. http://newsinfo.inquirer.net/603448/china-demands-asean-stay-out-of-vietnam-dispute Dan memang pada kenyataannya ASEAN tidak dapat tegas dalam hal ini. Mengingat China adalah mitra bisnis utama dari ASEAN. Hal yang patut disayangkan, mengingat kawasan Laut China selatan kaya mineral. Melihat ambisi China, bukan tidak mungkin setelah berhasil menggertak ASEAN, sehingga ASEAN tidak membantu Vietnam yang merupakan anggotanya sendiri, maka China akan meneruskan ekspansi nya ke wilayah lain di Laut China Selatan. Tentunya ini bukan hal yang kita inginkan.

Hal yang lain, ada ide untuk mengganti nama “Laut China Selatan” karena hal ini secara psikologis menguntungkan China. Seakan wilayah tersebut adalah wilayah di bawah pengaruh China. Hal ini membuat saya ingat permintaan Indonesia untuk mengganti nama “Samudera Hindia” menjadi “Samudera Indonesia”. Namun saat ini, hal tersebut masih merupakan ide saja dari pihak Vietnam.

Terkait dengan Indonesia, memang benar, Indonesia tidak berbatasan langsung dengan China, serta berada cukup jauh di selatan untuk dapat dijangkau China. Namun demikian, kita tentu juga ingat bahwa China sudah memasukkan wilayah perairan Natuna sebagai wilayah mereka. Ini berbahaya, karena bila kita diam saja, maka klaim territorial China akan makin ke selatan. Logika nya, bila klaim China atas kepulauan Paracell dan kepulauan lain di Laut China Selatan diakui, maka wilayah / Zona Ekonomi Eksklusif China juga akan makin ke selatan. Lama – lama mereka membangun macam – macam, seperti “oil rig” tadi, dan berdasarkan fasilitas / bangunan baru ini, mereka akan mengklaim wilayah baru lagi, bagaikan lidah naga menjulur. Harus diambil langkah antisipasi untuk menghindari bentrok terbuka dengan China.

Dalam beberapa bulan mendatang, pemerintahan SBY akan berganti. Dibutuhkan presiden baru yang sanggup berperan aktif dalam pergaulan internasional, disamping mampu menjaga harga diri dan setiap jengkal wilayah Indonesia. Saya rasa Indonesia harus cukup berkomitmen untuk mengintegrasikan dan membangun wilayah terluar dari Indonesia.  Saya tidak bilang, bahwa dengan demikian yang dibutuhkan adalah presiden dari kalangan militer. Karena buktinya selama 10 tahun di bawah SBY juga tidak ada langkah nyata untuk mengantisipasi klaim negara tetangga tersebut. Sebaliknya juga tidak dibutuhkan presiden yang tanpa pikir panjang langsung menyatakan perang kepada tetangga untuk konflik kecil. Akan lebih elok kalau Indonesia mau berperan aktif dan bersuara di ASEAN untuk tegas terhadap klaim / ancaman negara besar seperti China. Dalam pandangan saya, akan lebih menguntungkan untuk bersikap tegas ketika ancaman itu masih cukup jauh dari teritori Indonesia, disamping untuk menunjukkan solidaritas antara bangsa – bangsa Asia Tenggara. Hal ini merupakan PR bagi presiden baru yang akan terpilih nanti, baik Jokowi maupun Prabowo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun