Di Purwokerto, konvoi pit-stop sejenak dan separuh peserta konvoi pamit meninggalkan rombongan.
Tinggal rombongan Yogyakarta Chapter dan Kediri Chapter yang meneruskan perjalanan hingga kemudian berpisah di Yogyakarta.
Alhasil, separuh malam itu diisi dengan keasyikan: asyik karena perjalanan kala itu begitu efektif dan efisien, bisa melaju relatif kencang namun tanpa harus ugal-ugalan dan membahayakan pengguna jalan lain.
***
Mengingat begitu pentingnya radio komunikasi, maka ayo bagi yang belum memiliki pesawat HT, pelan-pelan upayakan memilikinya., atau pinjam. Yang penting saat konvoi ada perangkat yang membuat perjalanan kita enggak "buta".
Harga pesawat radio komunikasi sekarang sudah relatif terjangkau, khususnya untuk merk-merk dari China. Jauh lebih murah dari harga isi bensin full-tank kita. Kemampuannya pun lumayan, cukuplah buat pegangan kala turing. Meski pastikan membeli perangkat yang layak pakai/tidak cacat. Dan pastikan membeli perangkat jangan yang terlalu jelek, karena takutnya malah buang duit tanpa mendapatkan fungsi/hasil.
Kenali pula bahasa-bahasa sederhana dalam penggunaan radio komunikasi, seperti copythat/dimengerti/diterima, over/ganti, dll. Karena radio komunikasi itu meski dua arah namun dia tidak seamless. Jadi perlu bahasa radio komunikasi agar komunikasi dan pengiriman informasi yang ada bisa clear.
Dan jangan lupa ingat nomor lambung kita sendiri pun nomor lambung teman.
Kenapa harus menggunakan nomor lambung?
Sebenarnya enggak harus. Namun nomor lambung, yang notabene adalah nomor registrasi keanggotaan kita, adalah kebanggaan tersendiri bagi kita.
Lainnya itu, nomor lambung akan menghindari kerancuan pemanggilan. Bayangkan jika ada beberapa peserta konvoi dengan nama Agus, akan sangat panjang jika harus dipanggil Agus + predikat.