Mohon tunggu...
Freema H. Widiasena
Freema H. Widiasena Mohon Tunggu... Buruh - Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Suka menyendiri dan suka bersama. Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Legroom Headroom Seat

5 September 2019   09:35 Diperbarui: 5 September 2019   09:40 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara mobil satunya, kabinnya malah terkesan ndhak seberapa roomy. Headroom-nya juga ndhak tampak lega. Legroom-nya pun kalo dilihat seperti pas-pasan.

Tapi setelah kita duduk, nyamannya luar biasa. Kaki malah bisa sedikit lebih selonjor, sama sekali ndhak nekuk banget. Headroom di jok belakang pada posisi duduk normal beneran lega banget.

Malah joknya lebih mem-bucket, sehingga badan kayak dipeluk, pas banget.

Koq bisa kalo dilihat atau difoto tampak sempit kabinnya?

Karena tatakan duduk(/hip)nya ternyata panjang, ujung joknya sampe mentok ke engsel dengkul. Bikin nyaman kalo perjalanan panjang. Karena paha ndhak kerasa menggantung gitu.

Sandaran punggungnya juga lebih tinggi. Headrest posisi mentok bawah aja pas di kepala. Plus jok dan sandarannya tebel banget. Jadi secara proporsional dia malah tampak sempit kabinnya: legroom-nya kayak sempit banget, headroom-nya kayak mepet banget, seat-nya kayak buntek gitu. Padahal aslinya lega banget.

Yach, pada saat barunya, keduanya memang mengusung pepatah kekinian: ada harga ada rupa.

Cuman pada saat sekennya, itu mobil yang kabinnya cuman tampak lega padahal aslinya sempit, depresiasi harga jual kembalinya malah rendah alias harga jual kembalinya masih lumayan tinggi dibanding harga barunya.

Karena mesinnya irit, salah satunya karena cc-nya yang kecil plus bodinya yang uentenggg banget. Sehingga mesin ndhak ngoyo untuk membuatnya melesat.

Sementara mobil yang seolah tampak sempit padahal aslinya lega banget depresiasi harga jual kembalinya ekstrim hancur jeblognya. Mungkin karena bensinnya boros, soale perlu mesin besar untuk menggotong bodinya yang berbobot (baca: berat banget).

Well, ternyata, masalah kondisi kabin (baca: kondisi keergonomisan tempat duduk/seat) adalah faktor yang tidak memveto harga jual kembali sebuah mobil menjadi bertahan. Kenyamanan berkendara ternyata tidak membuat depresiasi harga jual kembali bisa dicegah-tangkal dan ditahan kemerosotannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun