Mohon tunggu...
EFHA
EFHA Mohon Tunggu... Sales - Orang biasa

Damai itu Indah, Cinta itu Indah, Menulis itu Sangat Indah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sang Makelar Suara

19 Oktober 2013   23:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:18 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

T: Mas, ini aku dapat amanah dari pak Tik.

A: Ngga usah mas

T: Lha besok nyoblos ngga?

A: Ya nyoblos, tapi aku ga pake gitu-gitu kok. Biasanya juga aku tolak, maturnuwun

T: Ya sudah mas, ta kembalikan ke pak Tik nya.

Kira-kira itulah percakapanku barusan dengan salah satu timses cakades yang besok pilkadesnya bakal digelar untuk ke sekian kali di desa ini. 2 kades terdahulu dua-duanya bermasalah dengan hukum. Yang satu divonis 4 tahun karena kasus korupsi pengalihan lahan tanah bengkok, yang berikutnya buron dalam kasus penggelapan rental mobil.

Gelaran pilkades kali ini melibatkan T (tetangga sebelah) sebagai ketua timses. Rasanya pakewuh sekali karena tetangga yang satu ini sering menjadi gapit (timses) kalau aku memandangnya sebagai makelar dalam setiap gelaran entah itu pilkada, pilkades ataupun pemilu. Pakewuhnya karena aku sudah sering kali menolak pemberian uang setiap kali pak T ke rumahku dalam rangka membeli suaraku dan sebagaimana sebelumnya aku yakin nilainya tidak lebih mahal dari sebungkus rokok yang paling mahal yang diududnya (aku kadang tanya tetangga lain yang nerima, alasannya buat bandingin sama ngga dapetnya).

Setiap kali para anggota tim sukses membalikkan badan dari hadapanku, aku hanya bisa menggerutu sendiri: kapan negara ini maju, kenapa mereka itu ngga sadar-sadar ya di saat-saat seperti ini masih saja berpolitik uang hanya untuk menjadi kepala desa. Memang akan banyak proyek di desa ini yang akan membutuhkan tandatangan kades dan nilainya memang luar biasa besar karena desaku memang maju pesat dengan banyaknya proyek perumahan disana sini. Mereka tidak sadar konsekuensinya, bahwa mengembalikan modal mereka pastilah dengan cara abu-abu alias melanggar hukum. Nasibnya aku yakin sama dengan lurah yang sebelumnya yang menggelapkan  10 unit mobil rental dan timsesnya 3 tahun lalu adalah pak T alias tetangga sebelahku.

Infonya, cakades yang didukung pak T kali ini bermodalkan 1 Milyar dengan menjual tanah warisannya, dan sepertinya hanya dia diantara 5 cakades yang berani bermain uang dan aku juga yakin dia yang akan terpilih serta aku juga yakin dia bakal turun tidak sampai masa jabatannya habis karena masalah hukum.. Naudzubillahi min dzalik....... Semua gara-gara pak T sang makelar suara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun